4

Setelah itu, jam pulang.

“Ari, tunggu.”

“Haa, ya. Round Iona.” Round, sebuah panggilan khusus untuk wali kelas. Baru saja aku mengetahuinya dari teman kelas yang lain.

“H-Hentikan itu, itu memalukan.”

“Kau tidak masalah ikut pulang dengan siswa.”

“Tidak masalah.”

“Benarkah?”

“Ya.”

“Seorang Round pulang bersama dengan siswa, itu bisa jadi skandal yang bagus.”

“Huh?”

“Tidak, lupakan saja.”

“Lalu, bagaimana?”

“Apanya?”

“Apa kau terkejut?”

“Sedikit.”

“Hee, benarkah?”

“Setidaknya aku menyadari sedikit kejanggalan sebelumnya. Oleh karena itu aku tak begitu terkejut.”

“Kejanggalan?”

“Apa aku harus menjelaskannya?”

“Kalau bisa.”

“Haa, kau sudah menjadi siswa diakademi itu selama beberapa tahun. Lalu kau bilang kalau kelasmu di tempat kelasku, yang termasuk kelas untuk siswa baru.”

“Hmm, begitu.”

“Lalu, aku juga melihat Lucy dikelas. Apa dia juga seorang pengajar?”

“Tidak, dia siswa baru. Sebelumnya dia mengurus wilayah yang dia miliki selama beberapa tahun, tapi karena bosan dia masuk ke akademi ini. Setidaknya itulah alasannya.”

“Begitu, ya.”

“Ada apa? Apa kau tidak suka?”

“Tidak ada alasan untukku tidak menyukai hal itu.”

“Oh ya, ngomong-ngomong kelas itu adalah kelas terbaik lo.”

“Ya, aku sudah tau.”

“Eh? Benarkah?”

“Disana ada Lucy yang termasuk pangeran yang jenius, dan keberadaanmu sebagai seorang Round dikelas itu. Kau yang sudah termasuk seorang putri yang jenius jika hanya mengajar kelas biasa, kemampuanmu itu tidak akan berguna.”

“Ari, kau hebat. Tapi, jenius, ya. Sepertinya itu cukup berlebihan untukku.”

“Ya, itu berlebihan. Kau tidak lebih dari seorang pelajar yang mendapatkan paksaan dari Round mu untuk menjadi wali kelas dikelas sebagai langkah pertamamu. Apa aku benar?”

“Y-ya.”

“Haa, kau tidak menolaknya?”

“Aku ingin menolaknya, tapi setelah mendengar jika dikelas itu adalah kelasmu aku menerimanya.”

“Haa, kau ingin berniat untuk menyombongkan diri padaku.”

“T-tidak, bukan begitu.”

“Sudahlah, aku menantikan pelajaran darimu Round Iona. Hahaha…”

“A-apa yang kau tertawakan!!”

“Lupakan.”

Sore hari di pantai dekat gubuk.

“Ari, mereka sudah pergi.”

“Begitu.” Para prajurit itu tetap menjaga gubuk itu, sampai aku menyuruh Iona untuk membuat mereka pergi. “Aku yakin mereka akan kembali lagi kesini.”

“Tidak, aku sudah menyuruh mereka untuk tidak perlu lagi menjaga tempat ini.”

“Jaminan apa yang kau miliki?”

“Aku adalah seorang komandan mereka, mereka pasti menuruti apa yang aku katakan.”

“Iya iya.” Aku tak tau harus merespon apalagi.

Malam hari.

“Ari, kau ada didalam?”

“Iona, ya. Ada apa?” Iona masuk.

“Bisa bantu aku menyelesaikan berkas ini.”

“Berkas? Bukannya berkas yang aku kerjakan itu adalah berkas terakhir dibulan ini?”

“Ini berkas dari akademi.”

“Akademi, ya. Kau bisa menyelesaikannya sendiri, aku ingin tidur.”

“Eh!! Ayo bantu aku.”

“Haa, aku tak mengerti dengan hal seperti itu.”

“Ini sangat mudah, aku yakin kau bisa.”

“Jika itu mudah, seharusnya kau tak perlu bantuanku.”

“Ehh… Ari, aku mohon tolong bantu aku. Aku mohon… Jika tidak, aku akan menginap disini.”

“Haa, baik-baik.” Aku membantunya.

Tengah malam.

“Haa, akhirnya selesai juga.” Aku sudah menyelesaikan bagianku. “Iona, bagaiman dengan… Haa, sudah kuduga akan jadi seperti ini.” Dia tertidur.

Aku membaringkannya ditempat tidur. “Kau selalu merepotkanku.” Aku kembali dan mengerjakan bagian Iona yang belum dia selesaikan.

Esoknya.

“Ari, bangun. Ari…”

“5 menit lagi.”

“Ayo cepat, kita sudah hampir terlambat.”

Saat aku membuka mataku, matahari sudah terbit. “Sudah pagi, ya.”

“Kau begadang lagi, ya.”

“Siapa yang membuatku melakukannya.”

“Ahahaha… Sudah, ayo cepat kau bersiap-siap. Nanti kau bisa terlambat.”

“Ya, baik baik.”

Setelag itu, di kelas.

Pembagian tempat duduk sudah dipilih, aku berada di bagian depan. ‘Haa, jika bisa aku ingin berada dibelakang saja.’ Setidaknya itulah keinginanku.

“Yo, perkenalkan. Namaku Lucy, Lucy Groem.”

Ya, aku duduk bersama dengan Lucy. “Pangeran Lucy, ya.”

“Huh? Ada apa?”

“Tidak, aku pikir tidak ada orang yang tidak mengenal seorang pangeran jenius seperti anda.”

“Pujianmu terlalu berlebihan, masih ada seseorang yang lebih atau bahkan pantas dikatakan sebagai seorang yang jenius.”

“Maksudmu Putri Iona?”

“Ya, tapi bukan dia. Melainkan orang yang ada didalam dirinya.”

“Begitu.” Hanya 1 orang yang menyadarinya, yaitu Lucy. Keberadaanku dibongkar dengan trik murahan yang ia gunakan padaku.

“Lalu, bisa aku tau namamu?”

“Anda bisa memanggilku Ari.”

“Ari, sepertinya itu tidak asing bagiku.”

“Mungkin itu hanya perasaan anda.”

“Hahaha, mungkin saja. Oh ya, jika bisa kau tidak perlu bicara sesopan itu padaku. Kedudukan kita disini sama, sebagai seorang siswa yang mencari pengetahuan. Kau bisa memanggilku Lucy.”

“Begitu, kalau begitu. Lucy.” Mungkin ini akan jadi awal dariku, mendapatkan masalah.

Beberapa lama setelah itu.

“Ari, Ari, bangun…”

“Huh?” Aku perlahan mulai membuka mataku. Seluruh pandangan melihat ke arahku tak terkecuali Iona. ‘Haa, sepertinya aku terlalu sering begadang belakangan ini.’

“Kau sepertinya kelelahan.”

“Ya, aku terlalu sering begadang belakangan ini.”

“Begitu.”

“Kalau begitu, Ari… Bisa kau jawab pertanyaan ini.”

Tiba-tiba saja Iona menyuruhku menjawab pertanyaan yang entah kapan ia tulis dipapan. “Haa, baik.” Entah kenapa aku sangat mengantuk hari ini. ‘Sepertinya aku akan terkena insomnia.’ Aku menjawab semua pertanyaan yang Iona tulis. ‘Sepertinya ini sudah cukup.’ Setelah itu aku kembali, dan duduk dikursiku lalu kembali tidur karena terlalu mengantuk.

Jam istirahat.

“Hey Ari, kau masih tertidur?”

“Lucy, ya. Ada apa?”

“Bagaimana caramu menjawab semua pertanyaan itu, bukankah kau tertidur sangat lelap sampai aku yakin kau tidak mendengarkan penjelasan Round.”

“Entahlah, itu semua terlintas dipikiranku. Aku akan kembali tidur, aku sangat mengantuk.”

Sepulang sekolah.

“Ari, kau terus tertidur selama pelajaran berlangsung tadi.”

“Hoaamm, aku mengantuk ditambah penjelasanmu yang seperti itu membuatku tambah mengatuk.”

“Hmmm, aku tak bisa mengerti apa yang kau pikirkan.”

“Kau tidak perlu memikirkannya, itu tidak akan membuatmu mendapatkan apapun selain sakit kepala. Dan lagi…”

“Ari, ada apa?”

“Akan aneh jika melihat seorang putri berjalan dengan orang yang tak…”

“Kau memulainya lagi.”

“Baik-baik, aku menyerah. Meskipun begitu, setidaknya jagalah jarak dariku untuk menghindari kecurigaan orang lain.”

“Kecurigaan orang lain? Kecurigaan seperti apa?”

“Hmm, entahlah. Tapi ada baiknya bersiap untuk hal seperti itu.”

“Jika kau berkata seperti itu, baiklah.”

Beberapa saat kemudian.

“Ehh, bukannya ini sama sekali tidak ada bedanya dengan yang sebelumnya.”

“Eh, aku sudah menjaga jarak darimu.”

Ia menjaga jarak, tetapi hanya beberapa meter saja dariku. “Haa, sudahlah. Terserah kau saja.”

Beberapa lama setelah itu.

“Ari, sepertinya akan turun hujan.”

“Huh?” Aku melihat ke arah langit dan memang benar, awan hitam mulai mendekat. “Apa mungkin ada penjahat lain yang ingin mengulangi hal yang sama.”

“Sepertinya tidak, aku tidak merasakan apapun. Itu bukan awan hujan buatan seperti sebelumnya.”

“Begitu, ya. Jika seperti itu, sebaiknya kita bergegas.”

Beberapa saat kemudian.

Sfx : suara hujan.

“Haa, sepertinya kita terlambat.” Aku dan Iona berteduh di depan salah satu rumah. “Iona, apa kau baik-baik saja?”

“Aku baik-baik saja. (bersin)”

Tubuhnya menggigil, sepertiinya Iona sudah kedinginan. “Gunakan ini.” Aku memberikannya bajuku. “Setidaknya itu akan membuatmu lebih baik untuk sementara waktu.”

“T-terimakasih.”

Sfx : suara petir.

“Kyaaa!!!”

“Iona, kau takut?”

“S-suaranya sangat keras. A-aku hanya kaget saja.”

“Begitu.” Suara petir yang barusan itu sangat keras. ‘Sepertinya ada sesuatu yang terkena sambaran petir itu.’ Aku melihat asap, meskipun begitu karena hujan yang deras sedikit membuatku tidak begitu yakin dengan apa yang aku lihat.

Beberapa saat kemudian.

Sfx : suara petir.

“Kyaa!!”

“Haa, kau takut.”

“S-suaranya sangat keras, aku tidak takut. Aku hanya terkejut saja.”

“Hee, meragukan.”

“A-aku serius, kau tidak percaya?!.”

“Ya ya, aku percaya.”

Cukup lama setelah itu.

Hujan sudah mulai mereda.

“Sepertinya sudah lebih baik, Iona kau segeralah pulang dan cepat mandi agar tidak masuk angin.”

“Bagaimana denganmu?”

“Tidak perlu khawatirkan diriku, cepat pergi.”

“B-baik.” Kami berpisah.

“Baiklah, waktunya kembali.”

Cukup lama setelah itu.

Tepat saat aku kembali, sesuatu yang mengejutkan terjadi. “Haaa, kenapa hal seperti ini terjadi padaku.” Gubuk tempatku berteduh, terbakar dan hangus. “Sepertinya karena salah-satu petir tadi.” Setidaknya hanya itu yang bisa aku simpulkan. “Ahhh, sepertinya aku harus menginap di tempat Dravin malam ini. Ini menyebalkan.”

Terpopuler

Comments

Z-ark Dragoniel

Z-ark Dragoniel

lanjut

2021-10-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!