Mentari bersinar terik. Menawarkan berjuta manfaat bagi makhluk hidup. Menjadi teman yang tak lelah meski kadang terlupa.
Di sebuah kafe dan resto di salah satu sudut ibukota, ada seorang wanita yang sedang duduk santai menikmati kopi favoritnya. Kafe itu baru enam bulan lalu resmi dibuka. Kafe dilantai satu, di desain dengan nuansa anak muda modern dan nyaman. Dilengkapi beberapa spot photoable di beberapa titik. Sedang dilantai dua, disuguhkan nuansa nyaman untuk keluarga yang ingin menghabiskan waktu bersama.
Wanita itu selalu datang kesana setiap satu minggu sekali, dihari dan waktu yang sama. Bahkan, dia akan menghabiskan waktunya disana setiap minggu dengan durasi yang sama. Di tempat yang sama dan menu pesanan yang sama. Bahkan pihak kafe akan mereservasikan tempat itu untuknya.
Wanita dengan postur tubuh sangat proporsional. Tinggi badan 175cm, kulit putih, wajah yang cantik meski dengan make up tipis dan natural. Hidungnya yang mancung, mata bulat hitam, bibir tipis nan indah, dan jangan lupakan rambut hitam panjang yang di ikat sederhana di belakang.
Dia Naina Andini. Seorang wanita karir yang sedang menjadi incaran beberapa rekan bisnisnya. Selain karena kecantikannya tapi juga keahliannya dalam berbisnis.
Ya. Kini Naina telah menjelma menjadi seorang wanita karir yang mulai melebarkan sayapnya dalam bidang bisnis kuliner dan properti. Hidupnya benar-benar berubah.
Tapi siapa sangka, dibalik penampilannya yang terlihat angkuh, dingin dan nyaris sempurna, luka hatinya enam tahun lalu, masih terukir dalam dan membekas lekat di hatinya hingga kini. Ia tak akan pernah melupakan peristiwa itu sampai kapanpun. Dan karena hal itu, ia tak mau berlembut hati jika ada laki-laki yang mendekatinya.
Naina akan mengingat beberapa kejadian masa lalunya ketika ia berada di kafe itu sembari menatap orang yang berlalu lalang dari jendela. Ia duduk tepat di samping jendela dengan sebuah meja kecil dan tiga buah kursi sebagai pelengkapnya.
Flasback On
Satu bulan semenjak kepergian sang nenek, Naina memilih tinggal bersama Sekar dan dua orang teman Sekar. Lea dan Hera.
Rumah pemberian Romo untuk Sekar cukup besar. Sehingga bisa ditempati untuk empat orang dengan kamar pribadi masing-masing.
Naina tak ingin terlarut sendirian di rumah lamanya. Ia pun meminta bantuan Sekar untuk menjual rumah lamanya. Karena sepeninggal neneknya, kakak dari ayahnya kembali berulah. Ia ingin merebut tanah dan rumah yang sudah jelas milik Naina. Jadi Naina memilih menjualnya, agar ia tidak diganggu oleh pamannya itu lagi.
"Kamu nggak kuliah Na?" Tanya Sekar ketika ia baru saja pulang kerja dan mendapati Naina masih meringkuk di kamarnya.
"Enggak Bu'. Naina pusing, meriang kayaknya. Ibu bisa tolong kerokin Naina nggak?" Sahut Naina dari balik selimutnya.
"Sebentar, Ibu ganti baju dulu ya!"
Sekar pun segera berganti baju lalu membuat tato dengan koin dan minyak kayu putih di punggung Naina. Tato bak cakaran harimau tapi lebih rapi barisannya.
"Enakan?" Tanya Sekar saat ia membawakan teh hangat untuk Naina setelah selesai mentato punggung mulus Naina.
"Alhamdulillah Bu'. Makasih ya Bu'." Naina memeluk hangat tubuh wanita yang meski di usianya yang ke tiga puluh lima, masih sangat cantik dan ramping.
"Ibu pakai parfum apa sih?" Ucap Naina seketika. Tangannya menutupi mulutnya yang hampir muntah karena perutnya tiba-tiba mual.
Sekar mengendus sedikit aroma baju dan tubuhnya. "Yang biasa kok Na."
"Enggak ah. Baunya,,"
Naina segera berlari keluar kamar menuju kamar mandi yang ada di sebelah kamarnya dengan tangan masih menutupi mulutnya. Dan, hoek, hoeekk, hoeekk..
Naina mengeluarkan isi perutnya yang terasa seperti diaduk-aduk karena aroma parfum Sekar. Sekar sedikit memijit-mijit tengkuk Naina. Setelah selesai, Naina segera mengelap mulutnya dengan air dan kembali ke kamar.
"Minum tehnya!" Pinta Sekar saat Naina sudah duduk lemas di atas kasurnya lagi. Naina pun menurutinya.
"Kamu kenapa Na? Masuk angin?" Tanya Lea yang berdiri di pintu.
"Iya Mbak Lea. Perutnya,,"
Naina kembali berlari ke kamar mandi melewati Sekar dan Lea yang terpaku. Hoek, hoek, hooeekk..
Sekar dan Lea mengikuti Naina ke kamar mandi. Sekar kembali memijit-mijit tengkuk Naina. Naina terduduk lemas bersandar di tembok kamar mandi. Wajahnya mulai sedikit pucat karena isi perutnya sudah dikuras pagi-pagi.
"Kamu kayak orang hamil muda aja Na. Pagi-pagi muntah nggak karuan gitu." Celetuk Lea saat ia melihat kondisi Naina yang sudah lemas.
"Lea! Kalau ngomong jangan ngawur kamu!" Bentak Sekar sambil melirik tajam pada Lea.
Deg. Hamil?
Naina segera berlari kembali ke kamarnya. Ia mengambil kalender meja bergambar doraemon miliknya. Membuka dan membolak-baliknya beberapa kali sembari mengingat sesuatu.
Tiba-tiba tubuhnya terduduk di lantai sebelah ranjangnya. Tatapannya kosong. Kalender yang ia pegang pun jatuh begitu saja.
"Kamu kenapa duduk disini Na? Dingin. Ayo naik ke kasur!" Pinta Sekar saat ia kembali ke kamar Naina.
"Ibu,,"
Wajah Naina sudah mulai basah. Air matanya mengalir begitu saja. Firasat buruk mulai menerpanya. Pikirannya sudah melayang jauh memikirkan satu hal.
"Kamu kenapa?" Sekar panik karena melihat Naina seperti itu.
"Apa, apa, apa mungkin Naina hamil Bu'?" Lirih Naina di pelukan Sekar.
"Apa?" Sekar segera melepaskan pelukannya.
"Kapan terakhir kamu datang bulan?" Tembak Sekar tanpa basa-basi.
"Dua bulan lalu, sebelum Uti meninggal." Jujur Naina yang telah melihat kalender pribadinya sambil tertunduk dalam.
"Hhiissshhh!" Geram Sekar.
Sekar segera beranjak dari duduknya. Tak lama ia kembali dengan sebuah test pack yang ia minta dari Hera. Hera dan Lea pun mengikuti Sekar.
"Cepat, cek pakai ini!" Pinta Sekar.
Naina menengadahkan wajahnya. Hera dan Lea terbelalak melihat kejadian itu. Naina perlahan berdiri dan berjalan gontai menuju kamar mandi setelah menerima barang itu dari Sekar.
5 menit
10 menit.
15 menit. Naina tak kunjung keluar dari kamar mandi.
Dok, dok, dok. Sekar menggedor pintu kamar mandi karena cemas.
"Na, buka pintunya!" Teriak Sekar untuk yang kesekian kalinya.
"Dobrak aja Mbak!" Saran Hera yang juga khawatir dengan kondisi Naina.
"Keluar sekarang, atau Ibu dobrak Na?"
Klek. Kunci pintu terbuka. Naina masih belum terlihat keluar. Sekar segera membuka pintu.
Naina terduduk lemas di samping pintu. wajahnya sudah sangat sembab. Sekar segera memeluknya. Ia mencari benda yang tadi ia berikan pada Naina. Tubuhnya lemas, ketika menemukan benda itu dengan tanda dua garis merah pada layar kecilnya.
"Tenanglah Na! Kita pikirkan pelan-pelan!" Ucap Sekar untuk menenangkan Naina.
Lea dan Hera pun tak kalah terkejut saat melihat benda pipih dengan dua garis merah.
"Ke kamar dulu Na! Jangan di sini!" Saran Hera.
Sekar pun membantu Naina berdiri dan menuntunnya ke kamar. Ia menemani Naina yang terus saja menangisi keadaannya.
"Apa lagi ini Bu'? Kenapa Naina bisa hamil Bu'?"
Naina terus meratap getir tentang nasibnya. Nasib yang seolah tak pernah berbaik hati padanya. Takdir yang telah merenggut semua orang yang ia sayangi. Takdir yang telah merenggut hal yang paling berharga bagi wanita.
Dan kini ia hamil setelah kehilangan hal berharga itu. Hal berharga yang ia jual pada seorang cassanova yang bahkan ia tak tahu siapa namanya. Bahkan wajahnya pun ia tak tahu. Hanya satu yang ia ingat, suara lembut sang *C*assanova.
"Naina harus gimana lagi Bu'?"
"Rawat dia Na! Dia berhak hidup. Nanti Ibu bantu cari informasi tentang ayahnya."
Naina menggeleng. Ia tak yakin akan bisa menerima kehadiran sang jabang bayi yang tak ia harapkan. Apalagi dengan isu yang sudah beredar di kampusnya. Isu yang mengatakan bahwa Naina adalah seorang 'kupu-kupu malam', layaknya Sekar.
Ternyata, teman satu kampusnya ada yang mengetahui kedatangan Naina malam itu ke kelab dan mendengar bahwa ia dibawa ke hotel untuk melayani tamu khusus. Dan berita itu menyebar dengan cepat. Bahkan teman-teman Naina mulai menjauhinya. Dan dari sanalah, Naina bersemangat segera merampungkan kuliahnya. Agar tak lagi mendengar cemoohan dari teman-temannya lagi.
Tapi kini, bahkan kabar lebih buruk itu datang. Ia bahkan hamil dari hasil one night stand yang tak ia harapkan.
"Kamu jangan nekat lagi seperti waktu itu! Ibu nggak mau kehilangan kamu!" Ucap Sekar lembut.
Naina pernah akan bunuh diri setelah kepergian neneknya dengan cara memotong urat pergelangan tangannya. Untung Sekar datang tepat waktu. Gunting di tangan Naina direbut cepat dan dilempar jauh dari Naina yang sedang kalut saat itu. Sekar memarahi Naina habis-habisan karena kebodohannya waktu itu.
"Kamu makan dulu ya! Nanti ibu akan minta bantuan Romo untuk mencari tahu siapa orang yang waktu itu."
Sekar tahu seperti apa kejadian malam itu. Naina sudah menceritakan semuanya. Tapi, ia tak pernah mengira, Naina bisa sampai hamil karena malam itu.
Naina menolak makanan yang diberikan Sekar. Ia hanya tertidur dan menangis sepanjang hari. Sekar pun segera menemui Romo.
Romo terkejut mendengar cerita Sekar. Karena rasa bersalahnya pada Sekar, ia membantu Sekar mencari informasi tentang laki-laki malam itu.
Satu bulan pencarian, Romo mendapat informasi kecil. Orang yang kala itu meminta perawan khusus, bernama Delvin Dewangga. Salah satu cucu dari salah satu putri kembar pemilik bisnis properti terbesar di Indonesia. Keluarga Dewangga.
Tapi Romo melupakan satu hal penting. Sebuah kesepakatan yang ia buat dengan gadis muda yang anggun malam itu. Kesepakatan yang membuat hidup Romo hancur.
Romo dan kelab malamnya diserang oleh orang misterius. Bahkan Romo dibunuh secara mengenaskan oleh orang tak dikenal, sehari setelah ia memberitahukan informasi itu pada Sekar. Kasus itu akhirnya diusut oleh polisi. Semua karyawan kelab dimintai keterangan, termasuk Sekar, Hera dan Lea.
Sekar pun sempat ditahan oleh polisi untuk di interogasi selama satu hari satu malam. Kondisi Naina semakin tertekan karena hal itu. Apalagi dalam kondisi hamil, emosinya tak stabil. Dan saat itulah, Naina kembali gelap mata. Ia benar-benar takut menghadapi kenyataan jika Sekar pun akan pergi meninggalkannya. Dan ia benar-benar sendiri.
"Na, ayo makan dulu!" Panggil Lea saat ia selesai menyiapkan sarapan pagi itu. Sekar masih berada di kantor polisi.
"Na! Naina!"
Tak mendapat tanggapan, Lea langsung membuka pintu kamar Naina. Lea segera menghampiri Naina yang tubuhnya mulai kejang. Di sampingnya ada botol obat serangga yang biasa di simpan di gudang.
"Heraaa! Bantu aku bawa Naina ke rumah sakit!" Lea berteriak keras.
Hera pun segera datang. Mereka lantas membawa Naina ke rumah sakit. Dan beruntung, Naina dan bayinya bisa selamat. Tapi kondisi psikisnya benar-benar buruk. Sekar sampai hampir putus asa menghadapi Naina.
Tapi ia kembali menguatkan dirinya sendiri. Untuk Naina yang kini sedang dalam kondisi sangat-sangat buruk.
Flashback Off
"Terima kasih Ibu', Mbak Lea, Mbak Hera." Gumam Naina sendiri.
Ia lalu menyeruput kembali cangkir kopinya yang isinya tinggal separuh. Secangkir caffe latte yang selalu menemani waktunya. Tak lupa sepotong kecil kue red velvet yang ada dihadapannya. Itulah menu favorit Naina di kafe itu.
Zee Kafe. Kafe kelima milik Naina sendiri. Ya, itu kafe milik Naina yang telah diatas namakan dengan nama putri cantiknya. Clarissa Fauziah D. Tak banyak yang tahu, jika Naina pemilik kafe itu. Ia merahasiakan semua itu. Hanya para karyawan saja yang tahu pastinya.
Naina pun akan berlagak seperti layaknya pembeli yang lainnya ketika ia berkunjung ke kafe dan restoran miliknya. Ia akan memesan dan membayar pesanannya seperti pembeli yang lain.
Untuk mengurusi semua bisnisnya, ia dibantu oleh seorang asisten pribadi yang sudah sangat ia percaya. Ia hanya tinggal mengecek laporan-laporan yang dikirim oleh manager dari masing-masing kantor dan restoran cabangnya.
Setelah dirasa cukup mengingat masa lalunya, Naina lalu mengambil benda pipih berukuran 10" dari dalam tasnya. Ia lalu mulai menggoreskan pena digital yang menjadi pelengkap tab miliknya sembari membaca beberapa email masuk. Ia akan selalu fokus jika sedang melakukan itu.
"Hai!" Sapa seorang laki-laki yang berdiri di samping meja Naina.
Naina mengangkat wajahnya tanpa ekspresi melihat laki-laki itu. "Suara ini??"
"Boleh saya duduk di sini?" Tanya laki-laki itu sembari menunjuk kursi kosong yang ada di depan Naina. Tak lupa senyuman termanis ia hadirkan untuk Naina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments