Sore hari nya, ketika Miran selesai mandi pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang...
Tok..tok...tok...
"Pintu tidak dikunci"jawab Miran sambil mengenakan kaosnya..
"Miran.." sapa nenek
"Ehhh iya nek, ada apa?" tanya Miran
"Ini.." kata nenek sembari memberikan sebuah cincin...
"Cincin...? Milik siapa nek?" tanya Miran sembari menerima dan mengamati cincin tersebut..
"Cincin peninggalan ibu mu nak" kata nenek..
Miran terdiam mengamati cincin tersebut, ada rasa sedih, sesak dan benci yang dia rasakan saat ini...
"Miran, lihatlah cincin itu nak... Cincin ini adalah saksi bisu di mana saat ibu mu disiksa hingga akhir hidupnya ditinggal begitu saja tanpa belas kasihan" kata nenek memprovokasi..
"Cincin ini lah pemberian dari ayah mu dulu saat dia meminang ibu mu... Hiksss...hiksss.." kata nenek mulai menangis..
"Letakan cincin ini didadamu nak agar kamu bisa merasakan bagaimana kejamnya mereka kepada kedua orang tuamu dulu, dan ingatlah slalu apa tujuan mu sekarang... Jangan sampai kamu lemah... Jika kamu mulai merasa lemah, letak kan cincin ini di dadamu agar kau ingat betapa kejamnya mereka" kata nenek sambil menunutun tangan Miran yang memegang cincin ke arah dada Miran..
Miran memejam kan mata saat cincin itu berada di dadanya, merasakan gemuruh di dadanya, benci, sakit hati dam kesedihan bercampur jadi satu dan mengingat semua yang nenek katakan..
Nenek meninggalkan Miran sendirian di kamarnya yang sedang terdiam karena semua omongan yang dia ucapkan...
"Miran, segeralah kamu menyelesaikan semuanya, balaskan dendam nenek kepada mereka" kata nenek sebelum menutup pintu nya..
Miran masih terdiam, dia benar benar mulai emosi mengingat semua yang di katakan neneknya..
Miran mengambil sebuah tali, dan memasukan tali tersebut ke cincin itu untuk dijadikan kalungnya agar dia tak lupa apa tujuannya saat ini...
Setelah cukup merasa tenang, Miran keluar dari kamarnya menuju ruang keluarga di mana semua keluarganya berkumpul di sana..
"Riyan, ayo kita kembali ke kota Y sekarang!!" kata Miran dengan wajah kakunya..
Riyan yang merasa disebut nama nya hanya melongo..
"Ahhh iya, aku siapkan dulu mobilnya" kata Riyan tersadar..
"Nenek Miran pergi dulu, nanti Miran kasih kabar selanjutnya.." kata Miran pelan berpamitan sambil berlutut di depan neneknya yang sedang duduk
Nenek hanya menganggukan kepalanya..
Miran bangkit dan menganggukan kepalanya kepada keluarganya yang lain...
"Miran, tak bisakah kamu bermalam di sini? Aq merindukan mu Miran.." kata Mei memelas di depan Miran..
"Maaf Mei, aku tidak bisa aq ada urusan penting" jawab Miran pergi meninggalkan Mei..
"Sudahlah nak, kamu bersabarlah dulu.. Setelah semua slesai dia akan kembali kepada mu" jawab mama Eni..
"Tapi mah hiks...hiks...hiks" jawab Mei sambil menangis..
Nenek hanya menatap Mei dan mama Eni lalu meninggalkan mereka berdua menuju ke kamarnya..
"Ira, kamu tolong bilang ke Samsul untuk besok pagi pagi sekali bersiap siap kita kembali ke kota Y dan kamu tolong beri tahu sama yang lain agar bersiap siap..." kata nenek saat bertemu sama Ira asistenya di depan kamarnya..
"Baik bu" jawab Ira.
☘☘☘☘☘
Esok harinya di kediaman keluarga Sadli seperti hari biasanya semua penghuni rumah tersebut sibuk terutama para kaum perempuannya untuk menyiapkan sarapan...
"Ike, stok roti gandum sudah habis, bisakah kamu pergi keluar untuk membelinya?" tanya mama Anna..
"Ahhh, biarkan Rayyan aja ma yang keluar pergi membelinya" kata Rayyan tiba tiba.
"Ok lahh, jangan lama lama ya sudah hampir jam sarapan" kata mama Anna..
"Siap mama, muaachhhh" kata Rayyan sambil mencium sang mama..
"Kakak, aku ikut" kata Gendis..
"Ok, kita ambil jaket dulu.. Letss goo" kata Rayyan semangat..
"Lets goo.." jawab Gendis menggandeng tangan kakaknya..
Semua tersenyum melihat kelakuan Rayyan dengan sang adik kecuali mama Sinta..
Setelah sampai di pusat perbelanjaan di kota Y, Rayyan dan Gendis berjalan sambil bergandengan tangan...
Saat Rayyan sedang asik membeli roti gandum yang di butuhkan, tanpa disadari Gendis memisahkan diri mengikuti tukang balon...
Gendis mengejar tukang balon menjauh dari keberadaan sang kakak..
Saat dia sadari, Gendis kebingungan dan mulai menangis...
"Kakak... Kakak..., kamu di mana hiks... Hikss... Kakak" tangis Gendis sambil terus berjalan tanpa arah.
Rayyan telah selesai berbelanja, saat dia membalikkan badan Rayyan bingung melihat adiknya yang tidak ada di dekatnya...
Rayyan panik dan mencoba mencari...
"Gendis... Gediss!! Kamu di mana? Gendis..." teriak Rayyan memanggil adiknya...
Rayyan terus berkeliling mencari keberadaan adiknya, dia bingung dan takut...
"Gendiss kamu di mana, duuhhh gimana ini, ya Tuhann tolong aku" batin Rayyan sambil terus mencari...
Di lain tempat, di mana saat ini Gendis duduk di pinggiran sebuah bangku taman yang tak jauh dari pusat perbelanjaan..
"Kakak, aku takutt hiks... Hiksss" Gendis terus menangis...
☘☘☘☘☘
Pada saat itu Miran yang baru saja selesai membeli sarapannya bersama Riyan tak sengaja melihat anak kecil duduk sendirian di bangku taman sambil menangis...
"Riyan, lihat anak itu.. Coba kita dekati kasihan" kata Miran menunjuk ke arah anak itu.
"Ayok" jawab Riyan..
Miran berjalan mendekat menuju keberadaan anak itu mencoba untuk menolong..
"Halooo adik manis, kenapa kamu menangis? Siapa nama kamu?" tanya Miran lembut..
"Hiksss...hiksss nama ku Gendis om" jawab Gendis terisak...
"Kamu sama siapa di sini kenapa menangis?" tanya Miran lagi berjongkok di depan Gendis..
"Aku kesini sama kakak, tapi aku terpisah saat aku mengekar tukang balon" jawab Gendis...
"Di mana terakhir kamu sama kakakmu?" tanya Miran lagi
"Kenapa kakaknya ceroboh sekali.." batin Miran..
"Tadi kakak sedang beli roti gandum" jawab Gendis...
"Mari kakak bantu cari kakakmu, dann jangan lagi panggil om ok..." kata Miran tersenyum
Gendis hanya mengangguk..
"Ayokk, jangan menangis lagi.. Nanti kakak belikan balon" rayu Miran sambil menggandeng tangan Gendis..
"Beneran kak? Horeee ayok" jawab Gendis girang..
Miran pun berjalan beriringan dengan Gendis dan di ikuti Riyan di belakangnya..
"Duhh Gendis kamu di mana? Apa aku telfon mama ya, tapi nanti kalo mama tau pasti mama jadi khawatir.. Duhh gimana ini" kata Rayyan berbicara sendiri sambil berjalan mencari cari Gendis kebingungan..
Dari kejauhan Rayyan melihat sang adik di gandeng oleh seorang pria, dia berhenti sejenak mengamati siapa pria itu tampak tak asing bagi dia...
Saat ingat siapa pria tersebut Rayyan langsung mengambil langkah seribu menghampiri sang adik..
"Heiii!!! Lepasin adik saya" teriak Rayyan sedikit berlari..
"Kakak..." teriak Gendis kegirangan...
"Lihat nih kak, aku dibeliin balon sama kakak ganteng ini" kata Gendis memamerkan balonnya..
Rayyan hanya tersenyum melihat adiknya, lalu mengalihkan pandangan sinisnya ke pria di depannya..
"Apa yang kamu lakukan kepada adik ku? Ijin dulu sebelum kamu membawanya, atau jangan jangan kamu mau menculik dia dengan iming iming balon ini hahh!!" kata Rayyan emosi..
"Ehhh tunggu dulu, jangan asal nuduh kamu... Aku menemukan adik ini di bangku taman sana sambil menangis... Kakak macam apa kamu bisa seceroboh begini... Masih untung bertemu sama aku, kalau bertemu dengan orang jahat bagaimana?" kata Miran tak kalah emosi..
Riyan yang berada di samping Miran pun memcoba menenangkan mereka berdua..
"Sudah... Sudahh.. Tidak enak dilihat... Masih bisa dibicarakan baik baik.." kata Riyan..
"Untung untung, yang ada aku sial bertemu kamu" kata Rayyan tanpa mendengarkan omongan Riyan..
"Apa kamu bilang, bukannya terimakasih malah menuduh yang tidak tidak.. Riyan ayo kita kembali ke penginapan dulu.." kata Miran mengakhiri perdebatan..
Miran pun pergi meninggalkan Rayyan dan adiknya..
"Kakak, kenapa kakak marah marah sama kakak ganteng itu" kata Gendis.
"Kamu harus hati hati sama orang itu sayang" kata Rayyan sambil berjongkok mensejajarkan dirinya.
"Tapi kak, kakak ganteng itu benar, dia yang menolong aku untuk mencari kakak" jelas Gendis.
"Udah ayokk pulang, sudah ditunggu mama nanti kesiangan muachh...." kata Rayyan sekilas mencium kening adiknya.
Tanpa disadari Rayyan, dari tadi dia sedang diamati oleh seseorang diseberang jalan..
"Sialan Rayyan, awas kamu ya beraninya bertemu dengan Miran.. Lihat aja nanti apa yang akan aku lakukan" batin orang itu..
☘☘☘☘☘
Di dalam mobil, Miran masih sedikit emosi..
"Sialan, sudah ditolong malah menuduh yang tidak tidak!!!" kata Miran..
"Sabar Miran, inget dengan rencanamu" Riyan mencoba mengingatkan.
"Bertemu dengan dia sangat menyebalkan, bukannya berkesan.. Keras kepala sekali gadis itu" keluh Miran.
"Hahahaha" Riyan menertawakan Miran..
"Ingat ga, waktu aku datang ke kantor terlambat beberapa hari yang lalu?" kata Miran..
"Hmmmm... Iya iya aku ingat, lalu?" kata Riyan..
"Aku datang terlambat karen aku menolong dia yang tidak sengaja aku tabrak, ehhhh malah dia nuduh aku mau menculik" jelas Miran..
"Hahahahaha lalu apa yang kamu lakukan??" tanya Riyan.
"Saat aku turunkan dia, dia memang langsung turun tapi tidak lama kemudian dia masuk dengan wajah yang memerah hahaha" Miran menceritakan kejadiannya.
"Hahaha, aku pikir langsung kamu tinggal." ledek Riyan.
"Mana mungkin.." jawab Miran.
Riyan hanya mengangguk menanggapi perkataan Miran..
semoga sukaa ☺ selamat membaca.
jangan lupa like dan komen ya.. terimakasih..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments