"Halo, Isyi."
[Ara, aku kangen] Suara Isyi begitu menggemaskan ditelinga Ara. Ara terkekeh pelan.
"Astaga Isyi. Belum juga satu hari" Ara geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Memang ada-ada saja sahabatnya itu.
[Gimana di kampus?] Tanya Isyi dari seberang.
"Hm? Ah, oh. Ya, seperti biasa." Ara mendadak gelagapan.
[What's wrong, Ara? Sepertinya kamu sedang ada masalah!?]
Banyak. Masalahku banyak Isyi.
"Nothing.. cuma masalah nilai. Sepertinya aku harus mengikuti perbaikan nilai. Akhir-akhir ini sepertinya aku akan sedikit sibuk."
[Ooh, baiklah. Semangat ya Ra! Aku tahu kamu pasti bisa.]
"Iya, makasih Isyi."
[Em, besok kamu pulang kan Ra?] Tanya Isyi.
"Pu-pulang?"
[Heem, pulang kesini. Sekarang rumah kamu kan disini.]
"Ah i-iya. Besok aku akan pulang."
Apa disana memang rumah tempatku pulang?
[Kalo begitu. See you tomorrow~]
"Heem. See you~"
Tut. Panggilan berakhir.
"Apa itu Isyi?" Tanya mamah.
"Hm, iya mah"
"Dia benar-benar perhatian padamu. Dia selalu mengkhawatirkan mu. Sebenarnya mamah senang karena kamu sekarang tinggal bersama seseorang seperti Isyi. Dia begitu menyayangimu, mamah tahu bahwa dia benar-benar menyayangimu. Dia pasti akan selalu ada untukmu."
"Mah.."
"Mamah sudah merasa tenang jika yang maha kuasa memanggil mamah-"
"Mah, jangan bicara seperti itu."
"Ara.. mamah tidak bisa selamanya menemani Ara. Dan sekarang mamah sudah tenang karena Ara sudah menikah dan juga bisa bersama dengan sahabat Ara."
"Mamah." Mata Ara berkaca-kaca, pun dengan mamah yang sedari tadi suaranya sudah bergetar seperti mau menangis.
Mamah merentangkan tangannya, disambut pelukan oleh Ara. Mamah mengusap lembut Surai hitam milik Ara.
"Cinta akan hadir seiring waktu yang dihabiskan bersama. Mamah yakin kalian bertiga bisa hidup bahagia bersama, saling menjaga, menyayangi dan mencintai."
Berbahagialah, Ara sayang.
Ara tak menyahut, hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menahan suara tangisnya.
Hidup bahagia, ya!?
"Aduh.. kenapa putri mamah cengeng banget si hm!?" Dengan nada mengejek yang dibuat-buat, Mamah mengusap sisa air mata di pipi Ara.
"Ya karena mamahnya juga cengeng.. hehe" Sahut Ara sambil menghapus sisa air mata di pipi mamahnya.
"Dah.. tidur gih. Ini udah malem." Titah mamah Diana.
"Oke, mah. Selamat malam"
Cup cup. Ara mengecup pipi kiri dan kanan mamah Diana. Membuat sebuah senyuman kembali terlukis di wajah mamah Diana.
"Oke, sayang. Selamat malam"
Dikecupnya kedua pipi dan kening Ara.
Drrt
Baru saja Ara memasuki kamarnya, sebuah notifikasi pesan masuk WhatsApp menjadi perhatiannya. Itu dari Isyi.
[Jaga diri baik-baik. Besok pulang sebelum makan siang ya~ Besok mas Imran akan mengajak kita makan siang di luar. Yuhuu]
^^^Ya, baiklah. Aku akan pulang sebelum jam makan siang. ^_^^^^
[👍👍👍 Aku akan menunggumu. 😄]
Read.
Haah.
Ara meringis saat tiba-tiba ia ingat alasannya untuk keluar rumah. Ia izin untuk pergi ke kampus, dan itu hanyalah kebohongan belaka. Itu hanya akal-akalan Ara agar bisa keluar rumah dan tidak menggangu Isyi dan suaminya.
...-----...
"Araaa"
Ara mengalihkan pandangannya pada sumber suara yang memanggil namanya. Ia tahu betul pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan Isyi. Ara berdiri menyambutnya.
Isyi menghampiri Ara dan memeluknya seperti baru bertemu setelah beberapa tahun, begitu erat.
Ara hendak mengambil tangan Imran untuk mencium punggung tangan pria itu. Tapi ia mengurungkan niatnya karena sebuah suara yang tak asing memanggil namanya. Imran dan Isyi menatap tangan Imran yang masih menggantung di udara.
"Hai, Myr" Sapa seorang wanita. Berjalan menghampiri Ara bersama seorang pria disampingnya.
"Oh, hai Lia" Balas Ara.
"Amyra Rahma" Panggil pria yang datang bersama Lia, tiba-tiba.
"Y-ya?" Ara mengerutkan keningnya. Kenapa tiba-tiba dia memanggil namanya? lengkap pula.
"Hai, ini pertama kalinya kita berbicara. Kamu pasti belum tahu siapa aku-"
"Fikri Mahendra. Aku tahu. Kita kan sekelas" Potong Ara.
"Oho wOw~ ternyata kamu tahu namaku. Aku tak menyangka ternyata kau juga memperhatikan aku. Ah tapi aku tahu, kau juga pasti tak bisa menolak pesona ku ya." Ucap Fikri dengan percaya dirinya.
Lia menepuk keningnya melihat kelakuan temannya itu. Sedangkan Ara, ia melongo melihat kelakuan pria bernama Fikri itu yang sok akrab dengannya.
"Heh, jangan bikin malu dong Lo" Bisik Lia yang masih bisa Ara dengar. Lia menyikut perut Fikri membuat pria itu mengaduh pelan.
"Udah Myr, gausah peduliin dia. Dia emang narsis and annoying." Jelas Lia pada Ara.
I know. dia memang menyebalkan, makanya aku tak suka terlibat dengannya.
"Eh iya Myr. Jadi kan kita magang bareng?" Tanya Lia.
"Eh, sama gue juga kan Mel!?" Tanya Fikri yang tak digubris oleh Lia ataupun Ara.
"Iya Lia. Udah ada tempat yang fiks belum ya?" Tanya Ara.
"Iya Myr. Ini tuh kantor tempat sepupuku kerja, jadi gampang lha.. hehe"
"Amalia" Fikri tak menyerah.
"Oh gitu ya, syukur deh. Makasih ya Lia."
"Iya Myr. Santai aja Myr. Apa sih Fik?"
"Gue ikut-"
"Ara" Panggil Isyi membuat ucapan Fikri terpotong, hal itu menarik perhatian Ara dan Lia juga Fikri.
"Ya!? Eh, iya. Isyi, Mas Imran, ini Lia dan ini Fikri, teman kelas Ara. Lia, Fikri, ini Isyi teman SMA-ku dan suaminya Mas Imran" Ara mengenalkan mereka.
Isyi menatap Ara dengan ekspresi yang tak terbaca, pun dengan Imran. Kemudian mereka saling menatap.
Jadi, dia benar-benar ingin menyembunyikannya ya!? Seperti itulah kira-kira isi hati pasangan suami istri itu.
"Oh iya, salam kenal" Lia.
"Salam kenal" Fikri.
"Salam kenal" Isyi dan Imran berbarengan.
"Yaampun, kalo suami istri emang beda ya. Kompak banget." Kelakar Fikri sambil tertawa ringan. Tapi, respon pasangan suami istri itu diluar dugaan. Mereka seperti.. tak nyaman!? pun dengan Ara.
Sadar dengan situasi yang kurang nyaman, Lia memutuskan untuk undur diri.
"Kalo begitu. Kami permisi dulu. Nanti aku chat ya Myr" Pamit Lia sambil menarik Fikri agar mengikutinya. Dibalas anggukan oleh Ara, Isyi dan Imran.
"Maaf ya Isyi, mas Imran. Ayo, kita bisa pesan sekarang."
"Ara-"
"Oh iya. Aku minta maaf karena aku tidak bisa pulang dulu tadi. Aku abis dari toko dulu, kalo pulang dulu takutnya nanti kalian malah nunggu lama." Ara memotong ucapan Isyi. Katakanlah ia tak sopan, tapi ia tahu apa yang akan Isyi katakan dan Ara sedang tidak ingin membahasnya.
"Ah iya. Baiklah, aku akan memaafkan mu tapi dengan satu syarat." Ucap Isyi sambil mengacungkan jari telunjuknya. Raut wajahnya berubah ceria seketika.
"S-Syarat?"
"Ya. Malam ini, Mas Imran akan tidur di kamarmu." Ucap Isyi bersemangat sambil tersenyum cerah.
"Hah!?"
"What!?" Ara membekap mulutnya karena sadar suaranya terlalu keras hingga menarik perhatian beberapa pelanggan yang duduk di meja dekat dengan mereka.
"Kenapa kalian sangat terkejut? Itu bukanlah hal yang aneh bukan?"
Itu sangat aneh! Seorang istri yang dengan semangat menyerahkan suaminya pada madunya sendiri yang adalah sahabatnya. Apa kepala Isyi terbentur sesuatu? Batin Ara menjerit.
Ara dan Imran saling menatap sampai Ara memutusnya terlebih dahulu.
To be continued~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
masih nyimak
2023-03-15
0
Sudah like, fav juga kak
Ceritanya keren
2021-10-28
0
Xianlun Ghifa
next
2021-10-23
0