Hari Pertama

" Karyawan barunya Rafa, ya? Boleh langsung naik ke lantai tiga," ucap resepsionis yang akhirnya Cantika tahu bernama Siska.

Cantika mengangguk dan menurut apa yang dikatakan resepsionis. Bagi Cantika, perusahaan ini tak terlalu memiliki banyak aturan yang ribet. Bahkan, beberapa karyawan hanya perlu datang ke kantor di hari-hari tertentu saja. Karena memang pekerjaan mereka lebih banyak dilakukan lewat jaringan. Jadi, dimana pun pekerjaan tetap bisa dilakukan.

Mengetuk pintu dua kali, Cantika mendengar suara berat yang mengizinkannya masuk. Cantika membuka pintu dan mendapati Rafa sudah duduk di sofa dengan kemeja biru muda yang kancingnya dibuka satu dan lengannya dilipat sebatas siku.

" Duduk," perintahnya datar, sama seperti pandangannya.

Cantika menurut. Entah mengapa, suasana berdua dengan Rafa terasa berbeda ketika ada banyak orang di sini.

" Cantika Abigail... Jadi begini rules-nya," lelaki itu mengambil sebuah buku di atas meja, membukanya dan melanjutkan, " pertama, kamu harus datang setiap hari dan langsung temui saya. Kedua, kamu akan ikut kemana pun saya pergi. Ketiga, ingatkan saya kalau saya membuang uang untuk hal yang tidak perlu. Keempat, jangan ganggu kehidupan pribadi saya selain keuangan. Kelima, kamu tidak bisa libur, kecuali sakit parah. Keenam, kontrak akan berlangsung enam bulan. Ketujuh, rules ini tidak perlu negosiasi. Silahkan tanda tangan di sini."

Rafa mengeluarkan dua lembar kertas bertuliskan surat persetujuan dan surat pernyataan. Cantika tidak bisa mundur. Ia butuh uang. Tak mungkin mengandalkan ayahnya yang nyaris gila karena hutangnya menumpuk dimana-mana dan Mamanya yang mengomel sepanjang hari, menyalahkan Ayahnya.

Cantika tidak bisa seperti itu terus. Ia juga sudah tak betah lama-lama di rumah karena ia harus mendengar pertengkaran kedua orang tuanya sepanjang malam. Cantika menandatangani surat itu dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

" Ingat, kalau kamu melanggar, saya bisa saja melapor ke polisi."

Cantika tahu risiko apa yang akan ia terima jika suatu saat ia melanggar aturan. Tapi, Cantika yakin seratus persen jika ia tak akan melanggar apapun.

" Sekarang, kamu rekap semua bon yang ada di laci. Itu bon pengeluaran saya dari awal bulan."

Cantika mengernyit, " bon bapak?"

" Jangan panggil saya bapak."

" Maksud saya... bon kamu?"

" Kamu pikir kamu kerja buat perusahaan ini? Kamu salah. Mulai hari ini, kamu adalah manajer keuangan pribadi saya."

Cantika melongo. Tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Manajer keuangan pribadi? Apakah Rafa yakin? Jadi, Cantika bukan diterima sebagai manajer keuangan perusahaan ini? Astaga! kenapa sejak kemarin ia tak sadar. Harusnya ketika tiba-tiba Rafa mengatakan 'saya', cantika sudah sadar jika itu menunjuk personalnya.

Mengatur napas, Cantika sudah terlanjur basah menandatangani kontrak. Dengan lapang dada, ia berusaha melakukan yang terbaik. Lagipula ia butuh uang. Dan gajinya di sini cukup lumayan, sesuai dengan UMK kota yang paling tidak dapat membantunya membayar uang semesteran dan membayar biaya sekolah adiknya yang sudah kelas tiga SMA. Soal hutang ayahnya, biar nanti ia pikirkan pelan-pelan.

Membuka laci di bawah meja, Cantika terkejut mendapati tiga gepok struk belanjaan yang diikat menggunakan karet. Di depannya, Rafa mengamati. Membuat Cantika sedikit tak dapat fokus karena diawasi begitu oleh atasannya langsung.

Merekap satu-per-satu, Cantika lumayan terkejut dengan benda-benda yang dibeli Raffa. Sebagian besar benda-benda yang berhubungan dengan bola, seperti sepatu bola, jersey, celana, poster MU, beberapa struk restoran siap saji, restoran bintang lima, dan banyak sekali struk belanja minimarket dan supermarket.

" Wuih... anteng bener!"

Cantika yang cukup pusing setelah melihat deretan angka yang sangat banyak, langsung semringah ketika mendengar suara si tampan. Lelaki tampan itu mengambil tempat di sebelah Cantika dan membaca beberapa yang telah diketik Cantika di laptop Rafa.

" Sepatu futsal dua juta, jersey MU tujuh ratus, sepatu futsal dua koma lima, bla...bla...bla... kegilaan yang hakiki," ungkap si tampan.

Cantika penasaran dengan namanya, tapi ia malu untuk bertanya.

" Budget pacarannya yang mana?" tanya si tampan, mendekatkan wajah ke layar laptop.

Cantika ingin tertawa, tapi ia tahan. Ia sendiri tak tahu struk mana yang Rafa dapat ketika selesai makan dengan pasangan atau membelikan barang-barang untuk pasangan. Sedangan ia sama sekali belum menemukan benda perempuan yang Rafa beli selama dua minggu terakhir.

" Cantika, kamu hati-hati ya, sama Rafa. Dia itu buaya darat!" ucap si tampan sambil tertawa.

Rafa melempar bantal sofa, " Farel, diem bisa? jangan ganggu karyawan saya kerja!"

Cantika senang. Meskipun intonasi Rafa terdengar tak bersahabat, namun ia harus berterimakasih banyak karena sudah memberi tahu nama si tampan. Farel. Nama yang bagus.

" Cantika, kamu jangan sampai ketipu sama sikap dinginnya ya."

Cantika tak bisa menahan diri untuk tersenyum yang rupanya disadari oleh Rafa.

" Fokus!" ucapnya.

Tertawa, Farel merasa menang. Ia kemudian berjalan ke dispenser air minum di sebelah sofa dan membuat kopi hangat untuknya.

" Cantik, kamu suka kopi?" tanyanya.

" Nggak terlalu."

" Berarti kalau dibuatin diminum lah ya," ucapnya lagi. Kemudian kembali dengan membawa dua cangkir kopi kemasan rasa gula aren.

Cantika melirik sekilas ketika menghirup aroma kopi hitam. Ia pikir, Farel akan membuatkannya kopi susu, nyatanya yang tersaji di depannya adalah kopi hitam yang tak ia sukai.

" Terimakasih," ucap Cantika. Meski pun ia tak suka, tetap saja harus menghargai perbuatan baik orang lain. Apa lagi, orang itu tampan macam Farel.

" Dion sama Brian kemana?" tanya Rafa.

" WFH katanya."

Rafa manggut-manggut, kemudian meraih kopi milik Cantika yang dibuatkan Farel. Hal itu membuat Farel mendelik, tak terima jika Rafa mencurinya. Sedangkan Cantika senang, karena dengan begitu, ia jadi punya alasan untuk tak meminum kopi hitam buatan Farel.

" Itu kan buat Cantik."

" Cantik? Ck. Cantika." Rafa meralat panggilan Farel kepada karyawan barunya.

Farel tak menggubris ucapan Rafa. Ia hanya melirik Rafa sekilas, kemudian mengambil ponselnya dari saku jaket bomber, " sebagai gantinya, kamu mau apa? aku pesenin deh."

Cantika meregangkan tubuhnya sejenak, melirik Rafa sekilas, kemudian berkata, " thai tea, nggak masalah." Cantika mengulas senyum.

" Oke. Thai tea tiga."

" Nggak usah sok manis, Farel."

Farel tak mendengarkan. Ia lebih memilih mengamati apa yang sedang Cantika lakukan. Mengetik rumus dan terkejut melihat pengeluaran Rafa selama dua minggu terakhir.

" Lima belas juta. Benar-benar sultan!" Farel geleng-geleng kepala.

Di harapannya, Cantika melihat Rafa menghembuskan napas kasar. Lelaki itu tampak membalik laptopnya dan mengusap seluruh bagian wajahnya.

" Cantika, apa ada solusi?" Farel bertanya, " kasihan mau nikah tapi uangnya habis buat beli barang-barang nggak jelas."

***

Terpopuler

Comments

EroSenpai

EroSenpai

Lanjut!

2021-09-25

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 67 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!