PERJUANGAN CINTA IRENE
Minggu sore,
Langit cerah dan udara yang mulai menghangat menyapa setiap makhluk dikota itu,
Di sebuah coffee shop yang terkenal di tengah kota Surabaya,
"Bagaimana Tian, mau kan aku kenalkan padanya?" tanya James antusias memecah keheningan.
"Tidah usah, aku tidak berminat." tolak Tian tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya yang terletak diatas meja.
Berulang kali membuka lockscreen dan berulang kali pula menutupnya. Berharap ada panggilan masuk atau minimal pesan teksnya dibalas dari seseorang yang ia harapkan.
"Ayolah Tian, dia itu gadis yang baik, aku yakin kamu pasti akan tertarik." tambah James berusaha memprovokasi Tian lagi.
"Kalau begitu, kenapa tidak kamu saja yang berpacaran dengannya?" balas Tian kesal.
"Gila kau, aku sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Tidak ada kata mendua dalam kamusku." tutur James tegas.
Suasana kembali hening, Tian masih asik bermain dengan ponselnya terkadang membolak balikan ponselnya seakan ada yang salah dengan ponselnya. Kemudian menyeruput ice Americano yang tadi ia pesan.
James hanya memandang prihatin dengan tingkah dan penampilan sahabatnya itu.
Rambut mulai panjang tak terurus walaupun tidak menutupi wajah tampannya.
Janggut dan kumis dibiarkan tumbuh dibawah hidung dan di dagunya tanpa ada niatan untuk mencukurnya.
Tidak seperti Tian yang biasanya yang begitu memperhatikan penampilannya.
Belum lagi warna bagian bawah matanya yang terlihat menghitam. Saat ini Tian terlihat sangat kacau. Pantas saja mama Gina yang adalah mama Tian mencemaskannya ketika menelponnya pagi tadi.
Flashback on
"Halo James, ini mama Gina," ucapnya lembut membuka pembicaraan ketika panggilan telponnya tersambung.
"Halo ma, apa kabar?" tanya James. Mama Gina sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri.
Dulu hampir setiap pulang sekolah James sering menghabiskan waktunya dirumah Tian sehingga ia begitu dekat dengan mama Gina.
Tian dan James sendiri sudah bersahabat sejak mereka duduk dibangku sekolah menengah atas.
"Kabar mama baik, kamu apa kabar?" tanya balik mama Gina.
"Kabar James baik ma." balas James.
"Syukurlah kalau begitu," ujar mama Gina.
Hening....
"Mama ada masalah?" tebak James.
Nada suara mama Gina terdengar sendu.
Beberapa kali terdengar wanita paruh baya diseberang sana menghembuskan nafasnya berusaha menenangkan diri.
"James, hari ini Tian ke Surabaya, ada urusan pekerjaan katanya. Mama mau minta tolong, James temani Tian selama Tian disana ya," pinta mama Gina.
"Memangnya Tian kenapa ma?" tanya James penasaran. Tidak biasanya mama Gina cemas seperti itu.
Tian sering pulang pergi Jakarta - Surabaya entah untuk urusan pekerjaan atau hanya sekedar bertemu James.
Dan biasanya James mengajak Tian ke beberapa acara reuni yang sering diadakan oleh teman-teman alumni.
"Mama perhatikan beberapa hari ini Tian terlihat sangat kacau," jawab mama Gina.
Kemudian mama Gina menceritakan perihal hubungan Tian dan Desi hingga alasan kenapa mama Gina belum merestui atau mungkin tidak merestui jalinan hubungan mereka.
Mama Gina juga menceritakan perihal perubahan sikap Tian semenjak mengenal Desi. Termasuk sikap kasar Desi terhadap mama Gina yang tidak Tian ketahui.
Terdengar beberapa kali Mama Gina terisak diseberang sana.
"Beberapa pesan dan panggilan telpon mama sering diabaikan," tambahnya disertai isakan tangis yang tidak dapat ia tahan.
"Apalagi sekarang Tian memutuskan tinggal di apartemennya daripada pulang kerumah, mama sangat cemas James, makanya mama titip Tian ya," imbuhnya lagi.
"Iya ma, mama tenang ya, nanti James coba berbicara dengan Tian," ucap James berusaha menghibur.
Tadi pagi Tian mengiriminya pesan untuk bertemu di coffee shop biasa tempat mereka bertemu.
"Jangan bilang Tian ya kalau mama menelponmu, mama tidak ingin Tian salah paham dan semakin marah sama mama," pinta mama Gina.
"Iya ma." sahut James singkat.
"Maaf kalau mama merepotkan," ujar mama Gina.
"Tidak sama sekali ma, mama tidak merepotkan James. Justru James dengan senang hati membantu keluarga mama. Tian itu sudah seperti saudara bagi James." jawab James jujur.
"O iya, mama mau minta tolong lagi sama kamu," pinta mama Gina pelan.
"Kalau James bisa bantu pasti dengan senang hati akan James bantu," timpal James.
"Apa kamu tidak memiliki teman wanita yang sekiranya bisa dikenalkan pada Tian?" tanya mama Gina.
"Mama tidak peduli status sosial ataupun latar belakangnya, yang penting dia baik, tulus dan tentunya bisa memperhatikan dan merawat Tian dengan baik," ujar mama Gina.
"Sebenarnya ada ma, adik kelas Tian dan James tapi beberapa kali Tian menolak berkenalan," ujar James.
"Padahal Irene gadis yang baik," imbuhnya lagi.
"Huft.... sepertinya cinta Tian pada Desi sudah membutakan mata hatinya," ucap mama Gina putus asa.
"Nanti James coba lagi ya ma. James minta bantuan doa dari mama, mudah-mudahan Tian segera sadar dari khilafnya," timpalnya.
"Iya James mama selalu mendoakan yang terbaik untuk anak-anak mama termasuk kamu," ucap mama Gina tulus.
"Terima kasih ya ma, nanti kalau pekerjaan James mulai longgar James akan main ke Jakarta. James rindu sama mama," ucapnya jujur.
"Mama juga rindu sama kamu. Ajak istri dan anak-anak kamu ya." pinta mama Gina.
"Siap ma," balas James.
"Ya sudah James mama tutup dulu ya telponnya, mama sampai lupa ada janji dengan Elis mau menemaninya membeli beberapa keperluan kuliah. Mama tunggu kabar Tian ya James," ucapnya.
"Iya ma. Titip salam James buat Elis dan Dani," ucap Tian.
"Nanti mama sampaikan. Bye James" balas mama Gina.
"Bye ma," ucap James mengakhiri pembicaraannya dengan mama Gina.
Flashback off.
Tian masih setia memandang ponselnya. "Kamu menghilang kemana?" batin Tian.
Perasaannya campur aduk. Antara cemas, rindu dan khawatir.
Sudah satu minggu Desi tidak ada kabar. Wanita yang ia cintai itu yang sudah menemaninya selama tiga tahun terakhir mendadak menghilang tanpa kabar.
Puluhan panggilannya diabaikan. Ratusan pesan teks tidak satu pun dibaca.
Ia begitu merindukan Desi dengan segala sifat manjanya.
Desi berprofesi sebagai direktur keuangan diperusahaan keluarganya yang bergerak dibidang properti di Jakarta. Selain cantik, sexy dengan body goals, Desi juga cerdas untuk itu dia dipercaya keluarganya memegang jabatan lumayan penting.
Tian begitu memuja Desi yang menurutnya begitu sempurna. Secara fisik tentunya.
Padahal selama ini Desi hanya berpura-pura lembut dan baik padanya. Ada maksud terselubung dari kebaikannya selama ini.
Desi awalnya prihatin melihat Tian yang terpuruk ketika ditinggal pergi istri yang dicintainya untuk selama-lamanya. Ia mulai menyusun rencana.
Karena obsesi Desi hanya harta Tian. Pergaulan sosialitanya membuatnya semakin gila akan benda duniawi itu. Ditambah lagi dengan sifat Tian yang tidak pelit, makin membuat Desi serakah.
Kehadiran Desi yang mampu membangkitkan semangat hidup Tian, membuat Tian menuruti semua permintaan Desi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments