Achiles berjalan keluar dengan sekuat tenaga, napasnya mulai memburu dengan berat. “Sialan, sebanyak apa tua bangka itu menaruh obatnya?”
Dengan langkah sedikit berlari terhuyung – huyung dan menggertakan giginya, Achiles berusaha untuk sampai di mobilnya yang sialnya di parkir oleh bawahannya di belakang bangunan ini dan jaraknya lumayan jauh.
“Sialan,” umpat Achiles.
Mempercepat langkahnya supaya cepat sampai tetapi dibelokan dia bertabrakan dengan seorang gadis yang terlihat panik. Mereka jatuh dengan posisi di mana gadis itu berada di atasnya seraya memejamkan matanya. Tubuh Achiles semakin bereaksi saat tangan gadis itu meraba – raba dadanya.
Gadis itu tidak lain dan tidak bukan adalah Sha, karena berlari dengan kencang tadi Sha tidak sengaja bertabrakan dengan Achiles. Sha kira dia akan menghantam tanah dengan keras tetapi malah sebaliknya, Sha merasa jatuh tetapi tidak merasa sakit dan mulai merabanya dengan mata yang terpejam.
“Kok, keras banget, ya? Tapi, kalau bukan tanah terus apa, ya? Ini juga apa yang ganjel di perut aku?” gumamnya seraya dengan cepat tangannya turun ke bawah.
Mata Achiles langsung membulat dan dengan cepat dia memegang tangan gadis yang begitu lancang memegang area pribadinya itu, tetapi terlambat, gadis itu sudah memegangnya membuat Achiles menggeram tertahan.
“LEPASKAN BODOH!” bentak Achiles membuat Sha langsung membuka matanya dan langsung membelalakan matanya kaget.
Sha ternyata berada di atas tubuh seseorang dan secara refleks dia langsung melihat ke bawah di mana tangannya memegang sesuatu yang seharusnya tidak dia pegang, saat itu juga Sha ingin menangis dengan kencang.
“KYAAAA, DASAR OM OM CABUL!!” teriak Sha seraya berdiri.
Sha langsung mengibas – ngibaskan tangannya yang sudah ternoda dengan raut wajah jijiknya.
“Huaa, mama tangan sha gak suci, huaa Mei tangan aku mau tuker sama tangan kamu boleh tidak, huaa. Tapi, kan tangan mei udah gak suci, udah sering pegang itunya mr.sultan, huaa!” cerocos Sha tidak jelas.
Achiles berdiri dan menatap sengit pada Sha, seharus dia yang bilang jika, Sha adalah wanita yang mesum tetapi kenapa malah Sha yang bilang dia yang mesum?
“Heh! Kamu harus tanggungjawab, huaa. Tangan aku gak suci lagi gara – gara itumu!” pekik Sha pada Achiles.
Seketika pikiran licik Achiles datang, dia bisa melampiaskan semuanya pada gadis aneh di depannya ini bukan? Achiles sudah tidak perduli lagi dengan apakah dia masih perawan atau tidak, sungguh rasa panas ini sudah tidak tertahankan apalagi saat gadis itu memegang asetnya yang berharga. Anggap saja sebagai rasa bentuk tanggung jawab gadis itu terhadapnya.
Dengan kasar, Achiles langsung menyeret lengan Sha untuk mengikutinya.
“Heh, kamu mau bawa aku kemana, heh?!” panik Sha lalu dia mencoba menggigit, menendang tetapi tidak mempan juga.
Achiles hanya memikirkan bagaimana caranya untuk bisa memadamkan rasa panasnya ini, dia tidak memperdulikan rengekan dan segala tindakan yang dilakukan oleh gadis itu.
Achiles membawa Sha ke dalam sebuah ruangan random yang lumayan bersih dan terdapat sebuah kasur di sana, sepertinya ini ruangan ini sudah disiapkan Velo untuknya dan wanita ****** itu. Achiles langsung melempar Sha ke kasur dan belum sempat Sha melarikan diri, Achiles langsung menindih tubuhnya.
“HEYYY, DASAR KECURUT KAMU, LEPAS GAK?!!” teriak Sha pada Achiles seraya meronta – ronta tetapi Achiles tidak mengindahkannya.
“Nikmati,” bisik Achiles lalu Achiles melancarkan aksinya
Sha langsung meronta dan mengutuk lelaki yang baru dia temui beberapa detik itu dalam hatinya, mereka baru bertemu dan sekarang dia diperkosa? lelucon macam itu.
Hati Sha sakit tentu saja, saat Achiles berhasil mengambil hal yang paling berharga tetapi tidak ada air mata yang keluar, Sha tidak berhasil menjaga dirinya dari pria bejat yang sedang menindihnya itu.
Tetapi, Sha berhasil menjambak rambut Achiles hingga rambut Achiles rontok begitu banyak dan juga mencakar, menggigit punggung Achiles sampai berdarah, tetapi ajaibnya Achiles tidak marah. Jika biasanya Achiles akan mengikat tangan lawan mainnya supaya tidak menyentuhnya, kali ini Achiles membiarkannya.
Tiba – tiba suara bom meledak dan suara tembak – tembakan terdengar di telinga Sha membuat Sha seketika menjadi panik dan dia mendorong Achiles untuk turun dari atasnya tetapi Achiles tidak masih belum ingin turun.
“Turun bodoh, apa kamu tidak dengar suara bom itu? apakah telingamu tuli?!” geram Sha
“Ssstt, aku masih ingin menanam benihku dalam rahimmu,” racau Achiles membuat Sha tersadar jika sedari tadi Achiles mengeluarkannya di dalam.
“Menanam kepalamu, kamu kira aku ladang apa? dasar kurang ajar. Lepaskan aku, aku masih ingin hidup!” teriak Sha lagi saat mendengar suara tembak lagi.
Achiles masih tidak mengindahkan permintaan Sha hingga beberapa jam ke depan. Sha sungguh ingin menangis dan tertawa secara bersamaan, bagaimana bisa dia ehem – ehem untuk pertama kalinya bersama dengan orang asing di bawah nuansa perang yang tiba – tiba kembali pecah?
Setelah Achiles ambruk di atas tubuhnya dengan sekuat tenaga Sha menggulingkan Achiles di sampingnya dan tanpa perasaan, Sha menendang Achiles hingga jatuh ke tanah. Tak sampai situ, Sha mengambil kesempatan untuk memberikan sebuah bogeman pada wajah tampan Achiles yang tengah pingsan itu.
“Aku bisa berkelahi tetapi, aku tetap gagal menjaga kehormatanku sendiri, maafkan aku mama papa,” gumamnya lalu dia bergegas untuk memakai baju Achiles karena memang bajunya sudah dirobek oleh Achiles.
Sha dengan cepat pergi meninggalkan Achiles yang tidak sadarkan diri dengan tubuh tidak terbalut satu helai baju pun di atas tanah seorang diri.
“Bodo amat kalau dia mati, yang penting mari kita selamatkan diri terlebih dahulu,” gumamnya seraya berlari keluar.
Sesampainya di luar bangunan, Sha memberhentikan sebuah taksi dan menyembutkan sebuah alamat tempat di mana penginapannya berada. Sha langsung menelpon Meilia untuk menyiapkan pesawat pribadi milik suaminya untuk menjempunya langsung.
“Mei, tolongin aku. Aku mau pulang, tapi mungkin bandara di tutup. Suruh suami kamu dengan segala kekayaannya itu untuk menjemputku saat ini juga, oke?” pinta Sha dengan melas.
“Kan, aku udah bilang sih sama kamu sha kalau di sana perang akan pecah kapan pun tetapi kamu malah masih ngeyel dan sekarang malah nyusahin,” kata Meilia di sebrang sana.
Sha menghela napasnya dalam – dalam, dia sungguh tidak menduga jika kedatangannya ke sini akan membawa sebuah petaka. Sha mengelus perutnya, bagaimana jika benih pria itu tumbuh dalam rahimnya? apakah Sha harus menghilangkannya atau malah merawatnya?
*
Jakarta, tiga minggu kemudian.
Sha keluar dari ruangan dokter kandungan dengan pandangan yang sangat rumit. Dia menatap Nando, adik sepupunya dengan mata yang berkaca-kaca.
“Kak, bagaimana hasilnya?” tanya Nando yang sudah menaruh curiga pada kakaknya, sejak kakaknya meminta dirinya untuk mengantar Sha ke dokter kandungan. Sha diam tidak menjawab dan ingatannya kembali melayang saat pemeriksaan beberapa saat yang lalu.
“Ibu sudah berapa lama mengalami hal mual – mual dan pusing?” tanya Dokter itu seraya menggeser – nggeser alat itu.
“Emm mungkin satu minggu yang lalu, dok?” jawab Sha dengan tidak yakin.
Dokter itu tersenyum lalu menyudahi kegiatannya, “Lalu di mana suami ibu?” tanyanya
“Ehem, suami saya lagi kerja di luar kota dok. Apakah saya hamil?” tanya Sha tidak sabaran.
“Iya bu, selamat atas kehamilannya dan saat ini usia kandungan ibu baru berusia 2 minggu,” jawab Dokter tersebut membuat Sha terdiam sejenak.
“Hiks, Ndo... ka... kak ha... mil,” jawab Sha pada akhirnya seraya terisak hebat.
Tubuh Nando menegang dan dia melepas paksa pelukan Sha. Nando memandang Sha dengan pandangan kecewanya membuat Sha semakin sedih dan bertambah menangis.
Nando sadar jika saat ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya pada Sha, saat ini Sha yang butuh sandaran. Iya, Sha hanya butuh sandaran dan Nando akan melakukan itu.
*
Nando masih memeluk erat Sha, dia menunggu Sha sampai tenang. Tak lama kemudian, Sha melepas pelukan Nando dan mulai menceritakan semua yang telah terjadi padanya tanpa diminta. Sedangkan, Nando hanya diam dan mendengarkan cerita Sha dengan seksama.
“Jadi begitu, hiks...” kata Sha seraya mengelap ingusnya dengan tisu.
Nando masih belum terdiam, menurutnya hal yang terjadi dengan kakak sepupunya itu terlalu mengesankan dan unik?
“Kak, aku gak tahu mau ketawa atau menangis, pengalamanmu sungguh unik. Tapi, aku punya satu solusi untuk masalahmu,” kata Nando seraya tersenyum penuh arti.
Sha menaikan sebelah alisnya dan memandang Nando dengan pandangan bertanyanya.
****
Jangan lupa berikan like dan komen, ya...
See you
muah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments