Peran GANDA
...🍃...
...🍃...
...🍃...
"Aku mohon menikahlah dengan Mas Azam, Alina. Mbak mohon."
Sebuah permintaan dari seorang istri berdengung dalam pendengaran. Alina Inayah, seorang wanita berusia dua puluh empat tahun mematung dalam diam. Iris nya terus memperhatikan senyum lemah dari wanita yang tengah terbaring di atas brankar rumah sakit. Selang infus, alat pendeteksi jantung, berbagi macam alat medis menjadi peneman.
Bau obat-obatan menguar menembus indera penciuman. Alina mematung tidak bisa berkata apa pun. Lidahnya kelu dengan ucapan tercekat dalam tenggorokan. Apa yang barusan ia dengar bagaikan alat panah melesat tepat sasaran.
Bukan dengan cara seperti itu Alina ingin melepas masa lajangnya. Menikah menjadi salah satu cita-cita utamanya. Pelengkap separuh agama dan berjanji di hadapan Allah untuk hidup bersama menuju jalan kebaikan.
Namun, bukan dengan menjadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain.
"Tapi Mbak Yasmin. Mas Azam suami, Mbak. Apa yang Mbak pikirkan?" Alina tidak mengeri dengan pemikiran wanita itu.
Yasmin Zakiyyah, orang yang tadi menawarinya untuk menikah tersenyum lemah. Tangan wanita berumur dua puluh sembilan tahun yang dihiasi selang infus terulur menggenggam tangannya hangat. Alina terus memperhatikan wajah pucat nya dengan seksama.
"Mbak tahu. Itu sebabnya mbak minta kamu menikah dengan dia," jelasnya lagi.
Iris kecoklatan Alina bergulir melihat ke sepasang netra jelaga yang tengah memperhatikan mereka sedari tadi.
Rusdyan Azam Zabran, seorang pria berumur tiga puluh tahun itu membalas tatapannya. Secepat kilat Alina langsung melepaskan kontak mata dengannya dan kembali pada Yasmin. Satu gelengan diberikan, ia tidak mengerti kenapa keadaan menjadi runyam seperti ini.
Sudah bertahun-tahun ia mengenal Azam, seorang anak tunggal dari keluarga Zabran pengusaha properti di Ibu Kota Jakarta. Alina pun mengenal dengan cukup baik Yasmin yang kini masih menatapnya dengan sorot mata memohon.
"Kamu tahukan, Mbak mengidap penyakit Leukimia? Entah kapan donor sumsum tulang belakang itu akan ada. Mbak harap sebelum terlambat, sebelum semuanya terjadi. Mbak mohon menikahlah dengan Mas Azam," jelas Yasmin membuat Alina tidak mampu menahan air mata. Cairan bening itu meluncur begitu saja di kedua pipi. Dengan cepat ia pun menghapusnya kasar tidak mau memperlihatkan rasa kasihan.
"Ta-tapi, aku-"
"Kamu akan menikah denganku dua minggu lagi. Persiapkan dirimu untuk itu." Suara baritone menyela pembicaraan mereka.
Alina dan Yasmin menoleh pada Azam yang tengah berjalan mendekat. Tatapannya masih mengarah pada Alina dengan serius. Wanita itu pun buru-buru menundukkan pandangan.
"Aku mohon terimalah lamaran ini. Aku ingin menikahi mu, Alina. Lusa, aku akan langsung melamar mu di hadapan ibu," ujarnya lagi.
Alina tidak bisa mengatakan jawabannya sekarang. Dengan perlahan ia melepaskan tangan Yasmin seraya berkata, "beri aku waktu." Setelahnya ia pun pergi dari ruang rawat tersebut.
"Mas. Apa Mas pikir ini akan berhasil? Aku ingin melihat Mas menikah dengan Alina. Aku tidak bisa pergi dengan tenang jika Mas sendirian," oceh Yasmin yang kini menggenggam tangan suaminya erat.
Azam pun membalasnya lembut. Senyum hangat hadir di wajah tampan itu. Ia berjongkok di samping tempat tidur sang istri dengan sebelah tangan membelai puncak kepala berhijabnya.
"Kamu jangan khawatir semua akan baik-baik saja. Jangan berkata yang tidak-tidak, Sayang."
Suara dengan nada rendah itu menyapu pendengaran Yasmin. Ia bersyukur bisa memiliki seorang suami penyabar dan pengertian seperti Azam. Kecupan hangat pun mendarat di dahinya. Senyum keduanya menjadi pemandangan menggetarkan hati bagi seorang Alina yang tengah menyaksikan kebersamaan mereka di luar ruangan.
Di balik pintu berkaca itu Alina bisa melihat bagaimana sorot mata penuh cinta saling bergelora. Hati wanita mana yang tidak patah kala menyaksikan keromantisan rumah tangga tepat di depan matanya setelah permintaan pernikahan berlangsung.
Air mata terus saja mengalir tak tertahankan. Ia mendekap mulutnya kuat berharap isakkan tangis tidak keluar.
Merasa dipermainkan atau dibohongi? Alina tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi.
Secepatnya ia mengasingkan diri dari rumah sakit. Ini sudah satu minggu berturut-turut ia datang untuk menjenguk atau menemani Yasmin. Setelah ia tahu jika istri dari orang yang begitu dermawan seperti Azam mengidap Leukimia dirinya tidak percaya.
Hari-hari kemarin masih teringat jelas dalam memori. Bagaimana perhatian dan tatapan penuh damba seorang Azam terhadap istrinya. Begitu pula dengan Yasmin, meskipun menahan sakit ia tetap bisa menebar senyum manis.
Alina tidak menyangka jika dihari ketujuh kebersamaannya dengan pasangan tersebut mengantarkan berita tidak terduga.
...***...
Sore ini langit terlihat kelabu. Awan hitam saling berkumpul menghalangi senja yang terkadang memberinya kebahagiaan. Perlahan rintik air hujan mengiringi kepergian Alina. Sepeninggalannya dari rumah sakit ia pergi ke kampung halaman. Dengan jarak tempuh yang lumayan panjang ia menaiki bus untuk pulang pergi.
Tidak banyak orang dalam kendaraan tersebut. Alina bisa dengan bebas menguapkan perasaan tidak menentu dalam dada. Suara gemuruh langit dan ban besar bergesekan pada aspal saling bersahutan. Saling berlomba siapa yang bisa mengenyahkan kegundahan.
"Ya Allah, bantu hamba dalam menangani masalah ini. Apa yang harus hamba lakukan?" gumamnya dalam benak.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam lamanya, Alina pun tiba disebuah bangunan sederhana di mana ia dibesarkan. Rintik demi rintik air hujan masih membasahi tanah gersang. Ia pun berlari dari halte menuju rumah.
Tidak lama berselang pintu terbuka menampilkan beberapa anak kecil menyambut kedatangannya.
"Assalamu'alaikum, Teteh pulang," ujarnya kemudian.
"Wa'alaikumsalam, Teteh." Teriak anak kecil tersebut kompak.
Mereka langsung mengurubunginya seperti menyambut kedatangan seorang ibu. Ada sepuluh anak kecil di sana. Enam anak laki-laki dan empat anak perempuan. Ada juga tiga gadis dan dua orang pemuda. Total ada lima belas orang mendekatinya. Alina menampilkan senyum cerah kala celotehan dari mereka terus berdengung.
"Anak-anak, biarkan Teteh nya ganti baju dulu." Suara ringkih wanita paruh baya menginterupsi.
Mereka pun segera menyebar seperti semut kehilangan gula. "Ibu, Alina pulang." Ia berjalan lalu menyalami tangan keriput wanita berhijab lebar itu.
"Eum, ada apa?" Hati seorang ibu memang tidak bisa dibohongi meskipun keduanya tidak memiliki hubungan darah. "Ah anak-anak ini hampir maghrib siap-siap untuk mengaji," lanjutnya membuat mereka mengangguk kompak dan menuruti perintah sang ibu.
Sepeninggalan mereka, kedua wanita yang terpaut perbedaan usia cukup besar tersebut duduk berdampingan di kursi kayu. Tangan yang selalu hangat merengkuhnya terus menggenggam tanpa melepaskan.
"Mbak Yasmin meminta Alina menikah dengan Mas Azam. Tadi, Mas Azam bilang lusa akan datang ke sini bertemu dengan ibu," jelasnya kemudian.
"Ya Allah. Nak, meskipun ibu bukanlah orang tua kandung, tapi yakinlah sebagai seseorang yang sudah membesarkan mu, ibu memahami keadaan ini. Nak, Yasmin memintamu menikahi suaminya bukan karena maksud tertentu. Tetapi, beliau menginginkan yang terbaik. Mungkin ini rencana Allah yang terbaik untukmu, Nak. Untuk keluar dari panti ini dan menemukan kehidupan yang lebih baik lagi."
Alina tidak kuasa membendung air matanya lagi. Ia langsung menghamburkan dirinya memeluk tubuh tidak muda lagi itu. "Ibu Aminah akan selalu menjadi orang tuaku. Meskipun ayah dan ibu kandungku sudah tiada, tetapi aku bersyukur bisa mendapatkan Ibu Aminah sebagai pengganti mereka."
"Ibu senang mendengarnya. Lupakan masa lalu, Sayang. Dan untuk pernikahan nanti anggap saja kamu membalas budi kepada Mas Azam karena sudah menjadi donatur tetap seperti orang tuanya." Mendengar penuturan tersebut Alina terkejut.
"Benar kata ibu. Dari aku kecil orang tua Mas Azam selalu menjadi donatur untuk panti ini. Bahkan sekarang sudah dilanjutkan oleh beliau. Ya Allah," monolognya dalam diam.
...Alina Inayah...
...Rusdyan Azam Zabran...
...Yasmin Zakiyyah...
...Sumber gambar : Pinterest...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Happyy
🤩🤩🤩
2023-06-20
0
Sriza Juniarti
karya sebagus ini kok likenya sedikit ya
semangat Author 👍👍👍🥰
2022-11-06
1
Farida Wahyuni
masih awal aku udah suka.
2021-11-12
1