Mobil sport keluaran terbaru memasuki gerbang sekolah Tunas Bangsa. Sekolah elit yang paling populer. Semua mata tertuju pada mobil berwarna kuning tersebut. Pintu mobil terbuka, muncul gadis berkulit putih berseragam putih abu-abu. Rambut hitam bergelombang yang dibiarkan terurai menambah aura kecantikan gadis itu. Gadis itu jelas Ratu, anak dari seorang pengusaha Hendrata Bagus wijaya dan Anita Wijaya.
Semua siswa dan siswi di sekolah itu saling berguman melihat murid baru di sekolah mereka. Ratu menghentikan langkahnya di depan siswi berkacamata. Ratu menanyakan letak ruangan kepala Sekolah.
"Hai, ruangan kepala sekolah di mana?" tanya Ratu sopan.
"Lurus terus belok kiri," jawab siswi itu dengan gugup.
"Oke, terima kasih. Sampai bertemu lagi."
Ratu kembali melangkah. Sepanjang koridor, semua mata tidak berkedip, juga saling bertanya siapa gadis yang sedang berjalan itu.
Bel pertanda dimulainya pelajaran sudah dibunyikan, kelas IPS 11A adalah kelas yang paling ramai. Apalagi ada murid baru yang datang kelas mereka bersama dengan guru matematika.
"Pagi, anak- anak," sapa sang guru.
"Pagi, Bu," sahut mereka serempak.
"Kita kedatangan siswi baru di sini." Sang guru melihat ke arah Ratu. "Silahkan perkenalkan dirimu!" perintahnya.
Dengan langkah bak model profesional, Ratu berdiri di depan para murid di kelas tersebut untuk memperkenalkan dirinya.
"Halo semua. Aku Ratu Amelia Wijaya, aku pindahan dari Jogja. Dan salam kenal," ucapnya.
Sontak semua murid di kelas membalas sapaan Ratu. Ibu Mely, guru matematika mempersilahkan Ratu duduk di bangku yang masih kosong.
Mata Ratu tertuju pada salah satu murid berkacamata yang terlihat sangat cupu. Ratu mulai mendekat dan duduk di sebelah murid nerd itu. Ratu tersenyum manis ke arahnya, tetapi dibalas dengusan yang membuat Ratu kesal.
"Cie … si Jaka duduk sama cewek cantik," ledek salah seorang murid di kelas itu.
"Cocok tuh si Jaka dijadiin pembantunya Ratu."
Sontak semua murid tertawa mengejek, sedangkan Raja hanya menggelengkan kepala, karena itu bukan hal baru.
Ratu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan murid laki-laki itu, tetapi tak dibalas olehnya. Ratu mendelik dan mengumpat serta menyumpahinya dalam hatinya.
Ratu kesal, tetapi tetap memerhatikan murid itu. Melihat sorot matanya Ratu yakin pernah melihatnya.
"Kaya pernah liat, tapi di mana ya?"
Setelah berusaha keras untuk mengingat, Ratu pun tersenyum penuh kemenangan.
"Apa benar dia?" Ratu diam-diam memerhatikan murid itu dan ia yakin seratus persen mengenal murid laki-laki itu.
Bel tanda istirahat sudah berbunyi, seluruh murid yang berada di kelas IPS sudah keluar. Ratu melihat sekeliling kelas, setelah memastikan hanya tinggal dirinya dan Jaka, Ratu langsung melepas kacamata yang dipakai Jaka lalu mengacak-acak rambutnya, Ratu langsung membelalakan matanya.
"Nah, beneran, 'kan Lo itu Ra.......mmmmmmppp."
Jaka yang terkejut langsung membekap mulut Ratu, dan langsung merebut kaca mata dari tangan Ratu lalu memakainya kembali.
"Sssssst, jangan berisik! Awas jika lo buka rahasia gue. Gue cabik mulut lo nanti," ancam Raja.
Ratu melepaskan bekapan tangan Jaka di mulutnya. Ratu terkekeh, ia sama sekali tidak takut dengan ancaman Raja.
"Lo kasar banget sih sama gue?" Ratu pura pura memasang wajah sedih.
Raja memutar bola matanya merasa jengah dengan ekspresi wajah Ratu.
Lagi-lagi ketemu nih cewek. Bisa bahaya kalau sampai dia mengatakan siapa gue yang sebenarnya.
"Lagian lo itu aneh-aneh aja, cowok ganteng kaya lo mau nyamar jadi cowok cupu kaya gini. Kenapa sih?"
"Bukan urusan lo, awas aja kalo lo bongkar ini sama semua orang." Raja masih menunjukan wajah kesalnya.
Ratu tesenyum licik. "Oke. Tapi ada syaratnya." Ratu tersenyum licik dan menaik turunkan alisnya.
"Gak usah sok imut deh, jijik gue," sungut Raja. "Mau lo apa?"
"Turutin apapun yang gue mau!"
Sudah Raja duga.
Raja memutar bola matanya jengah, untuk sementara dia tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan Ratu. Dengan terpaksa Raja menganggukkan kepalanya.
Ratu langsung tepuk tangan tanda kemenangannya dan tesenyum penuh kemenangan.
Raja menoyor kepala Ratu lalu memperingati dirinya. "Jangan panggil gue Raja kalo di sekolah. Awas jangan lupa!''
"Iya kalo gue gak lupa." Ratu tertawa terbahak-bahak.
Raja mendengus sebal. Menurut Raja itu adalah hari sial baginya. Ia tak menyangka, Ratu masih saja bisa mengenali dirinya. Padahal menurut Raja dirinya sudah berpenampilan secupu mungkin bahkan sudah tidak ada satu pun yang mengenali dirinya di sekolah itu.
Setelah selesai berdebat, mereka memutuskan untuk ke kantin. Keduanya berjalan beriringan menuju kantin sekolah. Siswa-siswi yang melihat mereka berdua merasa heran, Ratu yang cantik mau berjalan barsama dengan Jaka yang cupu, apalagi Ratu sampai melingkarkan tangannya di lengan Raja. Ratu nampak tidak peduli dengan dengan tatapan itu, ia sangat yakin para murid perempuan itu akan merasa iri saat tahu betapa tampannya laki-laki di sampingnya.
Semakin hari Ratu makin dekat dengan Raja bahkan satu sekolah heboh dengan kedekatan mereka. Raja mulai terusik karena cemas misinya akan gagal yaitu untuk mendapatkan hati gadis yang sedang dia incar. Jika gagal akan sia-sia pengorbanan dirinya dengan rela berubah jadi murid cupu.
''Kenapa lo, Ja?" tanya Ratu yang melihat Raja gelisah.
"Bisa gak lo gak usah deket-deket gue kaya gini," pinta Jaka.
"Kenapa emang? Ada yang cemburu?'' tanya Ratu santai.
Raja tidak menjawab pandangannya melihat gadis yang dia sukai datang menghampirinya. Gadis itu adalah Suci Rahmawati, ketua OSIS di sekolah mereka. Dia satu angkatan, hanya berbeda kelas.
"Jaka, kamu hari ini sibuk gak?" tanya Suci.
"Gak! Kenapa, Ci?" tanya Raja bersemangat.
"Temenin aku cari buku yuk!" ajak Suci.
Tentu saja Raja tidak akan menolaknya, ia tersenyum sumringah dan segera mengiyakan ajakan Suci.
"Oke sampai ketemu nanti pulang sekolah." Suci pun pergi dari kantin.
Tanpa Raja sadari, Ratu sedang melipat bibir menahan tawa. Mata Ratu tak lepas memandang kepergian Suci sampai dia benar-benar menghilang dari pandangannya.
Tawa yang Ratu tahan akhirnya meledak juga, dan memekikkan telinga Raja.
"Kenapa lo?" tanya Raja.
"Gue geli sama cara lo ngomong sama tuh cewek." Ratu tergelak sampai memegangi perutnya.
"Gak berhenti ketawa, gue tinggal.''
"Oke, oke,oke, sensi banget lo."
Mendapat tatapan horor dari Raja membuat Ratu seketika melipat bibirnya, meski masih ingin tertawa.
"Ja … lo belom kasih tahu gue, kenapa lo berpenampilan cupu kaya gini? Apa lo udah bosen jadi cakep ya?"
"Kalau gue gak mau kasih tau, gimana?''
"Gak apa -apa, gue tinggal kasih tahu ke semua orang kalo lo Raja Adi Gunawan, bukan Jaka," ancam Ratu yang dengan santai menikmati bakso yang ada di hadapannya.
Raja mendengus, sial banget berurusan sama cewek macam Ratu.
"Oke, gua kasih tahu! Gue cuma pengin tahu seberapa tulus seseorang yang gue sayang, dan bisa gak dia nerima gue apa adanya."
"Suci?"
Raja menganggukan kepalanya. Tidak ada lagi yang Ratu tanyakan. Dia cukup mengerti, memang susah kalau sudah menyangkut hati apapun bisa dilakukan yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin.
Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi, semua murid-murid keluar dari kelas masing-masing.
"Ja, lo pulang naik apa?" tanya Ratu.
"Angkot," jawab singkat Jaka.
"What?" Ratu membelakan matanya.
"Kenapa? Kaget dengar gue naik angkot?"
"Jelaslah. Lo gak mungkin kalau gak punya mobil."
"Lagi males bawa."
Padahal semenjak dalam penyamaran Raja memang sudah tidak pernah mengendarai mobilnya ke sekolah.
Raja berlalu meninggalkan Ratu untuk mencari keberadaan Suci untuk menanyakan soal janji mereka. Namun setelah menemukan Suci hanya kekecewaan yang Raja dapat.
"Duh maaf ya, Jak. Aku lupa kasih tahu kamu. Aku mau bareng Alan." Terlihat Alan sedang menggandeng tangan Suci.
Raja tersenyum kecut, Alan adalah ketua tim basket di sekolah mereka sekaligus rivalnya dalam segala hal termasuk mendapatkan Suci.
"Oh ya gak apa-apa, kamu hati-hati," ujar Raja kecewa.
"Dah cupu." Alan memepuk pelan pundak Jaka. "Jangan mimpi lo jalan sama Suci," bisiknya.
Raja mengepalkan tangannya, menahan amarah. Melihat Suci yang tersenyum bersama Alan membuat hatinya begitu sakit.
Raja berjalan menuju halte bis. Dari kejauhan Ratu terus memperhatikan Raja.
"Dasar aneh, padahal kalo Suci tahu betapa kerennya lo, gak bakalan deh dia nolak lo," guman Ratu.
Ratu ingin menghampiri Raja mengajaknya untuk pulang bersama. Belum sempat Ratu melajukan mobilnya, ia dikejutkan dengan apa yang dilihatnya.
"Apa-apaan ini?" Ratu kesal dan merasa tidak percaya ada orang sejahat mereka.
Sebuah Mobil melaju kencang melintasi genangan air di hadapan Raja dan tentu saja genangan air tersebut menyiprat mengenai seluruh badan Raja. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Alan.
"Sorry cupu, gue sengaja," ujar Alan lalu diikuti tawa puasnya.
"Ya, ampun Jak … maafin kelakuan Alan," pinta Suci yang langsung melelehkan hati Jaka.
"Tidak apa-apa. Mungkin matanya rabun jadi gak bisa lihat ada kubangan air."
Sebenarnya ingin sekali Raja menghajar Alan saat melihat Suci di hadapannya duduk bersama ketua tim basket itu, tetapi ia mencoba menahan marahnya demi menjaga image di depan Suci.
Akhirnya mobil Alan melaju meninggalkan Raja yang sedang menahan amarah. Raja mengalihkan pandangannya saat melihat ada mobil lain yang tiba-tiba berhenti di hadapannya, mobil milik Ratu.
Ratu menghentikan mobilnya tepat di depan Raja dan membuka kaca mobilnya.
"Ja, gue anterin pulang yuk!'' ajak Ratu.
"Gak usah," tolak Raja.
"Lo mau sakit? Baju lo basah dan kotor banget," bujuk Ratu. "Dan gue yakin gak bakalan ada kendaraan umum yang ngebiarin lo masuk dengan kondisi lo sekarang."
Raja melihat kondisinya sekarang, benar juga bajunya basah dan kotor. Kalau naik kendaraan umum pasti lama. Raja mendesah dan akhirnya masuk ke dalam mobil sport milik Ratu.
"Anterin gue ke apartement aja," pinta Raja.
"Lo punya apartemen?" tanya Ratu antusias.
"Kalau gua gak punya gak bakalan gue minta lo buat anter gue ke sana."
"Hehehe, oke. Kamu marah-marah mulu nanti cepet tua loh."
"Kalau lo masih mau ngeledek mending gue turun."
"Oke, gue cepet."
Ratu melaju kencang dengan mobilnya, tak sengaja melihat mobil Alan berhenti tidak jauh di depan. Ratu juga melihat genangan air di samping mobil Alan. Pikiran untuk membalas dendam muncul di benak Ratu. Dengan segera Ratu menambah kecepatan, lalu sengaja melewati genangan air.
Sontak air di genangan itu menyiprat mengenai seluruh tubuh Alan yang sedang berdiri di samping mobilnya. Ratu dan Raja langsung tertawa lepas di dalam mobil. Dari kaca spion mereka bisa melihat kemarahan Alan.
"Usil banget sih," ucap Raja tangannya menarik pipi Ratu.
"Meskipun lo ngeselin tapi gua gak tega jika ada yang jahat sama lo."
HAPPY READING GAEEESSS😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Bundanya Robby
heheheheh
2023-02-03
0
Hesti Pramuni
mm.. boleh juga tuh iseng annya? i like it!!
2021-02-27
1
💞💝💖MömÏrÑù💖💝💞
iseng iseng banget si Raja 😁😁
2020-10-11
2