"Sudahlah, lupakan dia Tian," ucap James mulai putus asa.
"Atau mungkin dia sudah mendapatkan penggantimu?" imbuh James santai.
James beberapa kali pernah bertemu Desi. Dari pengamatan dan penilaiannya ditambah penuturan mama Gina, ia dapat menilai Desi bukan gadis yang tepat untuk sahabatnya.
"Jangan asal menilai, kamu tidak mengenal siapa Desi. Aku yang lebih tau luar dalamnya." bela Tian.
Tidak terima kekasihnya diremehkan atau dipandang buruk oleh siapapun termasuk sahabatnya James.
"Dasar bucin!" batin James kesal.
"Bukan begitu, aku hanya tidak ingin kamu larut dalam kesedihan. Lihatlah wajahmu makin keriput padahal minggu lalu terakhir kita bertemu masih kencang," ejek James berusaha menghibur Tian.
"Sialan," balas Tian Gusar.
Flashback On,
Malam itu di apartemen Tian,
"Sudahlah Tian kita break saja dulu, kita saling instrokpeksi diri," ucap Desi.
"Lagian mama kamu masih belum juga merestui hubungan kita," imbuh Desi beralasan.
"Aku tidak setuju," sergah Tian. Baginya ide Desi sangat tidak masuk akal.
"Aku bisa kasih pengertian lagi ke mama aku sayang. Aku yakin cepat atau lambat mama aku akan merestui hubungan kita," bujuk Tian lembut mencoba memberi pengertian pada kekasihnya itu.
"Sampai kapan aku harus menunggumu?" tanya Desi menampilkan raut wajah pura-pura putus asa.
Saat ini yang ia pikirkan bagaimana menghilang sementara waktu dari Tian. Ada rencana besar yang akan ia jalankan bersama keluarganya.
Tian hanya terdiam. Mereka sudah menjalin hubungan cukup lama. 3 tahun bukan waktu yang singkat.
Akan tetapi belum ada tanda-tanda mama Gina memberi restu.
Wanita paruh baya yang seorang janda itu tidak menentang hubungan Tian dan Desi tapi juga tidak merestui.
Mama Gina selalu beralasan setiap Tian ajak bicara serius tentang keseriusan hubungannya dengan Desi.
"Mama belum ingin kamu meninggalkan mama Tian," itulah salah satu senjata mama Gina.
"Mama merasa ada yang disembunyikan Desi," batin mama Gina.
Tapi tidak beliau ungkapkan. Wanita keturunan Jawa itu tidak ingin menyakiti atau menambah beban pikiran anaknya.
Selama ini Tian lah tulang punggung keluarga setelah suaminya yang dicintainya pergi untuk selama-lamanya tujuh tahun silam.
Sejak saat itu bisnis keluarga sepenuhnya diambil alih oleh Tian dan dibantu oleh Robby kakak sepupu Tian.
Tian yang baru menyelesaikan kuliah S2 nya mau tidak mau siap tidak siap harus terjun langsung memimpin perusahaan.
"Oke, bagaimana kalau kita bertunangan dulu?" tawar Tian memberi pilihan.
"Tapi...." Desi berpikir sejenak, alasan apa lagi yang harus dia pakai.
Tian memicingkan matanya sambil menatap lekat wajah Desi yang seolah-olah menyembunyikan sesuatu.
Tiba-tiba ponsel Desi berdering, ia pamit menjauh menuju balkon apartemen untuk menjawab panggilannya dengan alasan telpon dari kantor.
"Maaf Tian aku harus pergi. Ada rapat penting yang harus aku hadiri," Desi beralasan.
Cup.
Desi mengecup singkat bibir Tian.
"Tapi ini sudah malam sayang," ujar Tian berusaha menahan Desi.
Akhir-akhir ini Desi selalu pergi tiba-tiba ketika mereka baru saja bertemu. Setelah itu Desi menghilang tanpa kabar.
Flashback off.
"Sudahlah James. Hentikan perjodohanmu. Aku ingin pulang. Besok pagi aku ada meeting," ucap Tian sambil bangkit dari duduknya.
"Aku antar atau dijemput sopirmu?" tanya James sambil mengikuti langkah kaki Tian yang berjalan keluar.
"Kamu antar saja, sopirku ijin pulang kampung tadi pagi," jawab Tian.
Selama berada di Surabaya, Tian biasanya tinggal dirumah peninggalan almarhum papanya yang terletak di perumahan elite didaerah Surabaya barat.
Rumah yang ia dan keluarganya tempati sebelum pindah ke ibu kota.
Rumah itu saat ini hanya dihuni oleh Art, tukang kebun, beberapa petugas keamanan dan seorang sopir yang bertugas mengantar dan menjemputnya ketika ia ada urusan di Surabaya.
Dalam perjalanan pulang mereka hanya diam dalam pikirannya masing-masing ditemani suara radio yang sengaja disetel James sekedar memantau jalanan kota Surabaya yang sering macet di jam-jam tertentu.
Hingga akhirnya mobil yang dikendarai James tiba didepan gerbang rumah Tian.
Terlihat seorang petugas keamanan tergopoh-gopoh membukakan pintu gerbang.
"Kamu yakin tidak ingin kukenalkan dengan Irene?" desak James ketika Tian hendak turun.
"Tutup mulutmu dan pulanglah! Anak dan istrimu menunggu dirumah," balas Tian yang berlalu memasuki pintu gerbang.
"Terima kasih pak" ucap James sambil menepuk lembut pundak lelaki paruh baya yang bertugas menjaga rumahnya kemudian berjalan masuk kedalam rumah.
"Sama-sama mas Tian" balasnya.
"Awas saja kalau sampai kamu menyesal" ancam James lirih sambil mengemudikan mobilnya meninggalkan rumah Tian.
...................
Didalam kamar berukuran sedang disebuah kontrakan yang tidak terlalu besar yang berada dipinggiran kota Surabaya, terlihat seorang wanita yang sedang merebahkan dirinya diatas ranjang berbalut piyama satin tipisnya.
Wanita itu sedang memandang layar ponselnya.
Irene tersenyum memandang sosok yang ia kagumi yang telah mencuri perhatiannya akhir-akhir ini.
Ya, wanita itu adalah Irene Putri Kusuma.
"Ah susah sekali mendapatkan perhatianmu mas ," batin Irene.
"Tapi siapa aku? Hanya wanita biasa, anak yatim piatu yang tidak cantik dan hanya karyawan biasa," gumamnya lirih.
"Sedangkan kamu, tampan dan mapan, kita seperti langit dan bumi," lanjutnya lagi bermonolog dengan dirinya sendiri.
"Walaupun statusmu duda tapi kamu duda keren mas. Kamu bisa mendapatkan pendamping yang jauh lebih segalanya dari aku," gumamnya lagi.
Christian Abimanyu Wijaya adalah sosok yang ada dipikirannya saat ini.
Pengusaha muda berusia beranjak 31 tahun yang menjabat sebagai presiden direktur di Wijaya Group.
Perusahaan yang dibangun oleh mendiang papanya yang saat ini ia kelola.
Walaupun memiliki jabatan dan harta yang melimpah tetapi sosok Tian adalah pribadi yang humble di mata teman, anak buah dan rekan bisnisnya.
Sikapnya yang lembut dan sopan membuat banyak wanita terpesona padanya.
Sayangnya Tian adalah pria yang cuek dan sulit bersosialisasi sehingga sahabat satu-satunya hanya James.
Sehingga beberapa kali James mengajaknya menghadiri beberapa acara reuni sekolah berharap Tian menemukan pengganti Desi.
Hingga suatu ketika Irene bertemu Tian diacara reuni.
"Dia tampan sekali" batin Irene dari kejauhan. Ia tidak berani mendekati Tian.
"Kalau mau kenalan bisa aku jembatani Ren" bisik James yang diam-diam memperhatikan pandangan mata Irene terhadap Tian.
"Ah ...ti..tidak usah mas" sahut Irene tergagap.
Tingkahnya ketahuan oleh sahabat Tian.
Irene cukup mengenal James karena sosok James yang cepat akrab dengan siapa saja termasuk adik kelasnya.
"Memalukan" desisnya lirih kemudian berpura-pura ke toilet.
"Sepertinya cocok dengan Tian" gumam James yakin.
Karena diam-diam mama Gina meminta James mencarikan wanita yang baik untuk Tian.
Sejak ditinggal pergi istri yang paling dicintainya beberapa tahun silam hanya sosok Desi yang bisa membuat Tian tersenyum kembali.
Di mata James Irene adalah gadis yang baik. Beberapa kali mereka pernah bertemu dan berbincang dalam acara reuni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments