PART 03

Irene bukan tidak berusaha. Ia sudah beberapa kali memulai obrolannya dengan Tian tapi hanya dibalas datar oleh Tian.

Terlalu sibuk dengan jalan pikirannya sendiri hingga tanpa sadar ia sudah terlelap ke alam mimpi.

.......................

Mentari pagi menyapa di ufuk timur, menembus cela-cela jendela kamar Irene. Membuat wanita itu menggeliat.

Ia melirik jam dinding yang menggantung di dinding depan ranjangnya.

"Sudah pukul 7.30 pagi, aahhh aku hampir saja terlambat," ia bergumam sambil berlari menuju kamar mandi.

Setelah mandi dan bersiap-siap hanya memakai sunscreen sedikit bedak dan lipstick, menyambar tas selempang dan tas laptopnya tidak lupa sekotak susu dalam lemari pendingin kemudian berlari menuju gerbang depan.

Disana sudah menunggu ojek online yang tadi sudah ia pesan.

"Pak, sesuai aplikasi ya" ujarnya buru-buru memakai helm yang disodorkan bapak ojek online.

"Siap bu" sahutnya.

Irene berjalan tergesa-gesa menuju ruang meeting salah satu hotel berbintang di Surabaya.

Sesuai jadwal, hari ini ia akan mendampingi salah satu atasannya untuk meeting tender proyek dengan beberapa petinggi perusahaan pemegang saham dan perusahaan kontraktor.

Irene bekerja sebagai sekretaris umum di sebuah perusahaan konsultan yang bergerak di banyak bidang salah satunya konstruksi bangunan.

Didepan lift, "Kenapa tergesa-gesa?" sapa pak Herry atasan Irene yang baru datang dari arah lobby dengan tujuan yang sama menuju ruang meeting.

"I..iya pak maaf saya kesiangan," jawab Irene. Meski sebenarnya ia belum terlambat masih ada waktu beberapa menit lagi.

"Tidak apa, masih ada waktu. O iya sudah kamu siapkan bahan meeting yang saya emailkan?" tanya pak Herry.

"Sudah pak," sahut Irene.

Saking gugup dan tergesa-gesa nya Irene tidak menyadari ada sepasang mata yang memperhatikannya ketika ia hendak masuk kedalam lift.

Irene adalah wanita berusia hampir mendekati kepala tiga. Cantik, sederhana dan supel. Memiliki tubuh mungil yang ideal tidak terlalu tinggi.

Berkulit putih bersih dengan bentuk mata sedikit sipit yang diturunkan dari ibunya yang berdarah campuran Indo Chinesse.

Hidung sedikit mancung dan memiliki bibir tipis.

Ukuran dada yang sedikit besar meski sering ia tutupi dengan kemeja dan blazer.

Ia begitu muak mendapat tatapan tajam dari lelaki hidung belang.

Pengalaman pahit masa lalunya membuatnya menutup tubuhnya dengan kemeja longgar.

Ketika Irene baru melangkahkan kakinya keluar dari lift sebelah,

"Irene?" sapa lelaki bertubuh tegap tinggi putih dan berlesung pipi yang baru keluar dari lift sebelah.

"Ma..mas Tian?" balasnya gugup. Sosok yang ia pikirkan semalam ada dihadapannya.

Sapaan Irene hanya dibalas senyuman dengan sedikit anggukan kepala.

"Mas Tian ada acara disini?" tanyanya penasaran.

"Aku ada meeting disini," jawab Tian.

"Oh gitu. Aku duluan ya mas," ujar Irene. Karena ada beberapa materi meeting yang harus ia siapkan.

Tanpa Irene sadari mereka memasuki ruang meeting yang sama.

"Cantik," batin Tian yang berjalan dibelakang Irene. Tapi ia buru-buru menampik perasaan aneh yang tiba-tiba muncul. Yang harus ia pikirkan saat ini adalah Desi.

Kemudian menempati tempat duduk yang disediakan.

Karena sibuk menyiapkan materi Irene tidak menyadari ketika Tian masuk.

Ketika ia hendak berjalan menuju pintu,

"Halo mbak Irene," sapa seseorang yang suaranya familiar bagi Irene.

"Halo pak Adit, silahkan menempati kursi yang sudah disediakan," sahut Irene mengabaikan tatapan Adit yang menatapnya lekat tanpa kedip.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya Adit.

Saat ini sangat sulit menemui Irene. Wanita itu selalu menghindarinya.

"Maaf saya harus mengecek beberapa kelengkapan dulu," jawab Irene asal kemudian berlalu. Saat ini orang yang sangat ingin ia hindari ada dihadapannya.

Masih terasa sakit mengingat bagaimana seminggu yang lalu Adit tiba-tiba menghilang. Dan beberapa hari yang lalu ia mendapat kabar kalau Adit sudah menikah.

Memang hubungan mereka sudah renggang beberapa bulan terakhir. Pertengkaran tidak bisa mereka hindari. Semuanya bermula dari papanya Adit tidak merestui hubungan mereka.

Flashback on,

Adit dan Irene bertemu dalam beberapa proyek.

Adit menyukai sifat profesional Irene selain cantik dan sexy dimata Adit.

Ia selalu terpesona setiap kali Irene membawakan presentasi materi.

Karena sering menghabiskan banyak waktu bersama dalam beberapa proyek mereka menemukan banyak kecocokan. Sehingga mereka memutuskan untuk menjalin hubungan lebih dekat lagi.

Mereka menghabiskan waktu dengan sekedar makan atau menonton film dibioskop.

Sosok Irene yang dewasa mampu menjadi obat penenang setiap Adit penat dengan permasalahan di perusahaannya.

Senyuman Irene selalu mampu menghipnotisnya.

Baginya Irene bisa mengimbangi sifatnya yang keras.

Sayangnya papanya Adit mengetahui kedekatan mereka dan murka. Papanya mengancam akan memutuskan hubungan kontrak dengan perusahaan tempat Irene bekerja dan mewariskan perusahaan kepada adik iparnya jika Adit tidak menikah dengan anak sahabat sekaligus rekan bisnis papanya.

Flashback off.

"Tunggu Irene, kita harus bicara," Adit berusaha menahan lengan Irene. Ia berbicara sepelan mungkin agar tidak ada yang mendengar selain mereka.

"Cukup. Untuk urusan pribadi semua sudah berakhir." sahut Irene dengan menekankan kata yang terakhir.

Dan segera berlalu untuk menemui beberapa peserta meeting lainnya.

Kehadiran Adit mengacaukan konsentrasinya. Sehingga ia tidak menyadari sepasang mata yang menatapnya lekat dan berusaha mendengar pembicaraan mereka.

Meeting tender proyek pun dimulai. Irene duduk disebelah pak Herry selaku atasannya dan mencatat jalannya meeting.

Ia berusaha mengabaikan tatapan Adit padanya. Hingga ia memalingkan wajahnya dan pandangannya terpaku pada sosok tampan yang tidak lain adalah Tian.

Sosok yang memperhatikannya dari tadi ketika berbicara dengan Adit adalah Tian.

Ia berusaha tersenyum pada Tian walaupun sedikit dipaksakan. Jujur saja moodnya mendadak tidak baik.

Sekilas ia melihat Tian tersenyum padanya. "Duh ada apa dengan jantungku? Tolong bekerja sama lah hai jantung," batinnya.

"Kalau perusahaan mas Tian menang tender aku akan sering bertemu dengan nya," Irene mulai berimajinasi.

"Ternyata ia sudah memiliki kekasih, tetapi kenapa wajahnya ditekuk seperti itu?" batin Tian.

"Kenapa aku mendadak memikirkannya?" batin Tian lagi.

..................

Matahari sudah berada disisi barat.

Meeting sudah selesai beberapa jam yang lalu. Karena banyaknya materi yang dibahas sehingga butuh waktu lumayan lama.

Irene baru saja meninggalkan ruang meeting karena ada beberapa laporan hasil meeting yang harus ia emailkan ke beberapa perusahaan.

Ketika ia hendak memasuki lift ada tangan kekar yang menariknya.

"Kita harus bicara," cegah Adit begitu mereka sudah berada di sudut ruangan tidak terlalu jauh dari lift.

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan Dit, semua sudah berakhir," tukas Irene dengan ketus.

"Aku bisa jelaskan semuanya sayang," jawab Adit melembutkan suaranya.

Ia berusaha menahan ego dan emosinya terhadap penolakan Irene.

Irene terdiam. Ia cukup lelah hari ini dan butuh asupan kafein.

"Aku dijodohkan." sahut Adit karena tidak ada jawaban atau tanggapan dari Irene.

"Papaku tiba-tiba menjodohkanku dengan anak sahabatnya," jelas Adit.

Ia tidak ingin membeberkan alasan sebenarnya. Ia tidak ingin menyakiti Irene tentang penolakan dan ancaman papanya.

"Aku masih mencintaimu Irene, aku berharap kita bisa mulai dari awal lagi" sahutnya.

❤ Ini karya pertama aku jadi mohon dukungannya ya.

Bisa bantu like dan komen ❤

Terpopuler

Comments

Lilis anggriani Lilis anggriani

Lilis anggriani Lilis anggriani

lanjut

2024-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!