Bab 5
Tuan muda kembali
Sudah hampir enam bulan aku bekerja sambil belajar di peternakan ini. Tuan dan nyonya selalu bertanya perkembangan ku pada bu Vania.
"Bagaimana bu Vania, apakah Mala sudah bisa mempelajari semua materi pelajaran yang diberikan padanya?" Ucap tuan besar di ruangan kantornya setelah kegiatan pelajaran kami hari ini selesai.
"Iya tuan, Mala sangat cerdas. Saya tidak menyangka Mala bisa secepat ini menguasai semua pelajaran yang saya berikan padanya. Apalagi ilmu pengembangan bisnis yang menjadi tujuan utama tuan padanya.
Saya sangat salut dengan kecerdasannya. Tinggal sekarang pendampingan baginya untuk mempraktekkan ilmu bisnis yang sudah dipelajari." Bu Vania yakin tidak sia-sia dia mengajarkanku selama ini.
"Apa kamu siap Mala, memulai mengoperasikan pabrik susu ini kembali? Saya ingin membangun pabrik susu ini dari awal lagi setelah lama saya tinggalkan."
Aku tidak ingin mengecewakan tuan yang sudah begitu banyak berjasa dalam hidupku.
"Iya tuan, saya akan berusaha sebaik mungkin demi untuk mewujudkan keinginan tuan."
Sebulan kemudian.
Di ruang kantor tuan dan nyoya besar kedatangan seorang tamu, pemuda tampan dan keren duduk di sofa tamu.
"Maksud nenek dan kakek apa menyuruhku kembali ke Indonesia?" Tuan dan nyonya hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan cucu kesayangannya.
Bukannya melepas rindu selama bertahun tahun pada kakek dan neneknya ia malah langsung menanyakan untuk apa disuruh kembali ke indonesia. Sifat manjanya masih sama seperti saat ia tinggal disini dulu. Selalu hidup dalam kemewahan membuatnya merasa segala sesuatunya harus sesuai dengan keinginannya.
Sebelum ini, ia meninggalkan Indonesia untuk kuliah di luar negri. Kakek dan neneknya memilih dia untuk kuliah di luar negri, untuk lebih banyak menimba ilmu. Hingga nanti dia siap untuk mengambil alih seluruh perusahaan besar kakeknya.
"Apa jangan-jangan kakek masih ya ingin menjodohkan aku dengan gadis yang kudengar kata mereka gadis itu buta huruf, sudah begitu ia hanya seorang pembantu di rumah ini."
"Tolonglah kek, jangan main main dengan hidupku. Aku punya kehidupan pribadiku sendiri. Mana mungkin aku mau dijodohkan seperti ini. Apa kata kolega bisnis kakek nanti kalau ternyata calon istriku cuma seorang pembantu."
"Jangan menolak keputusan kakek dan nenek Cristian, ini sudah keinginan kakek dan nenek dan kamu tidak boleh menolaknya."
"Kamu tahu kan kakek paling tidak suka dibantah."
"Jadi mulai dari sekarang persiapkan dirimu, jangan sampai kamu mengecewakan kakek."
"Nenek ingin kamu hidup bahagia nak."
"Tapi nek, bahagia kan itu aku sendiri yang harus menentukan." Cristian terus saja memprotes keinginan kakek dan neneknya.
Ingin rasanya kembali lagi ke luar negri, dalam benak Cristian mengeluh.
"Cristian, kamu kan tahu kakek dan nenek ini sudah tua. Dan sekarang giliran kamu untuk membuktikan cintamu kepada kedua orang tuamu."
"Sudah cukup hidupmu untuk bersenang-senang, sekarang waktunya untuk mengurus seluruh perusahaan kakek."
"Kakek dan nenek ingin menikmati masa tua kami dengan kebahagiaan di peternakan ini."
"Gadis yang kau bilang buta huruf itu sudah bisa membaca dan menulis. Sebenarnya dia adalah gadis yang cerdas. Dia juga sedang mempelajari ilmu pengembangan bisnis dari guru yang sudah profesional dalam bidangnya."
"Jadi jangan lagi kamu membantah keinginan kami."
"Kamu tahu kan kakek paling tidak suka dibantah."
"Jadi mulai dari sekarang persiapkan dirimu, jangan sampai kamu mengecewakan kakek."
"Tapi kan kakek dan nenek tahu, aku mempunyai kekasih di New York. Dan kami sudah menjalani hubungan ini sejak di bangku SMA."
"Cristian, kamu juga tahu bahwa kakek dan nenek tidak menyetujui hubungan kalian."
"Apa masalahnya kek, tolong jelaskan padaku.
Dimana letak kekurangan Casandra, menurutku dia gadis yang sangat baik. Terlebih lagi kakek dan nenek sudah mengenali asal usulnya."
"Orang tua Casandra adalah sahabat papa dan mama dahulu, ketika mereka masih hidup."
"Sudah bukan sahabat papa dan mama kamu Cristian, mereka tidak pantas dikatakan sebagai sahabat kedua orang tuamu!"
"Kamu tidak tahu apa yang kami rasakan, kehilangan dua orang sekaligus sungguh sangat menyakiti kami. Hingga saat ini masih terasa lukanya."
"Aku sudah menjalani hubungan ini selama lima tahun kek, mana mungkin aku kan memutuskan secara sepihak hubunganku dengan Casandra."
"Mau sampai kapan kakek dan nenek terus memojokkan aku, hubunganku dengan Casandra tinggal sedikit lagi menuju pelaminan."
"Tunggu setelah dia selesai wisuda di New York, aku akan segera melamarnya. Dan aku minta kakek dan nenek segera merestui hubungan kami nanti."
"Sampai kapan pun, kakek dan nenek tidak akan menyetujui hubungan kalian. Ikutlah keinginan kakek dan nenek atau kau akan menyesalinya nanti."
Tok tok tok
Suara pintu ruangan ini di ketuk dari luar.
Obrolan tuan dan nyonya besar bersama cucunya terhenti oleh suara ketukkan pintu.
"Siapa?"
"Saya nyonya, Mala."
"Masuklah."
Aku masuk sambil menundukkan kepalaku, tidak berani menatap setiap wajah orang orang dalam ruangan ini.
Aku suguhkan kopi kesukaan tuan dan nyonya besar, juga untuk tuan muda cucu dari majikan ku ini yang baru tiba dari New York.
Aku letakkan cangkir kopi di hadapan mereka, dan juga kudapan yang dibuat bik Inah tadi, sebagai pelengkap kopi majikan ku ini, lalu ingin berbalik kembali.
"Tunggu Mala." Nyonya besar menghentikan langkahku yang sedang membuka pintu keluar dari ruangan ini.
Aku berbalik kembali ke belakang.
" Apa ada yang kurang nyonya?"
"Kemari lah." Nyonya menginginkan aku tetap di ruangan ini.
Aku menghampiri ketiga majikan ku ini. Dan berdiri di hadapan mereka.
"Perkenalkan ini cucuku, Cristian. Ia baru tiba dari New York menyelesaikan kuliah di sana." Nyonya besar memperkenalkan cucunya padaku.
"Dan Cristian, ini Mala gadis yang selalu menemani kakek dan nenek dalam rumah peternakan ini."
"Mala yang nanti akan menemani kakek dan nenek mengelola peternakan ini."
Tatapan dingin dari sudut mata cucu majikan ku ini, membuatku tidak enak. Bertanya apa ada yang salah padaku. Sehingga tatapan itu sedikit mirip dengan tatapan kebencian.
Tapi aku tidak perduli. Selagi aku merasa aku tidak melakukan kesalahan padanya. Aku akan bersikap biasa saja di hadapannya.
"Crist,..."
"Cristian," Sedikit besar suara nenek mengagetkan pemuda itu yang sejak tadi terpaku tak berkedip menatapku.
Aku menjadi sedikit risih dengan tatapannya. Sedikit terasa ada kebencian di sorot matanya, tapi sedikit terasa ada yang aneh dengan tatapannya padaku.
"Cristian." Kembali suara nyonya melembut.
"I i iya nek." Sedikit terbata ia menjawab panggilan nyonya.
"Beri salam pada Mala."
"H h ha hai,..." Sedikit terbata ia mengucapkan kata itu.
"Namaku Cristian." Ia mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Namaku Mala tuan." Sedikit gugup aku menyambut tangan tuan muda. Dan berusaha mengendalikan kegugupan ku.
Jujur baru kali ini aku merasa degup dalam dadaku terasa sangat cepat. Ada desiran halus menjalar di sekujur tubuhku. Saat tangan tuan muda menyentuh tanganku.
Tapi dengan cepat dia mengibas tanganku kasar, dan kembali memandang wajahku dengan tatapan kebencian padaku. Apa aku pernah melakukan kesalahan padanya, aku tidak ingat. Tapi aku merasa kami baru saja bertemu hari ini.
Ah, sudahlah mungkin hanya perasaanku saja, pikirku dalam hati.
(Bersediakah tuan muda dijodohkan dengan Mala si gadis buta huruf ini..Yuk pantengin terus ceritanya say)❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments