PART 05

Mengandung 18+, harap bijak dalam membaca. 🤣

---------------------------------------------------------

"Kamu mau nonton apa makan dulu Ren?" tanya Tian ketika mereka sudah berada di area pusat perbelanjaan.

"Makan dulu ya mas. Lapar" ucap Irene sambil menepuk-nepuk perutnya sambil tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.

"Baiklah" jawab Tian sambil menggenggam tangan Irene menuju food center yang berada dilantai atas.

Genggaman lembut tangan Tian memunculkan perasaan bahagia dihati Irene. Sejenak ia ingin melupakan wanita yang ada di wallpaper Tian.

"Hari ini aku ingin bahagia" batinnya.

Setelah selesai maka mereka menuju bioskop yang berada dilantai paling atas.

"Awww... sweet sekali. Lihat mas dia romantis sekali. Rasanya aku ingin jadi pemeran wanitanya" terdengar Irene berkomentar tanpa mengalihkan pandangan dari layar yang ada didepan.

"Lihatlah dia begitu menggemaskan" batin Tian.

Ia hanya tersenyum sambil terus memperhatikan wajah Irene. Bahkan ia sampai tidak tau jalan ceritanya seandainya nanti Irene memintanya menceritakan film yang baru saja mereka tonton.

Pandangan Tian beralih melihat bibir tipis itu.

"Menggoda untuk disesap" pikiran Tian mulai tidak terkendali.

"Sadar Tian, ingat Desi" Tian berperang dalam pikirannya sendiri. Tiba-tiba kepalanya terasa berat. Memikirkan beberapa proyek yang harus deal, memikirkan Desi yang belum juga tanpa kabar dan sekarang memikirkan gadis yang ada disampingnya yang mulai mencuri perhatiannya.

"Mas Tian kenapa?" tanya Irene karena Tian hanya diam menatapnya padahal lampu bioskop sudah dinyalakan pertanda film sudah usai.

"Aaah.... Tidak, hanya sedikit mengantuk. Mungkin karena pendingin ruangannya terlalu dingin" kilah Tian memijat pelipisnya berusaha mengusir rasa sakitnya.

Setelah selesai menonton Tian mengajak Irene berbelanja.

Ia membelikan Irene beberapa tas, sepatu dan pakaian-pakaian branded yang harganya cukup menguras dompet Irene jika ia membayarnya sendiri.

Tian juga membelikannya beberapa gaun mahal.

"Nanti dipakai ya kalau suatu saat nanti aku ajak dinner" ujar Tian.

Hati Irene berbunga-bunga. "Berarti aku masih ada kesempatan bertemu mas Tian lagi." batinnya.

Tian beralasan sebagai ucapan terima kasih karena Irene sudah menemaninya dari kemarin.

Dan karena Tian tidak menerima penolakan akhirnya Irene hanya menuruti permintaan Tian. Walau awalnya ia keberatan dengan semua barang yang dibelikan Tian.

Hari sudah menjelang sore,

Setelah puas berkeliling pusat perbelanjaan mereka memutuskan untuk pulang karena Irene melihat Tian yang kelelahan dan sedikit pucat.

"Mau kemana lagi?" tanya Tian ketika mereka sudah berada di depan mobil Tian di area parkir .

"Langsung pulang saja mas, mas Tian kelihatan pu...." belum sempat Irene melanjutkan kata-katanya Tian sudah hilang kesadaran.

Untung Irene masih disampingnya jadi Tian tidak sampai jatuh ke lantai karena Irene sigap menahan tubuh Tian walau kewalahan.

"Terima kasih pak" ucap Irene pada seorang bapak yang kebetulan lewat yang membantunya memapah Tian masuk ke dalam mobil.

Kemudian ia duduk dibelakang kemudi.

"Astaga aku tidak tau alamat rumah mas Tian" Irene baru menyadari kebodohannya ketika mobil yang dikendarainya keluar dari area parkir.

Setelah mendapat alamat rumah Tian dari James, Irene melajukan mobil Tian ke alamat yang sudah dijelaskan oleh James.

"Permisi pak saya temannya mas Tian, mas Tian nya pingsan tadi. Bisa bantu saya bawa ke dalam?" ujar Irene kepada petugas keamanan rumah Tian yang tadi membukakan pintu gerbang.

"Eee... bu bisa buatkan teh hangat?" pinta Irene kepada wanita paruh baya yang merupakan asisten rumah tangga Tian yang juga tadi membantu memapah Tian.

"Baik mbak. O iya panggil saja saya mbok Sri" ujar mbok Sri ketika melihat kebingungan Irene ketika akan memanggilnya.

"Baik mbok" sahut Irene lembut.

Sepeninggal mbok Sri,

"Kenapa kamu pucat sekali mas?" gumam Irene lirih sambil memandang lekat wajah Tian.

Irene mengeluarkan minyak aromateraphy yang selalu dibawa nya didalam tasnya dan mengusap lembut di depan hidung dan kemudian di telapak kaki Tian.

Dipandangi wajah tampan yang belum sadarkan diri itu. Hidung mancung dan dua lesung pipi yang akan terlihat ketika ia tersenyum.

Padangannya turun ke bibir Tian yang sedikit tebal yang selalu menyunggingkan senyum manis dan mengeluarkan kata-kata lembut.

Irene tergoda untuk mengusap lembut bibir manis itu menggunakan ibu jarinya.

Wajahnya merona.

"Sadar Irene , pemilik bibir itu mungkin ada dihatimu tapi dihatinya belum tentu ada kamu," rutuk Irene menyadari pikiran liarnya.

Irene masih duduk di tepi ranjang disamping Tian, tatapan matanya kini memandang dada bidang Tian yang ditumbuhi bulu halus yang sedikit terekspose karena Irene tadi membuka beberapa kancing bagian atas kemeja biru laut yang dikenakan Tian.

Irene makin cemas, karena bukannya sadar suhu tubuh Tian malah mulai panas.

"Mbak ... ini teh hangatnya" kehadiran mbok Sri membuyarkan pikiran Irene yang mulai kemana-mana.

"Mbok, ini mas Tian belum sadarkan diri. Suhu badannya mulai panas. Bagaimana ya mbok?" tanya Irene bingung.

"Sebentar ya mbak, mbok panggilkan dokter langganan keluarga mas Tian," sahut mbok Sri bergegas keluar.

"Iya mbok. Sekalian minta handuk sama air dingin untuk mengompres ya mbok," pinta Irene lembut.

Ketika Irene hendak berdiri mengambil handuk beserta baskom air yang disediakan mbok Sri, tiba-tiba ada tangan kekar menarik tangannya.

Karena hilang keseimbangan Irene terjatuh keatas dada bidang Tian.

Irene hanya terpaku dan diam ketika satu tangan lelaki itu memeluknya erat dan tangan yang lain membelai rambutnya lembut.

"Jangan pergi tetaplah disini" ucap Tian dengan mata yang masih terpejam.

Irene tidak berkutik. Ucapan Tian mampu menggetarkan hatinya. Pelukan Tian terasa sangat nyaman.

Ia berusaha menatap wajah Tian.

Tian yang belum sepenuhnya sadar, mengira yang ada dalam dekapannya adalah Desi.

Ditambah lampu penerangan dalam kamar yang hanya memakai lampu tidur.

Perlahan ia mengubah posisi dengan Irene berada dibawah kungkungannya.

Kemudian menyatukan kedua tangan Irene keatas kepala dan menahannya dengan satu tangan. Satu tangannya yang lain membelai pipi mulus Irene.

"Jangan pergi lagi sayang" ucap Tian lirih ditelinga Irene.

Seketika Irene tersadar yang diharapkan Tian bukan dirinya.

Ia mulai memberontak. Tapi sebelum sepatah kata keluar dari bibirnya, Tian sudah membungkam bibirnya dengan bibir Tian.

Irene berusaha memiringkan kepalanya ke kanan dan kekiri tapi usahanya terhalang oleh tangan Tian yang menahan wajahnya

Kerinduan yang ia pendam selama ini tidak dapat ia tahan lagi. Tian melahap dan me****t rakus bibir Irene tanpa ampun. Menyesapnya bergantian atas dan bawah. Sesekali ia menggigit bibir bawah Irene agar gadis itu membuka mulutnya sehingga dengan leluasa lidahnya mengabsen bagian didalamnya .

Cairan bening mulai mengalir dari sudut mata Irene. Bayangan masa lalunya kembali muncul. Membuatnya makin meronta berusaha melepaskan diri dari kungkungan Tian.

Hati Irene sakit membayangkan lelaki yang disukainya mencumbunya tapi yang ada dalam bayangannya bukan dirinya melainkan wanita lain.

"Tuhan, tolonglah aku hamba-Mu yang penuh dosa ini," doa Irene. Ia mulai kelelahan. Tenaganya terbuang sia-sia.

Terpopuler

Comments

Neti Jalia

Neti Jalia

aku mampir kk, yuk saling dukung🤗🙏

*Suamiku ceo ganas

"Sarlince(cinta sepihak)

2021-10-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!