Bab 4

Ai masih tidak habis pikir dengan permintaan Shaletta. Ia menatap sahabatnya itu lekat-lekat, namun Shaletta bergeming. Wajahnya malah terlihat begitu antusias.

"Lo lagi bercanda apa gimana sih?" tanya Ai, sekali lagi, pada sahabatnya.

"Dih, kagak! Gue beneran!" Mata Shaletta kini sudah terlihat berbinar.

"Si Ai mau lo comblangin? Jangan mimpi deh lo!" Sammy menertawai ide gila Shaletta.

"Tau nih. Sama abangnya sendiri lagi. Situ waras?" Ai mencibir.

"Ayolah, Ai! Abang gue ganteng kok, sumpah! Mau lihat? Gue punya fotonya nih!" Shaletta membuka instagram pribadinya dan mencari-cari foto keluarga di feed-nya. Namun, ternyata dia membagikan sedikit sekali foto keluarga. Pekerjaan sampingannya sebagai selebgram membuat halaman instagramnya hanya dipenuhi oleh endorsement produk-produk.

"Duh, dimana sih fotonya?!" Shaletta mengeluh. Kini dia beralih pada gallery foto di smart phone-nya.

"Gak usah, Ta! Gue udah pernah lihat di IG lo kok!" Ai menolak dengan tegas.

"Aduh, lo lihat yang mana? Ntar pas dia lagi jelek lagi. Dia tuh gak fotogenic, Ai. Lo harus lihat dia langsung." Shaletta masih berusaha. Tapi Ai hanya menggeleng-gelengkan kepala, terlihat tidak berminat sama sekali.

"Abang lo umur berapa emang, Ta?" Malah Sammy yang bertanya.

"Tiga puluh tiga."

Ai semakin tidak habis pikir kenapa Shaletta punya ide untuk menjodohkan dirinya dengan abangnya sendiri? Bukannya sok oke, tapi mana mungkin ia mau pacaran dengan kakek-kakek?

'Well, itu sih namanya sok oke.' Ai mencela diri sendiri.

"Pengangguran?" selidik Sammy, lagi.

"Enak aja! Abang gue lulusan Columbia Universiry. Sempat kerja di McKinsey juga tiga tahun. Tapi sekarang sih, udah kerja di perusahaan bokap."

Mata Sammy kini menyipit curiga. Dia merasa ada yang salah dengan abang kebanggaan Shaletta tersebut. Bukankah semua deskripsi itu terlalu sempurna? Kenapa orang seperti itu kesulitan punya pasangan?

Sammy pun menoleh pada Ai.

"Aneh gak sih umur tiga puluh tiga tahun, udah mapan, tapi masih jomblo?" Sammy mulai menularkan asumsinya pada Ai.

"Setuju, setuju!" Ai menggoyang-goyangkan telunjuknya.

"Woi, woi! Gue kenal abang gue! Emang anaknya gak pernah pacaran aja!" Shaletta mulai membela abangnya sendiri.

"Itu mah lebih serem lagi! HAHAHAHA!" Ai tergelak.

"Lo aja kali gak tahu abang lo pacaran, Ta." Sammy ikutan terkekeh.

"Maksud lo???" Shaletta cemberut.

"Yahhh, siapa tahu itu jenis pacaran yang masih tabu di Indonesia." Sammy menjulurkan lidah.

Shaletta berpikir sejenak.

"Kalau beneran sih, gue beneran gak masalah ya. Tapi gue udah confirm ke orangnya langsung kok. Seratus persen gak belok, Ai." Shaletta kini sudah tiduran di bahu Ai, bergelayut manja, minta keinginannya dikabulkan.

"Dih! Bodo amat!" Ai berusaha melepaskan diri dari Shaletta.

"Ayolah, Ai! Masa lo gak mau sih jadi kakak ipar gue?"

"Yang ada mah orangtua lo yang keberatan punya mantu kayak gue! Rumah di Menteng, masa punya mantu 'kang bunga sih?" Ai merepet.

"Bokap nyokap pasti setuju asalkan lo pe-rem-puan!" Kini Shaletta yang tergelak. Ia lelah sok menjual abang sendiri, dia buka saja apa adanya.

"Tuh kan! Gue bilang juga apa?! Pasti ada yang gak beres nih sama abangnya Etta!" Sammy tertawa-tawa lagi.

"Namanya juga orangtua, wajar kalau mulai cemas-cemas tak menentu ngelihat anak laki satu-satunya gak kawin-kawin," kata Shaletta. Ia tidak perlu menutupi apapun di depan sahabat-sahabatnya itu.

"Ya, tapi jangan jadiin gue tumbal dong!" Ai tidak terima.

"Ihhhh, dibilang gak tumbal. Abang gue ganteeeeng, Aiiii."

"Bodo amat, Ta. Bodo amat!" Kini Ai memutuskan untuk mengambil smart phone-nya, ia tidak punya waktu untuk mendengar omong kosong Shaletta lebih jauh.

"Ayolah, Ai! Lo tuh kandindat paling cocok!"

"Jangan ngadi-ngadi deh, Ta," ucap Ai, enteng. Kentara sekali ia sudah tidak fokus lagi menanggapi Shaletta.

"Ketemu doang juga nggak mau?" Shaletta masih juga menawar.

"Kagaaak!"

Shaletta bermisuh-misuh kemudian. Ai baru menyadari Shaletta merepet sendirian setelah beberapa menit.

"Ya ampun, ngambek..." Ai tertawa.

Shaletta membuang muka.

"Temen lo nih, Sam!" Ai mengadu.

"Temen lo lah! Eh, salah, calon adik ipar!" Tawa Sammy membahana, meledek dua orang sahabatnya itu.

"Tuh kan, kita itu cocok jadi sister, Aiiii!" Shaletta merengek, lagi.

Ai pun menunjukkan ratusan chat di smart phone-nya kepada Shaletta, dari para calon customer Rumah Bunga.

"Menurut lo, gue punya waktu buat ngurusin abang lo, di tengah kerumitan hidup gue?" tanya Ai, dengan suara dramatis.

Kalau sudah membawa-bawa beban hidup, Shaletta tidak bisa berkomentar lebih jauh. Ia adalah nona muda sejak kecil. Princess-nya Klan Maheswara. Beban hidupnya hanyalah menentukan mau minum apa hari ini, Green Tea Latte atau Caramel Machiatto.

Well, definisi hidup memang tidak adil sungguh ada di dalam kehidupan Shaletta versus Airina. Yang satu harus berjuang mati-matian, jatuh bangun. Sementara Shaletta hanya dengan bangun pagi saja, ia sudah kaya raya.

"Gak asyik lo!" Akhirnya, Shaletta memutuskan menyerah.

"Gue tuh harus jodohin dia sama siapa dong?" Shaletta lanjut bergumam sendirian, sambil mulai kembali sibuk dengan kontak-kontak di smart phone serta tab following di instagramnya.

Ai sendiri sudah tertawa terbahak-bahak. Senang rasanya dapat terlepas dari kengototan Shaletta. Anak satu itu kan paling susah ditolak kemauannya!

Mereka masih punya waktu kira-kira lima belas menit lagi sebelum mata kuliah pertama dimulai, Ai pun mulai membalas pesan-pesan dari calon customernya. Semoga hari ini banyak yang deal. Tunggakan rumah sakit perlu dilunasi esok hari. Ia perlu pemasukan lebih lagi.

"Eh, Ai, gue mau pesen bouquet dong. Nyokap bentar lagi ulang tahun," kata Shaletta tiba-tiba.

Mata Ai langsung berbinar. Baru saja berdoa, rezeki langsung datang di depan mata. Tuhan memang tidak pernah tidur!

"YEAY! Yang mahal ya, please???" Ai memelas.

"Lintah darat!" ledek Shaletta.

Ai cengengesan saja.

"Mana aja deh, gue percaya sama lo. Yang mirip-mirip kayak tahun lalu aja, soalnya nyokap suka banget."

"Siap! Buat lusa kan?"

"Ingat aja lo!"

"Gue selalu mencatat tanggal-tanggal bersejarah, salah satunya dapat rezeki besar dari keluarga Maheswara!" Ai menyombong.

"Padahal kalau mau rezeki lebih besar lagi, bisa loh," celoteh Sammy.

"Jangan mulai! Dia udah lupa!" Ai memukul bahu Sammy.

Sammy tertawa, Shaletta mencibir.

Ai pun kembali sibuk dengan smart phone-nya sambil mencatat satu pesanan yang sudah deal pagi ini. Dia teramat bahagia, sampai-sampai lupa pada kenyataan, bahwa Shaletta selalu mendapatkan keinginannya.

***

Jangan lupa dukungannya ya, teman-teman. Like, comment dan favorite kalian sangat berarti 💗

IG : @ingrid.nadya

Terpopuler

Comments

Tarisya Achmad

Tarisya Achmad

Gimana Ai gak ilfil udah 33 th blom pernah pacaran

2021-11-11

1

✪⃟𝔄ʀ ησƒяιтα 🅾︎🅵︎🅵 ⍣⃝కꫝ🎸

✪⃟𝔄ʀ ησƒяιтα 🅾︎🅵︎🅵 ⍣⃝కꫝ🎸

gampang banget masalah hidup mu shaleta,gak kayak masalah hidup ku yang tiap hari pusing mikirin "mau masak apa hari ini😅" (curhatan emak2)

2021-11-10

1

☘️ gιмϐυℓ ☘️

☘️ gιмϐυℓ ☘️

Etta.. Etta... mau jodohin orang kaya lagi nawarin dagangan kosmetik, maksa bener targetnya mau beli 🤣🤣🤣

2021-11-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!