Al memasuki sebuah bar bernama Bluegrass Bar & Grill di kawasan Epicentrum, Kuningan. Seperti biasa, ia adalah orang yang pertama datang. Ia pun mengambil tempat duduk di sudut ruangan, kemudian cepat-cepat mengetik pesan di group chat yang berisikan Boris, Rene dan Aseng.
Al :
@Boris @Rene Kantor lo berdua di Sudirman, tapi bisa-bisanya telat datang ke Kuningan?!
@Aseng Lo lagi! Punya ribuan karyawan, nggak usah sok telat karena masak bakmi lagi.
Tak lama kemudian, pesan balasan dari Aseng masuk. Sebuah foto seorang wanita yang sedang membayar belanjaan di sebuah outlet mahal, di Plaza Indonesia.
Aseng : Bentar bos, lagi baik-baikin bini dulu biar dibolehin pergi malam ini.
Al hanya mengirimkan emoji salah satu binatang pada Aseng. Sahabatnya satu itu memang adalah pengusaha bakmi paling sukses yang pernah ia kenal. Membuka banyak store di seluruh Indonesia. Pintar berdagang memang menjadi salah satu keunggulan rasnya.
Lalu, pesan dari Rene juga ikut masuk.
Rene : Lagi nunggu ayang Boris jemput.
Al mengeluh lagi.
Boris, si budak cinta nomor satu, memang tidak memperbolehkan Rene, pacarnya, pergi kemana-mana tanpa ia antar. Tampang Batak nan sangar yang selalu berhasil membantunya membela klien di persidangan, jadi terlihat culun jika ia sedang bersama Rene. Ia adalah contoh nyata dari kalimat ‘tampang preman, hati hello kitty’.
Sementara Rene, satu-satunya wanita di geng ini, adalah si Jawa tulen yang selalu santun tutur katanya. Makanya, taring Boris berubah menjadi gigi kelinci kalau sedang berbicara dengan Rene.
Mereka berempat ini sudah bersahabat baik sejak SMA. Selalu ada untuk satu sama lainnya. Jika salah satu mengalami masalah, hanya butuh satu kalimat di group whatsapp untuk mengumpulkan mereka semua.
Seperti malam ini. Al cukup mengetikkan kalimat sederhana ini…
Al : Bosnya Rene bikin gue hampir gila!
Dan, akhirnya mereka pun sepakat untuk berkumpul di tempat ini, salah satu tempat favorit mereka.
“Permisi, Mas. Ini buku menunya.” Seorang pramusaji datang kepada Al. Ia langsung menolak buku menu tersebut.
“Nggak usah, Mas. Saya mau pesan Bailey’s aja.”
“Glass?”
Al mengangguk.
“Baik. Ditunggu ya, Mas.” Sang pramusaji pun segera menghilang.
Tak lama kemudian, pesanan Al sudah mendarat sempurna di atas mejanya. Dia menyesap sedikit minuman beralkohol itu, yang membakar sedikit tenggorokannya.
“Heeey!” Seseorang menepuk bahunya.
Al kaget, ia tidak mengenal suara tersebut. Lalu, ia pun berbalik ke asal suara. Begitu melihat Al, si pemilik suara langsung sadar telah melakukan kesalahan. Ia adalah seorang wanita berparas ayu yang terlihat berusia di penghujung dua puluhan akhir.
“Eh?! Maaf banget, saya salah orang." Wanita tersebut langsung gelagapan. Semburat merah langsung menyebar di pipinya.
“Gak apa-apa,” jawab Al, seadanya.
“Maaf sekali lagi.” Ia meminta maaf lagi, lalu segera ngacir ke meja yang tak jauh dari tempat Al duduk.
Al sudah kembali sibuk dengan smart phone-nya, sementara wanita tadi mengamatinya diam-diam. Ia merasa malu, namun juga tertarik, dalam waktu yang bersamaan. Al memanglah termasuk sebuah pemandangan yang sulit diabaikan.
***
Setengah jam menunggu sendirian, akhirnya Boris dan Rene datang.
"Pesen dulu." Boris menyerahkan buku menu pada Rene. Lalu, akhirnya ia beralih pada Al.
"Ngambek banget nih, Babe?" Boris mencolek-colek dagu Al yang wajahnya sudah ditekuk sempurna.
Al langsung menampar tangan Boris, lalu melirik sekitarnya.
"Karena kelakuan centil lo yang kayak gini nih makanya gue ditimpa gosip nggak enak!"
Boris tertawa, "Emang kenapa lagi lo sama bokap?"
"Biasalah nyuruh nikah. Tapi kali ini pake cara ekstrim. Tanya Rene aja."
"Cara ekstrim yang gimana emang, Yang?" Boris beralih pada pacarnya.
Rene, yang masih sibuk menyebutkan pesanan mereka kepada pelayan, langsung terlihat kesal setengah mati karena selaan Boris, "Jangan ganggu dulu, boleh nggak? Kamu tetep mau dipesenin makanan kan?"
"Yah, kena omel deh." Boris sok mengeluh, tapi malah senyam-senyum.
Al hanya bisa memutar bola matanya melihat kejadian barusan. Inilah kelakuan orang lain yang tidak bisa ia mengerti. Menjadi budak cinta sungguh hal terakhir yang ia inginkan di muka bumi ini. Bagaimana mungkin ada orang yang dimarahi pasangannya, tapi malah tersenyum-senyum konyol seperti Boris ini? Sungguh memalukan!
Ia pun menggerutu pada Boris, "Lo tuh Batak palsu ya?"
"Rasis deh kamu, Babe," Boris kecentilan lagi.
"Lama-lama gue tonjok beneran nih."
Boris tertawa.
"Serius deh gue, serius! Kenapa lagi lo sama bokap?"
"Dibatalin pelantikan gue cuma karena gue nggak mau nikah!"
"Hah?!"
"Dan dia depak gue dari ruangan gue sendiri. Sekarang gue cuma dikasih kubikel kecil di tengah-tengah karyawan lain. Kan gila!"
"Bokap lo sinting juga! Hahahahaha." Boris tertawa.
"Bukan main!!!" Al menggerutu kesal.
Saat itulah, Rene kembali fokus kepada Al dan Boris. Ia telah selesai menyebutkan pesanan kepada sang pramusaji, dan kini sudah bisa memusatkan perhatiannya lagi kepada mereka berdua.
"Oh iya, tadi gue ketemu Bapak," ucap Rene.
"Terus?"
"Katanya semua ini supaya jadi pelajaran buat lo."
Al menggeram. Boris langsung menepuk-nepuk bahunya.
"Tapi kok bisa sih, tiba-tiba jadi serius gitu?! Coba ceritain dari awal deh kenapa Bapak marah banget?" Rene mencoba memahami alasan semua ini terjadi.
Al gelisah. Sedikit bimbang apakah harus menjelaskan alasan yang sebenarnya kepada kedua sahabatnya. Namun, pada akhirnya, kepada mereka sajalah, ia bisa mengungkapkan seluruh beban pikirannya. Jadi, ia pun memilih untuk jujur.
"Well, bokap denger gosip di luaran sana... kalau gue..."
Rene dan Boris menanti.
Al menggaruk kepala kuat-kuat, rasanya kata itu menyangkut di tenggorokannya.
"Ya ampun! Apaan, woyyyy?!" Boris memaki, tidak sabar.
"Kalau gue gay."
"APAAA???" Rene membelalakkan mata.
"HAH?! HAHAHAHAHAHA!" Boris seperti biasa, awalnya kaget, lama-lama tertawa juga.
"Lo tuh bener-bener yaaaaa..." Al meringis melihat kelakuan Boris.
"Sorry, sorry. Tapi sumpah itu absurd banget sih." Boris memegangi perutnya yang terasa sakit.
"Well, Bapak nggak salah sih. Lo nggak pernah sekalipun kelihatan gandeng cewek mana pun Al. Kalau gue jadi bokap lo, udah lama gue curiga."
"HEH!"
Rene tertawa.
"Lo berdua sama sekali nggak bantu gue!" Al mengeluh. Ia menempelkan kepalanya di atas meja.
"Lo beneran mau gue bantu?!" Mata Boris berbinar.
"Bantu apa?" Al bertanya malas-malasan. Ia tahu, ide Boris tidak pernah masuk akal.
"Ikut gue." Boris tiba-tiba bangkit berdiri.
"Hah?!"
"Udah, ikut aja!" Boris segera berjalan. Al mau tidak mau harus menuruti perintahnya.
Di dalam sebuah sitcom comedy berjudul How I Met Your Mother, Ted, sang pemeran utama, memiliki seorang wing man, bernama Barney, yang selalu membantunya mendekati wanita di bar. Bagaimana cada Barney membantunya, adalah dengan melakukan sebuah permainan berjudul : Pernakah Kau Bertemu Ted? (Have You Met Ted?).
Ia akan menepuk pundak wanita incaran Ted, lalu sambil menunjuk Ted, ia akan bertanya kepada wanita tersebut, pernahkah kau bertemu Ted?
Well, Boris terobsesi menjadi seorang wingman yang baik pada sahabatnya, seperti Barney. Sayang Aseng sudah menikah, sementara Al... mungkin memang tidak akan berpacaran dengan satu jenis manusia mana pun.
Dan inilah waktu yang tepat untuk mewujudkan keinginannya. Ia mendatangi seorang wanita yang daritadi duduk tak jauh dari mereka, namun matanya terus tertuju kepada Al.
Ia menepuk pundak wanita itu, lalu menunjuk Al, dan bertanya, "Udah pernah ketemu Al belum?"
Wanita itu menatap Al. Ia menatap balik. Itu kan wanita yang tadi salah menyapanya!
Wanita itu tersenyum, "Udah tadi..."
Ntah apa yang merasuki Al saat itu. Tiba-tiba ia mendapat dorongan dari dalam hatinya. Tidak seperti malam-malam sebelumnya, kali ini Al menyodorkan tangan kanannya, lalu berkata, "Halo, nama kamu siapa?"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Tarisya Achmad
Pasti authornya suka lihat bang Al sama Andin jadi dapat inspirasi nama Aldebara buat karya selanjutnya
2021-11-11
1
✪⃟𝔄ʀ ησƒяιтα 🅾︎🅵︎🅵 ⍣⃝కꫝ🎸
bos rene itu bos kamu juga kali al😆😆
2021-11-10
1
☘️ gιмϐυℓ ☘️
itu cewek yg salah panggil ke Al tadi ya? kira2 siapa ya?
2021-11-08
2