NovelToon NovelToon

Raja Bertemu Ratu

Raja Bertemu Ratu

Gadis cantik dan manis bernama Ratu Amelia Wijaya sedang asyik memainkan busa di bathtub. Saat tubuhnya mulai merasa dingin Ratu keluar dan menuju tempat mandi untuk membilas tubuhnya. Selesai mandi Ratu berganti pakaian dan keluar dari kamar.

Ratu berjalan menuruni satu persatu anak tangga di rumah besarnya. Terlihat ibunya tengah sibuk di dapur menyiapkan berbagai masakan. Ratu duduk di meja makan sambil memakan buah apel.

"Mah, sibuk banget. Ada acara apa?" tanya Ratu.

"Mama ngundang temen Mama buat makan malam." Anita, ibunya Ratu masih sibuk menyiapkan masakannya.

"Pacar?" tanya Ratu santai dan masih mengunyah apel di tangannya.

"Temen."

"Pacar juga gak apa-apa."

Anita hanya menggelengkan kepalanya. Ayahnya Ratu, Hendrata Bagus Wijaya meninggal karena kecelakaan 10 tahun yang lalu. Saat itu Ratu masih 7 tahun. Selama itu Anita masih betah menjanda. Sempat dekat dengan beberapa lelaki, tetapi ternyata mereka hanya menginginkan harta Anita ada juga yang tidak mau menerima keberadaan Ratu.

Anita menjadikan bisnis peninggalan suaminya menjadi lebih maju pesat. Selama 10 tahun Ratu tinggal di Jogyakarta bersama kakek dan neneknya karena sering pergi ke luar kota bahkan ke luar negeri.

Untungnya, Ratu tumbuh menjadi anak yang pengertian, meskipun dibilang kurang kasih sayang orang tua. Menurut Ratu akan sia-sia pengorbanan ibunya, jika dirinya menjadi anak yang nakal. Kini Ratu sudah tumbuh menjadi gadis remaja dan sudah bisa mengurus dirinya sendiri, Anita meminta Ratu untuk tinggal bersamanya di kota.

Ratu menghabiskan satu apel lalu memeluk Anita dari belakang, ia juga memberikan ciuman di pipi sang ibu.

"Kalau menurut Mama dia yang terbaik, siapapun pilihan mama Ratu setuju aja."

Anita mengusap pipi anak gadisnya yang manja dan tersenyum padanya.

"Dandan yang cantik ya, Sayangnya Mama."

"Kenapa malah Ratu yang harus dandan yang cantik?"

"Gak apa-apa, biar teman Mama itu tahu kalau putri Mama ini cantik."

''Siap, Mam."

Kecupan kembali mendarat di pipi Anita, tetapi bukan sekali melainkan bertubi-tubi. Anita terkekeh geli melihat tingkah anaknya.

"I love you, Mam."

"Love you too, my princes."

Hari sudah menjelang malam suara klakson mobil terdengar di depan gerbang rumah bernuansa klasik tersebut. Asisten rumah tangga Ratu membukakan pintu gerbang untuk tamu istimewa nyonya besarnya.

Dua laki-laki masuk ke dalam rumah itu. Mereka adalah ayah dan anak. Meskipun terpaut umur yang jauh, tetapi kadar ketampanan mereka tidak jauh berbeda. Mereka adalah Gunawan dan anaknya Raja Adi Gunawan.

Dengan antusias Anita menyambut tamu istimewanya.

"Gunawan, apa kabar?" Anita merentangkan kedua tangannya untuk menyambut Gunawan.

"Kabar baik. Kamu apa kabar?" Gunawan menyabut uluran tangan Anita.

"Seperti yang kamu lihat," sahut Anita. "Ayo masuk!"

Tawa ringan memenuhi ruangan tamu rumah besar itu. Pandangan Anita beralih pada sosok laki-laki muda seusia anaknya.

"Kamu pasti Raja.Kamu sudah besar ya." Anita meneteskan air matanya, lalu dihapusnya kembali. "Dulu, Tante terakhir gendong kamu pas kamu masih umur 3 bulan loh."

Gunawan melihat perubahan wajah Anita, lalu mengatakan pada Anita kalau semuanya akan baik-baik saja. Bersamaan dengan itu, turun anak gadis Anita. Ratu terlihat sangat anggun, wajahnya yang cantik dan manis dengan balutan dress berwarna putih selutut serta lebar dibagian leher menampilakan sedikit pundaknya.

Gunawan menunggu Ratu di lantai dasar, saat Ratu mulai mendekat, Gunawan mengulurkan tangannya untuk menyambut Ratu. Terlihat Ratu ragu- ragu untuk menerima uluran tangan Gunawan.

"Ini anak gadismu, Anita?" Gunawan mengalihkan pandangan kepada Anita. "Cantik sekali."

"Makasih, Om."

Kedekatan langsung terjalin di antara mereka. Obrolan ringan seakan membuat suasanya nyaman bagi keempatnya.

Gunawan mengambil sebuah kotak merah dari saku jasnya. Sebuah kalung emas putih dengan liontin bulat dan ada permata di tengahnya, simple, tetapi terlihat terlihat elegan.

''Om bawa hadiah buat kamu, Ratu."

"Makasih banyak om. Om gak perlu repot-repot."

Gunawan tertawa kecil. "Hanya hadiah kecil."

Gunawan meminta Raja untuk memakaikan kalung itu ke leher Ratu. Raja mendelik tidak percaya apa yang dikatakan oleh Gunawan.

"Kok Raja sih, Pa?"

"Sudahlah, pakaikan saja!"

Raja mendengus kesal, tetapi saja menuruti ucapan ayahnya. Raja mulai melilitkan kalung itu ke leher Ratu. Bersyukur Raja tidak mencekik Ratu dengan kalung itu. Anita dan Gunawan melihat dengan senyum mereka.

Setelah Raja memakaikan kalung ke leher Ratu, Anita menyuruh semuanya menuju meja makan. Tidak ada suara di antara mereka, hanya suara garpu dan sendok beradu dengan piring. Selesai makan malam Anita mengambil es krim dari lemari pendingin, ia menghidangkannya ke semua orang di meja makan.

"Tante tahu kalau kamu suka banget sama es krim. Jadi ... Tante sengaja siapin ini buat kamu, Raja."

"Buat Raja doang, Ma. Buat aku mana?"

"Tentu saja ada, Sayang."

Entah suka, apa doyan? Raja menghabiskan satu gelas es krim secepat kilat bahkan Raja juga mengambil es krim milik Ratu.

"Eh, eh … apa-apaan lo? Ini, 'kan punya gue?" Ratu tidak terima jika es krim bagiannya diambil juga oleh Raja.

Ratu merebut kembali dari es krim yang ada di tangan Raja. Namun dengan secepat kilat, Raja menghabiskan es krim milik Ratu tanpa ada sisa.

"Gak sekalian tuh gelas lo telen," dengus Ratu.

"Ratu … gak boleh ngomong gitu loh sama Raja," ucap Anita.

"Sengaja gue sisain buat lo," seloroh Raja dan langsung mendapat tatapan mematikan dari Ratu.

Ratu mendengus kesal, sedangkan Raja menjulurkan lidahnya dan makin membuat Ratu kesal. Tanpa disangka Ratu menarik rambut Raja dan membuat anak laki-laki itu meringis. Raja tidak tinggal diam ia membalas Ratu dengan cara yang sama.

"Ya ampun … kalian ini sudah besar, jangan seperti anak kecil," lerai Gunawan.

"Gimana nanti kalau kalian sudah tinggal bersama? Jangan-jangan kalian bisa saling bunuh," seloroh Anita.

Ratu dan Raja saling pandang dan langsung saling membuang muka, tetapi malah membuat Anita dan Gunawan tertawa.

Anita dan Gunawan saling memberi kode untuk mulai berbicara sesuatu ke anak-anak mereka.

"Ada apa sih, Pah?" tanya Raja yang melihat orang tua di depannya saling tatap.

"Raja, Ratu, ada yang ingin kami sampaikan." Gunawan dan Anita terlihat memasang wajah serius.

"Kami sudah menentukan tanggal pernikahan ka--"

"Aku setuju aja, Pah. Kalo itu yang terbaik buat semuanya," ucap Raja memotong perkataan Gunawan.

"Kamu serius, Nak?" tanya Gunawan.

Pandangan Gunawan beralih ke Ratu. "Kamu gimana, Sayang?" tanya Gunawan kepada Ratu.

"Kalau Mama bahagia aku setuju saja, Om," jawab Ratu.

Dan kesepakatan pun selesai.

Ratu mengajak Raja berkeliling rumah besarnya. Meskipun Raja terlihat urakan dan kasar ternyata dia memiliki hati yang baik. Keduanya pun nampak akrab seperti sudah lama saling mengenal.

"Ja, gue boleh nanya gak?" tanya Ratu.

"Hmmmmm, apa?"

"Nyokap lo kenapa bisa meninggal?"

Raja tersentak, mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Ratu. Namun, dia berusaha untuk setenang mungkin.

"Yang gue denger nyokap gue meninggal setelah ngelahirin gue," jawab Raja datar.

Ratu tak lagi bertanya saat melihat raut wajah Raja yang berubah menjadi sedih. Hanya kata maaf yang Ratu lontarkan kepada Raja.

Semetara dari dalam rumah, Anita dan Gunawan memperhatikan Raja dan Ratu yang sedang berbincang di dekat kolam berenang. Keduanya melihat anak mereka masing-masing, mereka hanya bisa tersenyum melihat keakraban keduanya, yang kadang tertawa dengan keusilan mereka sendiri.

"Apa mereka bisa akur kalau tinggal satu atap ya, Gun?" tanya Anita yang tetap mandang anaknya.

"Kita berdoa saja, Nit."

Anita dan Gunawan kembali ke ruang tengah untuk membicarakan acara yang akan diadakan sekitar tiga minggu lagi. Pandangan mereka teralihkan saat melihat Ratu mengejar Raja dan masuk ke dalam rumah.

Dengan napas tersengal-sengal, Ratu bertanya kepada Gunawan. "Om Gun, kok bisa Om Gun punya anak nakal macam dia," tunjuk Ratu ke arah Raja.

"Raja, kamu apain Ratu?" tanya Gunawan.

Dengan santainya Raja menjawab 'hanya menarik rambutnya saja'

Entah kenapa Raja senang sekali menggoda Ratu dan menganggap itu sebagai keasyikan tersendiri.

"Tante Anita, kok Tante punya anak yang manjanya kaya dia, cepet marah, cerewet lagi," balas Raja.

Anita melipat bibirnya menahan tawanya. Memang Ratu manja, tetapi juga bisa sangat menjadi dewasa.

Pertemuan yang singkat, punya kesan yang spesial itu harus berakhir karena malam semakin larut. Karena sudah malam Gunawan dan Raja berpamitan untuk pulang. Anita dan Ratu mengantar sampai ke gerbang depan. Sebelum masuk mobil Raja menarik lagi rambut panjang bergelombang milik Ratu dan membuatnya menjerit. Gunawan dan Anita saling pandang lalu membuang napas bersamaan.

"Ayo, Nak kita masuk. Kamu harus cepat tidur. Besok adalah hari pertama masuk ke sekolah barumu."

Misi Penyamaran

Mobil sport keluaran terbaru memasuki gerbang sekolah Tunas Bangsa. Sekolah elit yang paling populer. Semua mata tertuju pada mobil berwarna kuning tersebut. Pintu mobil terbuka, muncul gadis berkulit putih berseragam putih abu-abu. Rambut hitam bergelombang yang dibiarkan terurai menambah aura kecantikan gadis itu. Gadis itu jelas Ratu, anak dari seorang pengusaha Hendrata Bagus wijaya dan Anita Wijaya.

Semua siswa dan siswi di sekolah itu saling berguman melihat murid baru di sekolah mereka. Ratu menghentikan langkahnya di depan siswi berkacamata. Ratu menanyakan letak ruangan kepala Sekolah.

"Hai, ruangan kepala sekolah di mana?" tanya Ratu sopan.

"Lurus terus belok kiri," jawab siswi itu dengan gugup.

"Oke, terima kasih. Sampai bertemu lagi."

Ratu kembali melangkah. Sepanjang koridor, semua mata tidak berkedip, juga saling bertanya siapa gadis yang sedang berjalan itu.

Bel pertanda dimulainya pelajaran sudah dibunyikan, kelas IPS 11A adalah kelas yang paling ramai. Apalagi ada murid baru yang datang kelas mereka bersama dengan guru matematika.

"Pagi, anak- anak," sapa sang guru.

"Pagi, Bu," sahut mereka serempak.

"Kita kedatangan siswi baru di sini." Sang guru melihat ke arah Ratu. "Silahkan perkenalkan dirimu!" perintahnya.

Dengan langkah bak model profesional, Ratu berdiri di depan para murid di kelas tersebut untuk memperkenalkan dirinya.

"Halo semua. Aku Ratu Amelia Wijaya, aku pindahan dari Jogja. Dan salam kenal," ucapnya.

Sontak semua murid di kelas membalas sapaan Ratu. Ibu Mely, guru matematika mempersilahkan Ratu duduk di bangku yang masih kosong.

Mata Ratu tertuju pada salah satu murid berkacamata yang terlihat sangat cupu. Ratu mulai mendekat dan duduk di sebelah murid nerd itu. Ratu tersenyum manis ke arahnya, tetapi dibalas dengusan yang membuat Ratu kesal.

"Cie … si Jaka duduk sama cewek cantik," ledek salah seorang murid di kelas itu.

"Cocok tuh si Jaka dijadiin pembantunya Ratu."

Sontak semua murid tertawa mengejek, sedangkan Raja hanya menggelengkan kepala, karena itu bukan hal baru.

Ratu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan murid laki-laki itu, tetapi tak dibalas olehnya. Ratu mendelik dan mengumpat serta menyumpahinya dalam hatinya.

Ratu kesal, tetapi tetap memerhatikan murid itu. Melihat sorot matanya Ratu yakin pernah melihatnya.

"Kaya pernah liat, tapi di mana ya?"

Setelah berusaha keras untuk mengingat, Ratu pun tersenyum penuh kemenangan.

"Apa benar dia?" Ratu diam-diam memerhatikan murid itu dan ia yakin seratus persen mengenal murid laki-laki itu.

Bel tanda istirahat sudah berbunyi, seluruh murid yang berada di kelas IPS sudah keluar. Ratu melihat sekeliling kelas, setelah memastikan hanya tinggal dirinya dan Jaka, Ratu langsung melepas kacamata yang dipakai Jaka lalu mengacak-acak rambutnya, Ratu langsung membelalakan matanya.

"Nah, beneran, 'kan Lo itu Ra.......mmmmmmppp."

Jaka yang terkejut langsung membekap mulut Ratu, dan langsung merebut kaca mata dari tangan Ratu lalu memakainya kembali.

"Sssssst, jangan berisik! Awas jika lo buka rahasia gue. Gue cabik mulut lo nanti," ancam Raja.

Ratu melepaskan bekapan tangan Jaka di mulutnya. Ratu terkekeh, ia sama sekali tidak takut dengan ancaman Raja.

"Lo kasar banget sih sama gue?" Ratu pura pura memasang wajah sedih.

Raja memutar bola matanya merasa jengah dengan ekspresi wajah Ratu.

Lagi-lagi ketemu nih cewek. Bisa bahaya kalau sampai dia mengatakan siapa gue yang sebenarnya.

"Lagian lo itu aneh-aneh aja, cowok ganteng kaya lo mau nyamar jadi cowok cupu kaya gini. Kenapa sih?"

"Bukan urusan lo, awas aja kalo lo bongkar ini sama semua orang." Raja masih menunjukan wajah kesalnya.

Ratu tesenyum licik. "Oke. Tapi ada syaratnya." Ratu tersenyum licik dan menaik turunkan alisnya.

"Gak usah sok imut deh, jijik gue," sungut Raja. "Mau lo apa?"

"Turutin apapun yang gue mau!"

Sudah Raja duga.

Raja memutar bola matanya jengah, untuk sementara dia tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan Ratu. Dengan terpaksa Raja menganggukkan kepalanya.

Ratu langsung tepuk tangan tanda kemenangannya dan tesenyum penuh kemenangan.

Raja menoyor kepala Ratu lalu memperingati dirinya. "Jangan panggil gue Raja kalo di sekolah. Awas jangan lupa!''

"Iya kalo gue gak lupa." Ratu tertawa terbahak-bahak.

Raja mendengus sebal. Menurut Raja itu adalah hari sial baginya. Ia tak menyangka, Ratu masih saja bisa mengenali dirinya. Padahal menurut Raja dirinya sudah berpenampilan secupu mungkin bahkan sudah tidak ada satu pun yang mengenali dirinya di sekolah itu.

Setelah selesai berdebat, mereka memutuskan untuk ke kantin. Keduanya berjalan beriringan menuju kantin sekolah. Siswa-siswi yang melihat mereka berdua merasa heran, Ratu yang cantik mau berjalan barsama dengan Jaka yang cupu, apalagi Ratu sampai melingkarkan tangannya di lengan Raja. Ratu nampak tidak peduli dengan dengan tatapan itu, ia sangat yakin para murid perempuan itu akan merasa iri saat tahu betapa tampannya laki-laki di sampingnya.

Semakin hari Ratu makin dekat dengan Raja bahkan satu sekolah heboh dengan kedekatan mereka. Raja mulai terusik karena cemas misinya akan gagal yaitu untuk mendapatkan hati gadis yang sedang dia incar. Jika gagal akan sia-sia pengorbanan dirinya dengan rela berubah jadi murid cupu.

''Kenapa lo, Ja?" tanya Ratu yang melihat Raja gelisah.

"Bisa gak lo gak usah deket-deket gue kaya gini," pinta Jaka.

"Kenapa emang? Ada yang cemburu?'' tanya Ratu santai.

Raja tidak menjawab pandangannya melihat gadis yang dia sukai datang menghampirinya. Gadis itu adalah Suci Rahmawati, ketua OSIS di sekolah mereka. Dia satu angkatan, hanya berbeda kelas.

"Jaka, kamu hari ini sibuk gak?" tanya Suci.

"Gak! Kenapa, Ci?" tanya Raja bersemangat.

"Temenin aku cari buku yuk!" ajak Suci.

Tentu saja Raja tidak akan menolaknya, ia tersenyum sumringah dan segera mengiyakan ajakan Suci.

"Oke sampai ketemu nanti pulang sekolah." Suci pun pergi dari kantin.

Tanpa Raja sadari, Ratu sedang melipat bibir menahan tawa. Mata Ratu tak lepas memandang kepergian Suci sampai dia benar-benar menghilang dari pandangannya.

Tawa yang Ratu tahan akhirnya meledak juga, dan memekikkan telinga Raja.

"Kenapa lo?" tanya Raja.

"Gue geli sama cara lo ngomong sama tuh cewek." Ratu tergelak sampai memegangi perutnya.

"Gak berhenti ketawa, gue tinggal.''

"Oke, oke,oke, sensi banget lo."

Mendapat tatapan horor dari Raja membuat Ratu seketika melipat bibirnya, meski masih ingin tertawa.

"Ja … lo belom kasih tahu gue, kenapa lo berpenampilan cupu kaya gini? Apa lo udah bosen jadi cakep ya?"

"Kalau gue gak mau kasih tau, gimana?''

"Gak apa -apa, gue tinggal kasih tahu ke semua orang kalo lo Raja Adi Gunawan, bukan Jaka," ancam Ratu yang dengan santai menikmati bakso yang ada di hadapannya.

Raja mendengus, sial banget berurusan sama cewek macam Ratu.

"Oke, gua kasih tahu! Gue cuma pengin tahu seberapa tulus seseorang yang gue sayang, dan bisa gak dia nerima gue apa adanya."

"Suci?"

Raja menganggukan kepalanya. Tidak ada lagi yang Ratu tanyakan. Dia cukup mengerti, memang susah kalau sudah menyangkut hati apapun bisa dilakukan yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin.

Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi, semua murid-murid keluar dari kelas masing-masing.

"Ja, lo pulang naik apa?" tanya Ratu.

"Angkot," jawab singkat Jaka.

"What?" Ratu membelakan matanya.

"Kenapa? Kaget dengar gue naik angkot?"

"Jelaslah. Lo gak mungkin kalau gak punya mobil."

"Lagi males bawa."

Padahal semenjak dalam penyamaran Raja memang sudah tidak pernah mengendarai mobilnya ke sekolah.

Raja berlalu meninggalkan Ratu untuk mencari keberadaan Suci untuk menanyakan soal janji mereka. Namun setelah menemukan Suci hanya kekecewaan yang Raja dapat.

"Duh maaf ya, Jak. Aku lupa kasih tahu kamu. Aku mau bareng Alan." Terlihat Alan sedang menggandeng tangan Suci.

Raja tersenyum kecut, Alan adalah ketua tim basket di sekolah mereka sekaligus rivalnya dalam segala hal termasuk mendapatkan Suci.

"Oh ya gak apa-apa, kamu hati-hati," ujar Raja kecewa.

"Dah cupu." Alan memepuk pelan pundak Jaka. "Jangan mimpi lo jalan sama Suci," bisiknya.

Raja mengepalkan tangannya, menahan amarah. Melihat Suci yang tersenyum bersama Alan membuat hatinya begitu sakit.

Raja berjalan menuju halte bis. Dari kejauhan Ratu terus memperhatikan Raja.

"Dasar aneh, padahal kalo Suci tahu betapa kerennya lo, gak bakalan deh dia nolak lo," guman Ratu.

Ratu ingin menghampiri Raja mengajaknya untuk pulang bersama. Belum sempat Ratu melajukan mobilnya, ia dikejutkan dengan apa yang dilihatnya.

"Apa-apaan ini?" Ratu kesal dan merasa tidak percaya ada orang sejahat mereka.

Sebuah Mobil melaju kencang melintasi genangan air di hadapan Raja dan tentu saja genangan air tersebut menyiprat mengenai seluruh badan Raja. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Alan.

"Sorry cupu, gue sengaja," ujar Alan lalu diikuti tawa puasnya.

"Ya, ampun Jak … maafin kelakuan Alan," pinta Suci yang langsung melelehkan hati Jaka.

"Tidak apa-apa. Mungkin matanya rabun jadi gak bisa lihat ada kubangan air."

Sebenarnya ingin sekali Raja menghajar Alan saat melihat Suci di hadapannya duduk bersama ketua tim basket itu, tetapi ia mencoba menahan marahnya demi menjaga image di depan Suci.

Akhirnya mobil Alan melaju meninggalkan Raja yang sedang menahan amarah. Raja mengalihkan pandangannya saat melihat ada mobil lain yang tiba-tiba berhenti di hadapannya, mobil milik Ratu.

Ratu menghentikan mobilnya tepat di depan Raja dan membuka kaca mobilnya.

"Ja, gue anterin pulang yuk!'' ajak Ratu.

"Gak usah," tolak Raja.

"Lo mau sakit? Baju lo basah dan kotor banget," bujuk Ratu. "Dan gue yakin gak bakalan ada kendaraan umum yang ngebiarin lo masuk dengan kondisi lo sekarang."

Raja melihat kondisinya sekarang, benar juga bajunya basah dan kotor. Kalau naik kendaraan umum pasti lama. Raja mendesah dan akhirnya masuk ke dalam mobil sport milik Ratu.

"Anterin gue ke apartement aja," pinta Raja.

"Lo punya apartemen?" tanya Ratu antusias.

"Kalau gua gak punya gak bakalan gue minta lo buat anter gue ke sana."

"Hehehe, oke. Kamu marah-marah mulu nanti cepet tua loh."

"Kalau lo masih mau ngeledek mending gue turun."

"Oke, gue cepet."

Ratu melaju kencang dengan mobilnya, tak sengaja melihat mobil Alan berhenti tidak jauh di depan. Ratu juga melihat genangan air di samping mobil Alan. Pikiran untuk membalas dendam muncul di benak Ratu. Dengan segera Ratu menambah kecepatan, lalu sengaja melewati genangan air.

Sontak air di genangan itu menyiprat mengenai seluruh tubuh Alan yang sedang berdiri di samping mobilnya. Ratu dan Raja langsung tertawa lepas di dalam mobil. Dari kaca spion mereka bisa melihat kemarahan Alan.

"Usil banget sih," ucap Raja tangannya menarik pipi Ratu.

"Meskipun lo ngeselin tapi gua gak tega jika ada yang jahat sama lo."

HAPPY READING GAEEESSS😘😘😘😘

Kedekatan

Satu sekolah heboh dengan kedekatan Jaka dan Ratu. Jaka mulai terusik karena cemas misinya akan gagal untuk mendapatkan hati gadis yang sedang dia incar, sampai dia harus berubah jadi cupu.

''Kenapa lo, Ja?" tanya Ratu yang melihat Raja gelisah.

"Lo bisa gak ..! Gak usah deket-deket gue kaya gini," pinta Jaka.

"Kenapa emang, ada yang cemburu?''

Jaka tak menjawab matanya melihat gadis yang dia sukai datang menghampirinya, dia adalah Suci. Suci ketua osis di sekolah mereka yang seangkatan dengan Jaka, tetapi berbeda kelas.

"Jaka, kamu hari ini sibuk gak..?"

"Kenapa Ci..?

"Temenin aku cari buku yuk"

Tentu saja Jaka tersenyum sumringah dan segera mengiyakan permintaan Suci. Tanpa mereka sadari, Ratu sedang melipat bibir menahan tawa. Mata Ratu tak lepas memandang kepergian Suci sampai dia benar benar menghilang dari pandangannya.

Tawa yang Ratu tahan akhirnya meledak juga, dan memekikan telinga Jaka.

"Kenapa lo..?"

"Gue geli, sama cara lo ngomong sama tuh cewek." Ratu tergelak sampai memegangi perutnya.

"Gak berhenti ketawa, gue tinggal.''

"oke, oke,oke, sensi banget, Lo"

Mendapat tatapan horor dari Raja membuat Ratu seketika melipat bibirnya, meski masih ingin tertawa.

"Ja, lo belom kasih tahu gue, kenapa lo bepenampilan cupu kaya gini, udah bosen jadi cakep ya..?"

"Kalo gue gak mau kasih tau, gimana?''

"Gak apa -apa, gue tinggal kasih tahu ke semua orang kalo lo Raja Adi Gunawan, bukan Jaka," ancam Ratu yang dengan santai menikmati bakso yang ada dihadapannya.

Jaka mendengus, sial banget berurusan sama Ratu.

"Oke, gua kasih tahu. Gue cuma pengin tahu seberapa tulus seseorang yang gue sayang, dan bisa gak dia nerima gue apa adanya."

"Suci, , !"

Raja menganggukan kepalanya. Tak ada lagi yang Ratu tanyakan. Dia cukup mengerti, memang susah kalau sudah menyangkut hati.

Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi, semua murid-murid keluar dari kelas masing-masing.

"Ja, lo pulang naik apa..?" tanya Ratu

"Angkot," jawab singkat Jaka

"Whaaaat," Ratu membelakan matanya.

"Kenapa kaget, gue naik angkot?"

Jaka berlalu meninggalkan Ratu dan langsung menghampiri Suci dan menanyakan soal janji tadi siang.

"Duh maaf ya, Jak. Aku lupa kasih tahu kamu. Aku mau bareng Alan." Terlihat Alan sedang menggandeng tangan Suci.

Raja tersenyum kecut, Alan adalah ketua tim basket di sekolah mereka.

"Oh ya gak apa-apa, kamu hati-hati." ujar Raja kecewa.

"Dah cupu," Alan memepuk pelan pundak Jaka. "Jangan mimpi lo jalan sama Suci," bisiknya.

Raja mengepalkan tangannya, menahan amarah. Melihat Suci yang tersenyum bersama Alan membuat hatinya begiti sakit.

Raja berjalan menuju halte bis. Dari kejauhan Ratu terus memperhatikan Raja.

"Dasar aneh, padahal kalo Suci tahu betapa kerennya lo, gak bakalan deh dia nolak lo," guman Ratu.

BYUUUUUUR

Sebuah Mobil melaju kencang melintasi genangan air. Tentu saja genangan air tersebut muncrat ke seluruh badan Jaka. Siapa lagi pelakunya kalo bukan Alan.

"Sorry Jak, sengaja," ucap Alan lalu diikuti tawa puasnya.

"Ya, ampun....! Jak, maafin kelakuan Alan," pinta Suci yang langsung melelehkan hati Jaka.

Sebenarnya ingin sekali Jaka menghajar Alan, melihat Suci di hadapannya duduk bersama ketua tim basket itu. Akhirnya mobil Alan melaju meninggalkan Jaka yang sedang menahan amarah.

Ratu menghentikan mobilnya di depan Jaka dan membuka kaca mobilnya.

"Ja, gue anterin pulang yuk,'' ajak Ratu.

" Gak usah," tolak Jaka.

"Lo mau sakit? baju lo basah dan kotor banget," bujuk Ratu.

Raja melihat kondisinya sekarang, benar bajunya basah dan kotor banget. Kalo Naik angkot pasti lama. Raja akhirnya masuk ke dalam mobil sport milik Ratu.

"Anterin gue ke Apartement aja "

"oke!"

Ratu melaju kencang dengan mobilnya, tak sengaja melihat mobil Alan di depan dan juga genangan air di samping mobil Alan. Ratu menambah kecepatan, lalu...

BYUUUUUURRRR

Sontak Air di genangan jalan mucrat ke wajah Alan yang memang tak menutup kaca mobilnya. Ratu dan Raja seketika tertawa lepas di dalam mobil.

"Usiiil banget siih," ucap Raja menarik pipi Ratu.

HAPPY READING GAEEESSS😘😘😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!