Raja Bertemu Ratu
Gadis cantik dan manis bernama Ratu Amelia Wijaya sedang asyik memainkan busa di bathtub. Saat tubuhnya mulai merasa dingin Ratu keluar dan menuju tempat mandi untuk membilas tubuhnya. Selesai mandi Ratu berganti pakaian dan keluar dari kamar.
Ratu berjalan menuruni satu persatu anak tangga di rumah besarnya. Terlihat ibunya tengah sibuk di dapur menyiapkan berbagai masakan. Ratu duduk di meja makan sambil memakan buah apel.
"Mah, sibuk banget. Ada acara apa?" tanya Ratu.
"Mama ngundang temen Mama buat makan malam." Anita, ibunya Ratu masih sibuk menyiapkan masakannya.
"Pacar?" tanya Ratu santai dan masih mengunyah apel di tangannya.
"Temen."
"Pacar juga gak apa-apa."
Anita hanya menggelengkan kepalanya. Ayahnya Ratu, Hendrata Bagus Wijaya meninggal karena kecelakaan 10 tahun yang lalu. Saat itu Ratu masih 7 tahun. Selama itu Anita masih betah menjanda. Sempat dekat dengan beberapa lelaki, tetapi ternyata mereka hanya menginginkan harta Anita ada juga yang tidak mau menerima keberadaan Ratu.
Anita menjadikan bisnis peninggalan suaminya menjadi lebih maju pesat. Selama 10 tahun Ratu tinggal di Jogyakarta bersama kakek dan neneknya karena sering pergi ke luar kota bahkan ke luar negeri.
Untungnya, Ratu tumbuh menjadi anak yang pengertian, meskipun dibilang kurang kasih sayang orang tua. Menurut Ratu akan sia-sia pengorbanan ibunya, jika dirinya menjadi anak yang nakal. Kini Ratu sudah tumbuh menjadi gadis remaja dan sudah bisa mengurus dirinya sendiri, Anita meminta Ratu untuk tinggal bersamanya di kota.
Ratu menghabiskan satu apel lalu memeluk Anita dari belakang, ia juga memberikan ciuman di pipi sang ibu.
"Kalau menurut Mama dia yang terbaik, siapapun pilihan mama Ratu setuju aja."
Anita mengusap pipi anak gadisnya yang manja dan tersenyum padanya.
"Dandan yang cantik ya, Sayangnya Mama."
"Kenapa malah Ratu yang harus dandan yang cantik?"
"Gak apa-apa, biar teman Mama itu tahu kalau putri Mama ini cantik."
''Siap, Mam."
Kecupan kembali mendarat di pipi Anita, tetapi bukan sekali melainkan bertubi-tubi. Anita terkekeh geli melihat tingkah anaknya.
"I love you, Mam."
"Love you too, my princes."
Hari sudah menjelang malam suara klakson mobil terdengar di depan gerbang rumah bernuansa klasik tersebut. Asisten rumah tangga Ratu membukakan pintu gerbang untuk tamu istimewa nyonya besarnya.
Dua laki-laki masuk ke dalam rumah itu. Mereka adalah ayah dan anak. Meskipun terpaut umur yang jauh, tetapi kadar ketampanan mereka tidak jauh berbeda. Mereka adalah Gunawan dan anaknya Raja Adi Gunawan.
Dengan antusias Anita menyambut tamu istimewanya.
"Gunawan, apa kabar?" Anita merentangkan kedua tangannya untuk menyambut Gunawan.
"Kabar baik. Kamu apa kabar?" Gunawan menyabut uluran tangan Anita.
"Seperti yang kamu lihat," sahut Anita. "Ayo masuk!"
Tawa ringan memenuhi ruangan tamu rumah besar itu. Pandangan Anita beralih pada sosok laki-laki muda seusia anaknya.
"Kamu pasti Raja.Kamu sudah besar ya." Anita meneteskan air matanya, lalu dihapusnya kembali. "Dulu, Tante terakhir gendong kamu pas kamu masih umur 3 bulan loh."
Gunawan melihat perubahan wajah Anita, lalu mengatakan pada Anita kalau semuanya akan baik-baik saja. Bersamaan dengan itu, turun anak gadis Anita. Ratu terlihat sangat anggun, wajahnya yang cantik dan manis dengan balutan dress berwarna putih selutut serta lebar dibagian leher menampilakan sedikit pundaknya.
Gunawan menunggu Ratu di lantai dasar, saat Ratu mulai mendekat, Gunawan mengulurkan tangannya untuk menyambut Ratu. Terlihat Ratu ragu- ragu untuk menerima uluran tangan Gunawan.
"Ini anak gadismu, Anita?" Gunawan mengalihkan pandangan kepada Anita. "Cantik sekali."
"Makasih, Om."
Kedekatan langsung terjalin di antara mereka. Obrolan ringan seakan membuat suasanya nyaman bagi keempatnya.
Gunawan mengambil sebuah kotak merah dari saku jasnya. Sebuah kalung emas putih dengan liontin bulat dan ada permata di tengahnya, simple, tetapi terlihat terlihat elegan.
''Om bawa hadiah buat kamu, Ratu."
"Makasih banyak om. Om gak perlu repot-repot."
Gunawan tertawa kecil. "Hanya hadiah kecil."
Gunawan meminta Raja untuk memakaikan kalung itu ke leher Ratu. Raja mendelik tidak percaya apa yang dikatakan oleh Gunawan.
"Kok Raja sih, Pa?"
"Sudahlah, pakaikan saja!"
Raja mendengus kesal, tetapi saja menuruti ucapan ayahnya. Raja mulai melilitkan kalung itu ke leher Ratu. Bersyukur Raja tidak mencekik Ratu dengan kalung itu. Anita dan Gunawan melihat dengan senyum mereka.
Setelah Raja memakaikan kalung ke leher Ratu, Anita menyuruh semuanya menuju meja makan. Tidak ada suara di antara mereka, hanya suara garpu dan sendok beradu dengan piring. Selesai makan malam Anita mengambil es krim dari lemari pendingin, ia menghidangkannya ke semua orang di meja makan.
"Tante tahu kalau kamu suka banget sama es krim. Jadi ... Tante sengaja siapin ini buat kamu, Raja."
"Buat Raja doang, Ma. Buat aku mana?"
"Tentu saja ada, Sayang."
Entah suka, apa doyan? Raja menghabiskan satu gelas es krim secepat kilat bahkan Raja juga mengambil es krim milik Ratu.
"Eh, eh … apa-apaan lo? Ini, 'kan punya gue?" Ratu tidak terima jika es krim bagiannya diambil juga oleh Raja.
Ratu merebut kembali dari es krim yang ada di tangan Raja. Namun dengan secepat kilat, Raja menghabiskan es krim milik Ratu tanpa ada sisa.
"Gak sekalian tuh gelas lo telen," dengus Ratu.
"Ratu … gak boleh ngomong gitu loh sama Raja," ucap Anita.
"Sengaja gue sisain buat lo," seloroh Raja dan langsung mendapat tatapan mematikan dari Ratu.
Ratu mendengus kesal, sedangkan Raja menjulurkan lidahnya dan makin membuat Ratu kesal. Tanpa disangka Ratu menarik rambut Raja dan membuat anak laki-laki itu meringis. Raja tidak tinggal diam ia membalas Ratu dengan cara yang sama.
"Ya ampun … kalian ini sudah besar, jangan seperti anak kecil," lerai Gunawan.
"Gimana nanti kalau kalian sudah tinggal bersama? Jangan-jangan kalian bisa saling bunuh," seloroh Anita.
Ratu dan Raja saling pandang dan langsung saling membuang muka, tetapi malah membuat Anita dan Gunawan tertawa.
Anita dan Gunawan saling memberi kode untuk mulai berbicara sesuatu ke anak-anak mereka.
"Ada apa sih, Pah?" tanya Raja yang melihat orang tua di depannya saling tatap.
"Raja, Ratu, ada yang ingin kami sampaikan." Gunawan dan Anita terlihat memasang wajah serius.
"Kami sudah menentukan tanggal pernikahan ka--"
"Aku setuju aja, Pah. Kalo itu yang terbaik buat semuanya," ucap Raja memotong perkataan Gunawan.
"Kamu serius, Nak?" tanya Gunawan.
Pandangan Gunawan beralih ke Ratu. "Kamu gimana, Sayang?" tanya Gunawan kepada Ratu.
"Kalau Mama bahagia aku setuju saja, Om," jawab Ratu.
Dan kesepakatan pun selesai.
Ratu mengajak Raja berkeliling rumah besarnya. Meskipun Raja terlihat urakan dan kasar ternyata dia memiliki hati yang baik. Keduanya pun nampak akrab seperti sudah lama saling mengenal.
"Ja, gue boleh nanya gak?" tanya Ratu.
"Hmmmmm, apa?"
"Nyokap lo kenapa bisa meninggal?"
Raja tersentak, mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Ratu. Namun, dia berusaha untuk setenang mungkin.
"Yang gue denger nyokap gue meninggal setelah ngelahirin gue," jawab Raja datar.
Ratu tak lagi bertanya saat melihat raut wajah Raja yang berubah menjadi sedih. Hanya kata maaf yang Ratu lontarkan kepada Raja.
Semetara dari dalam rumah, Anita dan Gunawan memperhatikan Raja dan Ratu yang sedang berbincang di dekat kolam berenang. Keduanya melihat anak mereka masing-masing, mereka hanya bisa tersenyum melihat keakraban keduanya, yang kadang tertawa dengan keusilan mereka sendiri.
"Apa mereka bisa akur kalau tinggal satu atap ya, Gun?" tanya Anita yang tetap mandang anaknya.
"Kita berdoa saja, Nit."
Anita dan Gunawan kembali ke ruang tengah untuk membicarakan acara yang akan diadakan sekitar tiga minggu lagi. Pandangan mereka teralihkan saat melihat Ratu mengejar Raja dan masuk ke dalam rumah.
Dengan napas tersengal-sengal, Ratu bertanya kepada Gunawan. "Om Gun, kok bisa Om Gun punya anak nakal macam dia," tunjuk Ratu ke arah Raja.
"Raja, kamu apain Ratu?" tanya Gunawan.
Dengan santainya Raja menjawab 'hanya menarik rambutnya saja'
Entah kenapa Raja senang sekali menggoda Ratu dan menganggap itu sebagai keasyikan tersendiri.
"Tante Anita, kok Tante punya anak yang manjanya kaya dia, cepet marah, cerewet lagi," balas Raja.
Anita melipat bibirnya menahan tawanya. Memang Ratu manja, tetapi juga bisa sangat menjadi dewasa.
Pertemuan yang singkat, punya kesan yang spesial itu harus berakhir karena malam semakin larut. Karena sudah malam Gunawan dan Raja berpamitan untuk pulang. Anita dan Ratu mengantar sampai ke gerbang depan. Sebelum masuk mobil Raja menarik lagi rambut panjang bergelombang milik Ratu dan membuatnya menjerit. Gunawan dan Anita saling pandang lalu membuang napas bersamaan.
"Ayo, Nak kita masuk. Kamu harus cepat tidur. Besok adalah hari pertama masuk ke sekolah barumu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
ところで
.
2024-03-12
1
Bundanya Robby
duo R aku jadi sayang sayang nya aja boleh gak.....
2023-02-03
0
Bundanya Robby
numpang bbx thor
2023-02-03
0