Happy Reading
🍂🍂🍂
Geng yang beranggotakan empat orang kini hanya ada tiga. Biasa sebelum libur akhir pekan mereka berkumpul merencanakan hari libur besoknya. Dimas pun mengatakan niatnya untuk menjadikan Rindu vokalis band yang akan didirikan dengan teman sekelasnya. Rindu menerima ajakan Dimas dengan senang hati, tentu saja karena dia memang suka musik. Dian juga akan ikut serta dalam band itu.
Dimas dan Dian berteman sejak kecil, mereka sering menghabiskan waktu bersama. pertama kali bertemu ketika diajak mama mereka ikut arisan. Dimas yang dari keluarga musisi mewarisi darah seni dari orang tuanya. Dan Ibu Dian adalah seorang pianis, bakat itu diturunkan pada Dian.
Sedangkan Rindu hanya dari keluarga yang biasa-biasa saja. Kesukaannya pada musik karna ia suka mendengar radio FM. Rindu belajar secara otodidak dan ia memiliki suara merdu alami. Suaranya sering mengudara di acara karaoke radio. Hanya ketiga sahabatnya yang tahu mengenai hobinya itu.
Satu lagi anggota geng ini Ardian. Hobi main basket dan keliling-keliling pakai motor. Walaupun ia terlahir dari keluarga pendiri sebuah agensi hiburan, namun ia tidak pernah tertarik untuk ikut mengelola. Mungkin nanti jika orang tuanya sudah mendesaknya, ia harus ikut terjun ke dunia hiburan. Karena Ardian satu-satunya penerus di keluarganya.
_____
"Hai, Assalamualaikum wr wb sobat Muda! apa kabarnya nih? semoga baik-baik aja ya ...! Seneng rasanya, Dila Atriana bisa kembali hadir, di acara yang ditunggu-tunggu selama seminggu 'malam-malam gak usah galau.'
"Seperti biasa Selama 2 jam kedepan dari jam 7 sampai jam 9 malam nanti, Dila bakalan menemani sobat Muda yang sekarang lagi galau ... ataupun yg lagi seneng karena abis jalan sama pacarnya."
"Cieee ... cieee --- nah sobat Muda juga bisa sekalian request di no WhatsApp 085*****911 ataupun telepon on air 022****975 ... Dila tungguin yaaaa ...!"
"Langsung aja nih kita dengerin satu lagu pembuka dari maliq & d'essential with dia ... check this song ...."
Temukan apa arti di balik cerita
Hati ini terasa berbunga-bunga
Membuat seakan aku melayang
Terbuai asmara
Adakah satu arti di balik tatapan
Tersipu malu akan sebuah senyuman
Membuat suasana menjadi nyata
Begitu indahnya
Dia ... seperti apa yang selalu ku nantikan
Aku inginkan
Dia oh ... melihatku apa adanya
Seakan 'ku sempurna
Tanpa buai kata tercuri hatiku
Dia tunjukkan dengan tulus cintanya
Terasa berbeda
Saat bersamanya
Aku jatuh cinta
Suasana sore hari ini Rindu di temani alunan musik menghangatkan hatinya. Rindu bersenandung sambil merebahkan badan di tempat tidur. Satu kaki di tekuk menopang satu kaki di atas lutut. Gerakan kaki seirama dengan alunan musik. Tidak ketinggalan Rindu juga pasti minta request lagu di radio kesukaannya ini.
Ting....
Sebuah pesan WA masuk dari Ardian.
"Rin ... kamu di rumah?"
^^^"Wahhh ... masih ingat ternyata."^^^
"Marah-marahnya di tunda dulu
kamu di rumah kan?"
^^^😤😤^^^
^^^"Iya ... aku di rumah, ada apa?"^^^
"Aku di depan rumah kamu
keluar bentar."
^^^"Udah di depan?^^^
^^^Dasar ... aku malas keluar ...!"^^^
"Aku lompat pagar samping nih ...
langsung masuk kamar kamu."
^^^"Hooiii jangan ...^^^
^^^Iya, iya aku keluar sekarang."^^^
"Nahh gtu ...
Jangan lama-lama."
Emang Nih anak, kadang-kadang suka maksa, ngebelin ..., sungut Rindu dalam hati.
Cepat-cepat Rindu menganti hotpants-nya dengan celana panjang. Kemudian menyambar jaket yang tergantung di belakang pintu. Jaket di pakai tanpa memasang resleting, rambut di ikat keatas tergesa-gesa, tidak rapi.
"Mau kemana kamu, Rin."
Mama yang sedang beberes di dapur, melihat anaknya berlari keluar.
"Si Ardi ma ... ada di depan!" jawab Rindu sedikit berteriak. Mama membulatkan mulut tanda mengerti.
_____
Ardian melambaikan tangan kepada Rindu dari jauh, dia bersandar di motor lalu tersenyum. Dengan memakai jaket dan celana jeans robek di lutut. Penampilan Ardian selalu mendapat pujian di mata Rindu. Apapun style yang Ardian kenakan pasti terlihat modis.
Tampan, pikir Rindu
Rindu berlari kecil membuka pagar rumahnya. Adrian tersenyum melihat raut wajah Rindu sedikit kesal. Dan kekesalan itu karna dirinya. Satu-satunya yang bisa membantunya saat ini hanya Rindu. Solusi agar teman-teman yang lain bisa memaafkannya.
"Haii ... Nona cantik ...!"
"Idihhh ... mau apa ke sini? Masih ingat teman kamu?" mode galak nya aktif.
"Jangan marah-marah ...! cantiknya bisa hilang loh."
"Gak usah ngegombal ... bilang ada apa? Aku lagi sibuk," jawabnya ketus.
"Elehhh, paling juga sibuk denger Radio kan...!"
"Iyaaaa ...," jawab rindu malas meladeni lalu berkacak pinggang.
"Sorry ... sorry ... maafin aku, udahan ya marahnya!"
Adrian menunduk mendekatkan wajahnya di hadapan Rindu. Sontak membuat rindu mendorong badan ke belakang.
Rindu menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan kasar. Hahh ... Jantung aku gak sehat gara-gara kamu Ardiii ..., batin Rindu.
"Temenin aku keluar bentar ya!" ucap Ardian kemudian kembali ke posisi tegak.
"Kemana?"
"Kafe biasa," alisnya bergerak naik turun.
"Aku izin mama dulu."
Rindu mengalah, tidak ada gunanya ia marah terus-menerus, toh Ardian akan selalu mengganggunya. Lagi pula Rindu juga mau mendengar alasan Ardian mendiamkannya tiga hari ini.
Ardian tersenyum senang, Rindu memang mudah di bujuk seperti biasa. Tidak salah kalau ia mendatangi Rindu minta bantuan. Selama ini hanya Rindu yang paling mengerti Ardian.
🍂🍂🍂
Di kafe sebuah kafe. Tempat biasa Ardian mengajak Rindu nongkrong berdua. Kafe yang selalu buka hingga tengah malam. Anak-anak muda banyak datang meramaikan, apalagi di malam Minggu, kafe ini akan buka hingga subuh.
Rindu masih memakai jaket dan resleting di pasang hingga atas dadanya. Rambutnya sudah terikat rapi, wajahnya di poles bedak serta lipbalm tipis. Cantik.
Tidak dipungkiri sebenarnya Ardian kagum dengan kecantikan Rindu. Saat pertama kali bertemu Ardian sempat tertarik pada gadis yang sekarang dianggapnya sahabat. Namun Ardian tidak pernah berniat untuk menjadikan Rindu sebagai pacar. Karena ia merasa sudah terlalu nyaman sebagai teman. Perhatian dan kepedulian selalu ia tunjukkan terhadap Rindu, begitupun sebaliknya. Tapi mereka tidak pernah mengakui jika di bilang pacaran. Karena mereka memang tidak pacaran.
"Jadi ... sekarang jelaskan!"
Rindu melipat tangan di dadanya. Melihat pada Ardian yang duduk di sebelahnya.
"Tenang dulu ... minum dulu!" Senyum menggoda ciri khas Ardian menaik turunkan alisnya.
Huufftt ... Sabar, Rindu sabar ..., batin Rindu mengelus dadanya.
"Namanya Dania, anak kelas 2-2. Gak sengaja tabrakan di depan kelasnya, waktu itu aku lagi buru-buru ke lapangan. Setelah itu sering lihat dia nonton basket di jam istirahat. Lalu aku mulai suka dan kita kenalan."
"Hhmmm." Rindu mendengarkan manggut-manggut. Namun, dalam hatinya terasa sakit, seperti tersayat perlahan-lahan. Lukanya mulai terbentuk ketika ia baru mulai menata hatinya. Menantikan saat ia siap untuk mengungkap perasaan. Sepertinya sekarang Rindu harus mundur, Ardian menyukai orang lain. Biarlah hubungan persahabatan ini terus berlanjut.
"Manggut-manggut, ngomong apaan gitu."
"Aku harus ngomong apa? kamu baru mau cerita sekarang, kemaren aku kan gak nyata!" jawabnya santai lalu meminum coklat panas di meja.
"Iyaaa maaf... Itu karena takut dia nolak aku. Soalnya dia pikir kita pacaran. Aku bermaksud mau kenalin kamu ke dia, tolong jelasin kita cuma temen yah yah." Ardian memohon.
Ardian ... tolonglah sekali saja kamu lihat aku. Lihat hati aku, ada kamu Ardian.
Ingin rasanya Rindu berteriak mengeluarkan unek-unek di dadanya. Bertemu dengan saingan, yang benar saja. Diam-diam mencintai sudah cukup berat bagi Rindu. Sekarang harus merestui hubungan Ardian dan Dania.
"Rindu, besok ya, kita jalan bertiga."
"Besok aku gak bisa. Udah ada janji."
"Hahhh ... sama siapa?"
"Dimas, Dian juga."
"Kalian mau jalan? Aku kok gak di ajak?"
"Salah kamu sendiri yang cuekin kita. Pacaran Mulu kerjaannya, sama temen sendiri lupa."
"Hehe ... Iya maaf!" Ardian merangkul pundak Rindu lalu menepuk-nepuk memohon maaf. "Aku ingat soal perjanjian kita, makanya aku takut mau bilang kalian," akunya kemudian.
"Semuanya bisa dibicarakan Ardi, kita bisa hapus perjanjian itu sama-sama. Dimas dan Dian sekarang marah, kamu mau bilang gimana mereka?"
"Ada kamu Rindu ...!"
"Lagi ... lagi ... kan aku lagi yang harus turun tangan. Kamu itu kebiasaan ya," telinga Ardian dijewer.
"Auuu ... auuu, sakit Rin!"
"Sukurin, rasain tuh ...!"
"Cuma demi kamu loh ini, aku ikhlas sakit gini ...! Udah gak marah kan?" hidung Rindu di tariknya. Seketika Ardian tertawa gemas. Tertawa itu akhirnya menular kepada Rindu.
*
*
*
*
Jangan lupa tinggalin jejak...
LoPe dan JemPol kamu yang berharga. 🥰
Komen Yuuu ramein...
Love U all ☺️😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
HIATUS
nyicil baca sini dulu ya kak... mata dah sepet... kalau berkenan jangan lupa mampir ya... tapi jangan kaget melihat karya receh ku masih ambrul adul.. 😁
2021-12-06
0
HIATUS
rasanya nyessss..... 😢
2021-12-06
0
Tarti Rizky
apakah si babang udah mulai bucin? kita lanjut ke bab selanjutnya...👉
2021-10-05
3