Kila yang sempat mematung dan tertinggal oleh Irsyad pun disadari oleh Irsyad. Lalu Irsyad mundur mendekat ke Kila.
"Dari tadi saya ngomong sendiri ternyata. Pantas, tidak ada tanggapan dari belakang, rupanya kamu diam disini," ucap Irsyad agak kesal ke Kila.
"Maaf, Pak. Tadi tali sepatu saya lepas sebelah kanan. Sudah saya perbaiki, yang kiri malah ikutan lepas, hehe," ujar Kila beralibi seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
...****************...
Kini mereka sudah dekat dengan aula, hanya tinggal beberapa langkah saja.
"Begini, saya masuk terlebih dahulu, ya. Setelah itu kamu. Saya tidak ingin kita bersamaan masuknya." Perintah Irsyad, kemudian dibalas anggukan oleh Kila.
Irsyad sudah masuk ke dalam, berarti tinggal giliran Kila. Tidak seperti Irsyad yang menyelonong masuk, sebagai siswa baru etikanya adalah dengan mengetuk pintu masuk terlebih dulu. Kila pun mengetuk pintu tiga kali lalu meminta izin masuk.
"Permisi, Kak. Saya Afifah Syakila siswa baru peserta acara, Kak. Maaf atas keterlambatan saya, Kak. Apakah saya diizinkan masuk?" tanya kila penuh sopan santun.
"Masuk," ujar kakak OSIS dari seberang.
"Baik, Kak. Terimakasih banyak." Ucap kila menunduk seraya berjalan ke sebelah Ira, tempat duduknya tadi.
Belum sempat Kila duduk, Kakak OSIS tadi sudah memanggil namanya untuk ke depan aula dan menghadap ke seluruh siswa. Tanpa pikir panjang, Kilapun menurut. Sebagai aturan, semua peserta forum wajib menuruti perintah panitia yang dipegang oleh OSIS.
Kila melihat Irsyad sudah selesai dengan urusannya, sepertinya mengantarkan keperluan berkas acara. Kemudian Irsyad segera melangkah keluar dari aula dan melewati Kila begitu saja. Terbesit dalam pikiran Kila kekecewaan, entah karena apa Kila juga tak tahu.
"Sini kamu, Afifah Syakila, kan?" tanya kakak OSIS.
"Iya, baik, Kak," Kila menurut.
"Dari mana saja?"
"Dari musholla, Kak."
"Jangan bohong!"
"Demi Allah, saya berkata jujur, Kak."
"Jangan bawa bawa nama tuhan segala!" kata kakak OSIS dengan sewot.
"Kalau begitu, saya bisa menjelaskan, Kak," pinta Kila.
"Buruan, kalau nggak masuk akal, ada hukuman buat kamu."
"Baik, Kak."
"Ya udah, ngomong!"
"Saya tadi sholat nya lama, Kak. Setelah saya sadar sudah tidak ada lagi siswa baru yang lain, saya mencoba mencari salah seorang kakak OSIS, tapi nihil," jelas Kila.
"Terus? Tetap telat, kan?"
"Iya, Kak. Saya nyasar mau ke aula tadi."
"Kamu masih siswa baru disini. Baru hari pertama aja udah nggak menghargai waktu, gimana nanti coba? Jadi mau kamu sekarang seperti apa?"
"Saya mengakui kesalahan saya, Kak. Saya minta maaf akan tindakan saya. Saya siap untuk dihukum sebagai konsekuensinya," jawab Kila dengan pasrah.
"Um, kasih hukuman apa, ya ...," kata kakak OSIS dengan nada licik.
Disela percakapan mereka, tak disangka Irsyad datang kembali ke aula. Si kakak OSIS itupun sibuk bersikap manis untuk pencitraan di depan sang guru.
"Eh, bapak kembali lagi. Ada yang kelupaan, ya, Pak?" tanya si kakak OSIS, sebut saja Yuli, berbasa-basi.
"Iya, ada yang kelupaan. Saya lupa bilang, siswi yang bernama Afifah Syakila ini, dia ikut bersama saya tadi. Dia mengatakan semuanya dengan jujur. Saya juga baru keluar dari musholla sesaat setelah dia juga baru keluar dari musholla. Saya yang langsung mengantarnya ke aula ini, tapi saya duluan masuk kemudian disusul dia yang masuk. Itu saya lakukan agar kami tidak berbarengan dan akan dikira macam macam oleh segelintir orang yang iri pada si siswa baru ini. Saya rasa dia tidak pantas dihukum untuk alasan apapun. Dia tidak salah, kalian panitia yang salah karena tidak mencari siswi ini. Apa tahu kalian kalau dia tersesat? Bukannya itu bagian dari tanggungjawab kalian? Lalu pantaskah orang yang salah menghukum orang yang tidak salah?" Pembelaan untuk Kila dilontarkan Irsyad. Kila juga cukup terkejut atas kembalinya Irsyad ke aula. Yuli juga terdiam seribu bahasa, dilain sisi Kila terlihat mengulum senyum karena dibela oleh Irsyad.
"Jadi, bisa kamu persilahkan siswi yang bernama Afifah Syakila ini duduk, Yuli?" tanya Irsyad dengan penekanan didalamnya.
"Kamu, Afifah Syakila, duduk kembali di tempatmu," perintah Yuli, ada nada gemetar terdengar.
"Baik, Kak. Terimakasih, Kak." ucap Kila seraya menuju tempat duduknya di sebelah Ira.
Setelah melontarkan pembelaan untuk Kila, Irsyad langsung menyelonong keluar tanpa berkata sepatah kata pun.
Kila memikirkan lagi kejadiannya dengan Irsyad hari ini. Allah Mahakuasa, Kila yang perlu orang untuk menuntunkan arah ke aula, Dia menghadirkan Irsyad. Dan ketika Kila sudah ingin menyerah dan pasrah untuk menerima hukuman dari Yuli meski tak bersalah, kuasa dari Allah lagi Irsyad membelanya dan tak jadi dihukum.
Sejujurnya, diakhir ingin dihukum Kila ragu kalau Irsyad akan membelanya. Irsyad terlihat abai dan tidak langsung menjelaskan keadaan Kila pada Yuli, lalu pergi begitu saja melewati Kila. Sejujurnya Kila ingin Irsyad menjelaskan langsung keadaannya saat dirinya dan Irsyad baru sampai di aula, tapi Irsyad menyuruh dirinya dan Kila untuk tidak berbarengan memasuki ruangan. Yang tandanya, Irsyad hanya mencoba mengantarkan Kila saja karena tujuan yang sama, pikir Kila bukan untuk menjelaskan keadaan dirinya. Namun, Kila tetap bersyukur atas dibelanya dirinya. Semuanya terjadi karena Allah Mahakuasa.
...****************...
Akhirnya, acara perkenalan lingkungan sekolah untuk siswa baru sudah selesai, sudah tiga hari berlalu. Sejak saat itu, Kila belum sempat bertemu dengan Irsyad untuk berterimakasih karena sudah menyelamatkannya saat itu. Berlebihan memang kata "menyelamatkan dirinya", padahal hanya sekedar dibela. Lebih tepatnya lagi, laki-laki itu hanya meluruskan keadaan.
Sekarang, seluruh siswa sudah dibagikan kelasnya. Kila mengambil kelas IPS, entah kebetulan macam apa ternyata Kila sekelas dengan Ira. Hal itu membuat Kila lebih leluasa didalam kelas karena sudah ada yang dikenal nya. Tapi Kila memilih untuk duduk di depan, paling depan persis didepan meja guru. Kila mengajak Ira untuk duduk di depan bersamanya, tapi Ira tetap tidak mau. Sedangkan Kila juga tidak mau diajak Ira duduk didekat jendela kelas.
"Ya udah, Ra. Aku di meja depan, kamu di dekat jendela. Nanti kamu juga cari teman semeja, terus kenalin ke aku, aku nanti juga gitu. Biar kita banyak temen. Gimana?" tawar Kila untuk mengakhiri beda pendapat ini.
"Oke, Akil. Siap laksanakan, komandan. Aku sebenarnya udah ada, Kil. Bentar aku kenalin dulu."
"Hai, Kil. Aku Arisa Putri, panggil Risa aja." si sosok teman baru muncul memperkenalkan diri.
"Hai juga, aku Kila, Afifah Syakila. Sejak kapan udah semeja bareng? Kan selama satu minggu ini kita berdua terus duduknya, Ra." Kila juga heran karena Ira sudah dapat teman baru.
"Udah dari abis acara untuk siswa baru itu, loh, Kil. Udah lama, cuman kamunya yang entah kemana. Tiap pagi sampai jam sembilan aja kita bareng, sisanya kamu ke musholla mulu sampai bel pulang. Dan pagi sampai jam sembilan si Risa yang ke musholla. Jadi baru kali ini kalian berjumpa. Kalian berdua, sibuk aja, sih. Gimana mau tau coba?" ujar Ira menjelaskan.
"Ooh, gitu ...," ucap Kila dan Risa kompak. Kemudian ketiganya tertawa bersama.
"Haha pantas nggak ketemu, dan aku nggak tau. Ya udah, Risa salam kenal, ya," ujar Kila menyudahi gelak tawa mereka.
"Iya, salam kenal juga, Kila."
Sebelumnya, Kila dan Ira selalu duduk bersama di dekat jendela kelas, tempat duduknya Ira. Tapi itu karena Kila tahu pembelajaran akan resmi dimulai Senin nanti, empat hari lagi tepatnya. Namun sekarang Senin itu telah tiba. Kila menginginkan tempat duduk di dekat guru, supaya perhatiannya saat belajar tidak terganggu. Sejak SD hingga SMA dia selalu duduk di posisi duduk yang sama, didepan meja guru. Kila merelakan untuk tidak duduk semeja dengan Ira agar dirinya tidak mengalami penurunan dalam pendidikannya. Toh, nanti diluar jam pelajaran mereka juga bisa bersama lagi, semeja juga.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Zul
dibela dong e
2021-12-21
3
Muhammad Zulfikar
next thor!!!!!!!
2021-08-25
3