Bik Inah yang melihat Bima hampir menghabiskan seluruh makanan yang ada di atas meja,cuma menatapnya dengan iba. Bik Inah sangat tau betapa Sulit dan pahitnya kehidupan Rumah tangga Tuan mudanya, bayi yang sejak kecil di asuhnya, tak terasa air mata Bik Inah menetes. Bima yang merasa kenyang dan bosan duduk di meja makan, terperanjat kaget melihat Bik Inah sudah berdiri mematung di hadapan nya.
"Bik inah..! sejak kapan Bik Inah di situ?"
Bima berdiri dari tempat duduknya dan melangkah mendekati Bik Inah. Sedangkan Bik Inah langsung cepat cepat memalingkan wajahnya dan menghapus sisa-sisa buliran air mata, Bik Inah tidak ingin Tuan mudanya tau, tapi terlambat Bima sudah mengetahuinya.
"Kenapa Bik Inah menangis," Tanya Bima cemas seraya membalikkan badan Bik Inah yang tadi mau membelakangi nya.
"Tidak apa-apa , ini bukan menangis Den, itu tadi cuma kena debu,"
"Bik Inah bohong ya..?" Goda Bima manja.
"Beneran Den, kena Debu,"Elak Bik Inah menutupi.
"Bohong itu dosa lho Bik,"Seru Bima menggingatkan sambil tertawa.
"Den Bima sendiri kenapa hampir, menghabiskan makanan makanan itu semua..?"
"Aku kan lapar Bik..!" masak orang lapar tidak boleh makan banyak," Elak Bima tersenyum kecut menutupi rasa gundah nya.
"Den Bima kan bilang bohong itu dosa, jadi gimana, Den Bima Bohong apa tidak hayo..?"
Bima yang tak mampu menjawab hanya nyengir.
"Aku mau mandi dulu Bik, capek dan pegal-pegal rasanya ini badan..! Oh ya tadi Bik Inah menangis kenapa apa ingat kampung?" kalau Bik Inah kangen dan rindu kampung halaman Bik Inah boleh ambil cuti sesuka Bik Inah dan Vira boleh Bik Inah bawa, aku takut kalau sama kami yang bodoh dalam menggurus anak dia nanti rewel dan Bik Inah tidak perlu minta ijin kami, Bik Inah kan sudah ku anggap seperti Ibuku sendiri," Bik Inah tersenyum.
"Bik Inah tau Den, tapi nanti saja kalau Non Vira sudah sedikit besar,"
"Ya, sudah, aku pergi mandi dulu ya Bik, maaf makannya ludes, masakannya Bik Inah enak,"
Bima berlalu dengan menunjukkan jempol tangan nya ke arah Bik Inah. Bik Inah hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Tuan muda nya.
"Den Bima masih seperti dulu, selalu saja menyembunyikan segala rasa sedihnya sendiri, Gumam Bik inah dalam hati.
Bima langsung masuk kamar dan menuju kamar mandi, rasanya ingin segera cepat berendam, kejadian di meja makan membuat pikiran nya gundah. Dua puluh menit ritual mandi Bima selesaikan, hanya menggunakan handuk penutup bawah Bima keluar kamar. Dadanya yang bidang, rambutnya yang basah semakin membuat wajahnya semakin Tampan. Tiba-tiba pintu terbuka.
"CEKLEK..!"
"Aaaaaaaaah...!"
Mendengar ada suara jeritan, Bima segera menoleh di lihatnya Seila sedang menutup muka dengan kedua tangannya. Bima yang khawatir Seila kenapa napa, mungkin ketakutan melihat cicak atau tokek segera berlari menuju Seila.
"Ada apa ?"Kenapa ..!" Tanya Bima khawatir.
"Pergi.. pergi..!" jangan kesini," Seru Seila masih dalam mode menutup muka dengan kedua telapak tangannya.
"Jangan khawatir, tenang aku disini," Bima yang khawatir tanpa sadar memeluk tubuh Seila. Seila yang merasa risih dengan pelukan Bima segera mendorong tubuh Bima hingga jatuh. Seila pun semakin berteriak histeris mana kala handuk penutup Bima terlepas.
"Aaaaaaaaah...!" Seila kembali menutup muka dengan kedua telapak tangannya. Bima yang di buat Binggung jadi bertanya.
"Ada apa ?"
"Pakai handuk mu, itu nya kelihatan,"
Spontan Bima melihat tubuhnya.
"Astaga..!" aku polos," Ucap nya lirih, dengan sigap Bima segera melilitkan kembali handuknya. "Sudah jangan berteiak lagi mana cicaknya? dimana biar aku bereskan," Ucap Bima seraya berjalan mendekati Seila, tapi belum ada dua langkah, terdengar seruan.
"Stop...stop .. stop...di situ..!!!" jangan kesini," Ucap Seila menghentikan langkah Bima, dan Bima yang di buat Binggung pun berhenti.
"Ada apa ?"
"Pakai bajumu dulu, nanti lepas lagi," Ucap Seila seraya membalikkan badan membelakangi tubuh Bima.
"Oh, ini ya...!"baiklah aku pakai baju dulu jangan ngintip ya..!" Goda Bima.
"Apaan sih cepat sana,"
Ucapan Bima betul betul membuat kedua pipinya menjadi panas karena malu. Lima menit kemudian Bima sudah menganti bajunya, kaos berwarna putih dan celana pendek untuk santai.
"Sudah balik badanlah jangan berdiri mematung di situ," Ucap Bima.
Dengan lega, Seila membuka kedua telapak tangannya kemudian berbalik badan.
"Kenapa kamu pakai baju itu?" Tanya Seila kesal.
"Kenapa ?" kan semua sudah tertutup ada yang salah kah, salah nya dimana ?" Tanya Bima.
"Sudahlah, ngak ada," Ucap Seila seraya masuk ke dalam, tapi belum beberapa langkah tubuh Seila limbung, Bima yang jago dalam karate segera melompat dan menangkap tubuh Seila yang hampir jatuh, hingga tak jadi jatuh. Kini wajah mereka begitu dekat mata mereka beradu, Bima merasakan jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, rasa yang dulu selalu ada dan selalu menyiksa, cinta yang selalu tersimpan rapi di dalam hatinya yang tak pernah dia ucapkan, serta kegetiran dan kepahitan hati, ketiika tau orang yang dia cinta , mencintai orang lain. Mundur sebelum maju dalam perang diam sebelum semua dia sampaikan. Memiliki kemampuan dan kehebatan dalam karate, jago menahklukan lawan tapi tidak jago dalam menahklukan cinta. Kegalauan dan kegundahan hatinya dia pendam sendiri. Entah karena kesabaran ataukah takdir Tuhan, impiannya Ingin menjadi kekasih Seila terwujud, meskipun yang dia dapat bukan cinta yang pertama.
"Lepaskan, apaan sih,"
Mendengar seruan Seila, Bima tersadar dari lamunannya dan segera melepaskan dekapannya.
"Maaf, tadi kamu mau jatuh, jadi aku tidak sengaja,"
Seila tidak menanggapi ucapan Bima, segera dia mengambil ponsel dan keluar dari kamar itu. Bima yang melihat sikap Seila yang sangat cuek, menarik nafas dalam-dalam dan menghebuskan nya dengan kasar, seraya menghempaskan tubuhnya di ranjang.
****
Pagi Hari seperti Biasa Bima pergi ke tempat karate untuk mengajar, tapi pagi ini sangat berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya. Pagi ini Bima belum melihat Seila sama sekali sejak peristiwa tidak sengaja itu, Bima merasa Seila sedikit menjauhinya, ada rasa sesal dalam hatinya andai saja tidak ada kejadian itu, mungkin Bima masih bisa melihat tawa riang dan sikap ketusnya Seila kepada nya. Bik Inah yang melihat Bima masih di ruang tamu dengan mata celingukan seakan akan mencari sesuatu. Bik Inah segera menghampiri, Bik Inah mengerti siapa yang Tuan mudanya cari.
"Belum berangkat Den?" Tanya Bik Inah yang membuat Bima kaget.
"Bibik..!" dari mana munculnya bikin kaget saja," Grutu Bima pura-pura kesal. Sedangkan Bik Inah tersenyum masam.
"Ini sudah mau berangkat, aku berangkat dulu ya Bik," Ucap Bima.
"Baik Den, hati-hati di jalan, jangan ngebut kalau naik motor." Bima cuma tersenyum nyengir.
"Tumben Bik Inah perhatian, jadi teringat masa kecil, karena Bik inahlah yang paling sibuk mengurus nya, mulai dari sekolah bermain, bahkan tentang kepada siapa cintanya berlabuh, Bik Inah pun tau.
Suara deru motor pun mulai menjauh, Bik Inah segera menutup pintu dan masuk ke dalam, tapi tiba-tiba pandangan nya melihat sosok tubuh dari balik jendela kamar atas. Dengan sangat pelan bahkan seperti maling yang mengendap endap Bik Inah melangkah mendekati jendela kamar itu, menunggu dengan sabar, kelambu jendela itu terbuka lagi, pada detik berikutnya yang di tunggu tiba kelambu itu mulai terbuka dan betapa terkejutnya Bik Inah mengetahui sosok wajah di balik kelambu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
☾⃟ℳoon - Moon 🌙
👍
2022-02-17
0
TK
sukses
2022-01-27
0
B Na S Par
Mungkin bik Inah ingat bagaimana dulu Iyah mengasuh Bima sampe nangis gitu 😔😓
2022-01-15
0