🍂🍂🍂
"Erm ... lihatlah ini."
Sebuah komputer tablet di arahkan kepada Ardian oleh asisten kepercayaannya. Matanya melirik sekilas foto di layar tablet itu. Ardian yang sedari tadi sibuk dengan pekerjaannya tertarik untuk melihat. Ia meminta sang asisten menyerahkan tablet itu ke tangannya. Setelah menggeser dua foto di layar itu bolak balik tiga kali, lalu diserahkan kembali pada bawahannya. Terlihat senyum tipis di sudut bibir Ardian.
"Apa yang akan kamu lakukan?"
Ejja sang Asisten kepercayaan membuka pembicaraan.
"Kapan foto itu di ambil?"
"Tadi siang, Anton yang mengirim foto itu, ia kebetulan berada di sana."
"Jadi dia sudah kembali. Apakah sudah ada keputusan?"
"Dari informasi yang Anton dapatkan, hari ini adalah hari putusan terakhir. Dan bisa di pastikan bahwa hakim menyetujui segala tuntutan."
Ardian tersenyum tipis. Akhirnya waktu untuknya telah tiba. Harapannya sebentar lagi akan terwujud. Rasa percaya dirinya mulai bangkit.
"Minta orang untuk mengawasi, laporkan setiap kegiatannya sesegera mungkin. Cukup pastikan ia baik-baik saja!"
"Baiklah, saya keluar dulu."
Ejja mengerti apa yang harus ia kerjakan. Dia adalah asisten dan sahabat Ardian sejak kuliah, ia mengerti dengan jelas bagaimana sepak terjang Ardian selama ini. Cara kerjanya terkesan santai namun, terstruktur dengan rapi. Tidak pernah gegabah mengambil keputusan, membuat Ardian berhasil mengembangkan perusahaan dengan cepat. Semenjak menjalin pertemanan dengan Ardian, Ejja telah menjadi tempat curhat yang setia. Hingga akhirnya ia di percaya sebagai asisten yang membantu segala pekerjaan Ardian.
'EM entertainment', perusahaan yang sekarang telah menjadi lima agensi terbesar di Indonesia. Semua berkat kerja keras Ardian dan juga berkat campur tangan Ejja. Setelah Ardian menyelesaikan kuliah ia di angkat sebagai Ceo perusahaan ayahnya ini.
Ardian membuka laci meja kerjanya. Mengambil selembar foto yang terselip di dalam sebuah buku. Kemudian ia mengangkat gagang telepon lalu melakukan panggilan ke meja sekretaris.
"Bawakan pigura ukuran 4R segera." Panggilan itu di tutup.
Lima belas menit kemudian sang sekretaris membawakan permintaannya. Lalu ia memasang sendiri foto yang tadi dikeluarkannya ke dalam pigura itu. Ardian meletakkan foto itu di meja menghadap padanya, agar ia bisa melihat foto itu ketika sedang bekerja.
Ardian tersenyum memandangi foto dihadapannya. Setelah sekian lama ia akhirnya bisa memajang foto tersebut. Kali ini ia bisa melihat sepuas hatinya. Sebentar lagi sosok yang ada di foto tersebut akan ada di hadapannya.
Pikiran Ardian mulai menjelajah ke masa lalu. Masa dimana kenangan manisnya di mulai ketika masih duduk di bangku SMA. Dari awal pertemuan hingga akhirnya ia kehilangan kontak dengan sahabat baiknya. Delapan tahun sudah Ardian menyimpan kisah hidupnya yang telah merubahnya. Kekecewaan dan penyesalan kembali menyelimuti hatinya.
_
_
_
_
Flashback On
Pukul 7.30 pagi. Rindu bergegas menuruni angkot, berusaha mempercepat pergerakan yang memang sudah terlambat. Ini senin pertama ia sebagai murid 'SMA KASIH BANGSA' dan hari ini upacara bendera pertama. Rindu terlalu bersemangat, semalam ia sampai tidak bisa tidur karna tidak sabar untuk mulai bersekolah, dan akhirnya ia terlambat bangun pagi ini.
___
Cerita pagi ini ....
"Astaga ... Rindu! belum bangun juga, ini hari pertama sekolah, kamu masih molor!"
Mama Menarik selimut Rindu paksa dan mencipratkan air yang di bawanya dari kamar mandi.
"Aaaa ... aauuu ... Mama, basah nih ...!"
Rindu tersentak terpaksa bangun dari tidurnya. Ia berusaha duduk dan mengusap mata agar segera terbuka. Sesekali ia menguap menghilangkan rasa kantuk yang masih menggelayuti.
"Sana mandi cepat, lihat tuh jam!"
Rindu ikut melihat arah telunjuk mama dan melotot. Masih setengah sadar Rindu berlari ke kamar mandi. Tubuhnya oleng hampir menabrak lemari pajangan.
"Hati-hati ... ya ampun anak ini, Mama bilang jangan tidur malam!"
"Ah ... Mama, handuknya kelupaan!"
Mama menepuk jidatnya, ada-ada saja kelakuan anak gadisnya ini setiap pagi. Ia menggeleng, lalu mengambil handuk baru yang berukuran besar dari lemari.
___
Rindu berlari ke arah pagar yang hampir menutup. Beberapa siswa yang juga terlambat berhasil masuk di detik-detik terakhir. Rindu berlari secepat mungkin, namun naas, aksinya itu sia-sia. Pagar itu telah tertutup kurang lima langkah lagi darinya. Bapak satpam tersenyum dan melambai ke arahnya, senyum kemenangan berhasil membuatnya harus di hukum setelah ini.
Pak satpam nyebelin ..., rutuknya dalam hati.
Rindu tidak sempat menghentikan langkahnya hingga akhirnya menabrak pagar besi itu.
Brakk!
"Aauuu ... sttt ...." Rindu meringis sesaat. "Pak ... pak ... tolong buka pagarnya, please ...!"
Rindu menyatukan kedua telapak tangannya. Nafasnya masih tersengal-sengal, sedetik kemudian tiba-tiba bahu kanannya di senggol seseorang.
"Aauuu ... siapa sih?"
Rindu menoleh ke arah cowok yang menabraknya, yang menunduk mengatur nafasnya sembari memegangi lutut dan dadanya.
"Maafb... Huufftt ... Huufftt ...."
Rindu mengelus pundaknya, terasa nyeri. Cowok itu telah berdiri tegak dan ikut mengelus pundak Rindu tiba-tiba. Secepat kilat gadis itu menepis tangan orang yang menyentuhnya.
"Dih ... apaan sih? pegang-pegang sembarangan!"
"I--itu bahu kamu gak apa-apa? maaf aku gak sengaja!"
"Gak apa-apa!" jawab Rindu ketus, lalu kembali memohon pada pak satpam di seberang pagar.
"Pak ... tolong buka pagarnya!"
Rindu merengek memohon, namun pak satpam menggeleng dan menunjuk ke arah guru yang berdiri tidak jauh dari pagar sambil melipat tangan di dadanya. Pak Darma guru BK ter sadis sepanjang sejarah SMA itu didirikan. Murid-murid menjulukinya Pak Raden, karena kumisnya yang tebal dan panjang mirip
Pak Raden. Tampangnya juga sanggar, selalu di takuti para siswa. Hobinya menonton drama seperti ini setiap senin pagi.
Matilah, itu pasti guru BK, sial banget sih aku pagi ini. Udah telat, bahu aku di tabrak lagi, dan sekarang harus di hukum guru BK, gumamnya dalam hati, ia mendadak pucat.
Segala tingkah nya di perhatikan anak cowok di samping tanpa ia sadari. *H*aha ... mukanya lucu banget, pikir cowok itu.
"Udah telat juga ... ngapain di pikirin, tenang ... aku bakal temani kamu kok!" ucapnya membuyarkan lamunan Rindu.
"Apaan ... siapa juga yang sudi?!"
"Cantik-cantik galak!"
"Suka-suka aku, sana-sana jangan dekat-dekat!"
Rindu mengibaskan tangannya menyuruh menjauh. Anak cowok itu tersenyum tanpa mendengar perkataan Rindu, ia semaki kesal. Apaan sih ni cowok, senyum-senyum! pikirnya lagi.
Sepertinya asyik nih, cewek galak yang unik. Kalau berteman, pasti menyenangkan. Kelihatannya sama-sama anak baru juga, di kelas mana ya anak ini? batin cowok itu kemudian.
Lima menit kemudian mereka di biarkan masuk bersama beberapa murid lain yang terlambat. Mereka di giring untuk ikut upacara, namun di suruh berdiri paling belakang. Setelah upacara selesai, mereka di jemur selama 15 menit sambil hormat di hadapan bendera. Lalu mereka di suruh datang ke ruang BK untuk diberi pengarahan.
*
*
*
*
Jangan lupa tinggalin jejak ...
LoPe dan JemPol kamu yang berharga. 🥰
Komen Yuuu ramein...
Happy Reading 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
HIATUS
batin typo
2021-12-06
0
HIATUS
kalo bhs bati gak usah borong.
pake tanda kutip wookkee!
2021-12-06
0
HIATUS
oow.. ini uang di maksud epilepsi bukan kak? eh apasih aku lupa namanya.
2021-12-06
0