“Mawar, bagaimana tawanan kita?” tanya Markus kepada putri semata wayangnya.
Markus Rahadyan, merupakan pemimpin kelompok Majapahit. Kelompok mafia yang namanya tak pernah disebut di mana-mana. Ia mengusai berbagai bisnis ilegal dan tentu saja memiliki beberapa bisnis komersial.
“Dia masih pingsan. Aku meletakkannya di kamar dekat kolam,” kata Mawar sambil berjalan ke arah kamar yang ia maksud. Hingga ia sampai ke sebuah kamar di mana Joshua sedang berbaring di atas kasur dengan tidak sadarkan diri.
“Kenapa kau membuatnya pingsan?” tanya Markus sambil menatap ke arah Joshua. Wajah Joshua nampak tidak asing baginya.
Markus tertarik dengan Joshua setelah mendengar kabar tentang Joshua yang menghabisi kedua anak buahnya dengan sangat mudah. Padahal ia memiliki anak buahnya yang berkerja sebagai petarung memiliki kemampuan yang sudah terlatih. Orang biasa tidak mungkin mengalahkan mereka.
Mawar mengangkat kedua bahunya acuh. “Dia keras kepala dan menolak tawaranku mentah-mentah saat aku mengajaknya dengan baik-baik. Jadi, aku terpaksa menyuruh Paman Atong melakukannya.”
“Siapa namanya?” tanya Markus sembari menoleh ke arah Mawar.
“Dari kartu identitas yang kudapatkan, namanya Joshua Daniswara. Usianya dua puluh dua tahun. Ia mahasiswa tahun terakhir jurusan managemen di Universitas Krisan,” jelas Mawar panjang lebar sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
“Danishwara?” gumam Markus pelan sambil menggosok-gosok dagunya yang berjenggot tipis.
“Iya, Yah. Ada apa dengan nama itu?”
Markus tidak menjawab pertanyaan putrinya dan malah berbalik pergi meninggalkan kamar Joshua. Ia berjalan cepat menghampiri salah satu orang kepercayaannya. “Idhang! Lakukan pemeriksaan latar belakang Joshua Daniswara!” seru Markus kepada lelaki yang umurnya hampir sama dengannya. Pria paruh baya yang masih memiliki tubuh bugar. Walaupun sebagian rambutnya sudah mulai memutih.
“Daniswara?” ucap Idhang dengan mata membulat sempurna dan raut wajah yang nampak sangat terkejut.
Kerutan di dahi Mawar yang sejak tadi mengikuti ayahnya semakin dalam, saat ia melihat ekspresi yang ditampilkan Idhang saat medengar nama Daniswara diseburkan. “Sebenarnya siapa Daniswara?” tanyanya sambil menatap bergantian ayahnya dan Idhang.
“Saya akan segera mencari tahu.” Idhang segera berlalu pergi dari pandangan Mawar dan Markus.
Markus menganggukkan kepalanya dan berbalik pergi, membuat Mawar hanya bisa terperangah kesal. Tak percaya semua orang mengabaikannya. Sebenarnya siapa lelaki yang ia bawa ke sini tadi? Dan mengapa namanya begitu mempengaruhi ayahnya?
Mawar segera berjalan menyusul Idhang. Ia tahu Idhang berada di mana. Ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi tapi orang-orang mengabaikannya dan malah sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
Mawar tiba di sebuah ruangan yang dipenuhi dengan layar komputer tipis. Seseorang lelaki yang berusia beberapa tahun darinya nampak fokus dengan layar di depannya. Satu tangannya sibuk dengan keyboard, sementara satu tangan lainnya sedang asik menggaruk kakinya yang ia naikkan sebelah ke atas kursi yang ia duduki. Sementara Idhang berdiri di belakangnya sambil menatap serius ke arah layar hingga tak menyadari kehadiran Mawar.
“Selesai! Ini datanya, Paman.”
Wajah Idhang semakin mendekat ke arah layar komputer. Ia terlihat seperti sedang membaca sesuatu hingga membuat wajahnya nampak serius. “Benar dugaanku,” gumamnya lebih untuk dirinya sendiri. Idhang lalu menepuk pundak lelaki muda di depan komputer. “Terima kasih, Arkan,” katanya sebelum beranjak pergi keluar dari ruangan Arkan.
Saking seriusnya, Idhang bahkan tidak menghiraukan Mawar yang sedang berdiri di samping ambang pintu sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Wajahnya nampak masam karena tak ada yang menghiraukannya sejak tadi.
“Arkan! Apa yang kau dapatkan?” tanya Mawar sambil berjalan ke arah Arkan.
Arkan memutar kursinya. Ia mengangkat kedua bahunya santai. “Tidak ada yang istimewa. Hanya sebuah latar belakang biasa dari pria biasa.”
Mawar membaca cepat layar yang menampilkan tulisan-tulisan berisi latar belakang dari Joshua Daniswara. Tidak ada yang spesial dari profile Joshua. Ayahnya hanya seorang petani yang sudah meninggal karena bunuh diri dan ibunya hanya seorang guru Sekolah Dasar.
“Tidak ada yang menarik,” gumam Mawar.
Arkan menganggukkan kepalanya. “Aku setuju.”
“Tapi mengapa Ayah dan Paman Idhang nampak seserius itu?” tanya Mawar yang masih penasaran dengan respon ayahnya dan Paman Idhang setelah mendengar nama Joshua.
“Mungkin ada hal lain. Coba kita telusuri hal lainnya. Misalkan tentang ayahnya.”
Arkan kembali sibuk dengan komputernya. Hingga ia menemukan beberapa fakta yang cukup mengganjal tentang ayah Joshua yang menurut profile yang ia dapatkan hanyalah seorang petani biasa.
“Pram Daniswara, petani yang meninggal karena bunuh diri dengan empat belas luka tusuk di tubuhnya. Kau tahu Mawar apa yang mengganjal dari semua ini?”
“Apa?” tanya Mawar penasaran.
“Kasus ini ditutup tanpa pemeriksaan lebih lanjut begitu saja dengan putusan bunuh diri. Padahal jika kau pikir lagi, mana mungkin seseorang mampu menusuk dirinya sendiri hingga empat belas tusukkan. Dan juga menurut data yang kutemukan mengenai latarbelakang keuangan mereka, kondisi ekonomi mereka tidak buruk. Tidak ada bukti kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh anggota keluarga. Itu artinya keluarga mereka baik-baik saja.” Arkan menarik napasnya sejenak sebelum melanjutkan, “tidak ada pemberitaan media juga. Seolah-olah ada yang sengaja membungkam pemberitaan. Aku yakin ini adalah kasus pembunuhan yang ditutupi. Siapapun yang membunuhnya pasti orang berpengaruh yang memiliki banyak relasi di media dan kepolisian. Dan yang pastinya bukan orang biasa. Aku yakin Pram Daniswara ini bukanlah orang biasa mengingat sepertinya ia memiliki musuh dari kalangan orang yang tidak biasa.”
Menganggukkan kepalanya setuju dengan penuturan Arkan. Karena ia paham betul bagaimana cara kerja dunia ini. “Tapi apa hubungannya semua ini dengan Ayah? Dia dan Paman Idhang tadi terlihat sangat terkejut saat mendengar namanya. Apa Ayah yang membunuh ayah Joshua? Tapi kenapa?” ujar Mawar yang masih belum mendapatkan benang merahnya.
“Apa aku perlu mencari hal lain lebih lanjut?” tanya Arkan.
Mawar mengaggukkan kepalanya setuju dan Arkan mulai beraksi lagi. “Satu hal yang juga mengganjal dari data diri Pram Daniswara. Ia baru berkerja sebagai petani semenjak ia menikah dengan wanita bernama Asih. Pekerjaan sebelumnya bahkan seluruh data dirinya sebelum ia menikah dengan wanita itu, tidak dapat ditemukan dimana pun. Bahkan aku sendiri tidak dapat menemukannya. Datanya seperti sengaja dihapuskan.”
Mawar semakin bingung dengan berbagai informasi yangia terima. Menghapuskan data diri untuk merahasiakan identitas dari mana pun hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. Bahkan tidak semua orang berpengaruh dapat melakukannya. Kebanyakan orang yang menyembunyikan identitas aslinya berasal dari dunia gelap seperti yang keluarga Mawar sekarang tekuni.
Itulah sebabnya nama kelompok Majapahit tidak pernah terdengar di mana pun. Kelompok yang dipimpin oleh ayahnya ini bersifat rahasia dan berkerja dalam diam. Namun, mampu memonopoli pasar tanpa tercium oleh siapapun. Bagaimana dengan pemerintah? Apakah mereka sebodoh itu sehingga tidak mengetahui keberadaan kelompok Majapahit yang memiliki berbagai bisnis ilegal? Tentu mereka tahu, namun mereka tak punya kuasa untuk mengusik kelompok mafia terbesar di pulau Jawa ini.
Mendengar nama Pram Daniswara sempat disembunyikan, membuat Mawar semakin yakin bahwa ayah Joshua tersebut pernah berada dalam dunia ini. Tapi, apa hubungannya dengan ayahnya? Itu yang harus ia cari tahu lebih lanjut. Hal yang tidak mungkin ia temukan dari layar komputer. Fakta yang hanya dapat ia dengar langsung dari mulut ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments