Bab 4
Pagi menyapa, setelah tuan dan nyonya besar selesai sarapan.
"Mala, kamu dipanggil oleh tuan dan nyonya di ruang makan, segeralah ke sana." Ujar mbak Ningsih.
"Baik mbak."
Aku yang masih berada di taman belakang, hendak menyelesaikan pekerjaanku di datangi mbak Ningsih yang selesai mengurus sarapan buat tuan nyonya besar hari ini. Gegas aku masuk dalam rumah dan menuju ruangan makan dimana tuan nyonya besar sedang menungguku.
"Apa tuan dan nyonya memanggil saya?" Sedikit gugup aku bertanya pada kedua majikan ku. Takut apa yang kupikirkan akan benar terjadi hari ini.
"Bereskan semua pakaianmu ke dalam koper, kamu akan melakukan perjalanan jauh hari ini." Nyonya memberi perintahnya.
"Ampun nyonya, saya masih mau bekerja disini, kalau ada kata dan perbuatan saya yang salah tolong maafkan kesalahan saya."
"Saya masih ingin bekerja disini, orang tua saya mau makan apa di kampung kalau saya sudah tidak bisa mengirimkan uang pada mereka." Sambil bersimpuh di bawah lantai aku menangis meminta pengampunan dari tuan dan nyonya berharap mereka tidak memecat aku.
"Siapa yang mau memecat kamu Mala, saya dan tuanmu ini, ingin membawamu ke peternakan kami di desa. Kami berdua sudah tua dan sebentar lagi cucu kami akan kembali dari New York dan ia yang akan mengambil alih seluruh perusahaan kakeknya. Sedangkan kami ingin suasana baru di desa yang tenang dan jauh dari keramaian kota."
"Sebenarnya kemarin adalah ide istri saya untuk menguji kejujuran mu dengan menyuruhmu membersihkan kamar utama, kami sengaja menaruh barang berharga di dalamnya dan ingin melihat seberapa besar kejujuran mu, dan ternyata kamu lulus tes uji kejujuran.
Sudah bertahun tahun kami menguji pekerja disini. Sebelumnya kami akan amati tingkah laku dan kesopanan dari setiap orang yang akan kami uji. Dan setiap enam bulan sekali kami melakukannya. Dan kemarin adalah giliran kamu.
Yang kami butuhkan adalah orang sepertimu yang akan mengurus segala kebutuhan kami dalam mengurus peternakan kami di desa nanti." Lanjut tuan besar, yang membuatku kaget setengah mati, dan sedikit senang kalau aku tidak jadi dipecat.
Dan tenang saja soal gaji akan kami tambahkan bonus kamu mulai sekarang, asal kamu tetap rajin dan jujur seperti ini dan tidak mengecewakan kami tentunya." Tuan besar menambahkan kata kata nyonya tadi.
"Sekarang pergilah ke kamarmu, bereskan semua pakaianmu. Jangan ada yang sampai tertinggal. Kita akan menetap di desa peternakan milik keluarga ini."
Aku pun permisi ke kamarku membereskan barang barang yang akan kubawa nanti. Tuan dan nyonya sudah menungguku di halaman depan. Setelah melihatku keluar dari pintu rumah segera kami masuk ke dalam mobil.
Mobil yang membawa kami melaju cepat, menuju peternakan milik keluarga tuan dan nyonya besar di sebuah desa yang jarak tempuhnya memakan waktu delapan jam. Perjalanan sejauh ini membuatku mengantuk sekali dan aku pun tertidur karena kelelahan.
"Bangun nak Mala, kita udah sampai." Pak Parman sopir keluarga majikanku ini membangunkan aku yang duduk di sebelahnya dari tadi. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, ternyata hari sudah malam. Dan mobil kami berhenti di depan sebuah bangunan yang cukup besar di bagian tengah peternakan ini.
"Bawakan barang-barang tuan dan nyonya ke dalam, saya akan kembali ke kota." Setelah pak Parman membantuku menurunkan barang bawaan tadi ke teras mobilnya pun meluncur kembali meninggalkan peternakan ini.
Rumah ini cukup besar, ada dua lantai. Kamar tuan dan nyonya ada di lantai atas. Dan ruangan bawah cukup luas untuk keluarga berkumpul di dalamnya, sebuah dapur dan di pojok kanan ruangan ini ada sebuah ruangan besar yang difungsikan sebagai kantor.
Setelah meletakkan semua barang barang bawaan tuan dan nyonya ke dalam kamar, gegas aku aku turun ke bawah. Ternyata tuan dan nyonya sudah menungguku di dalam ruang kantornya dan aku menuju ke arahnya.
"Mala, perkenalkan ini bik Inah dan suaminya pak Eko, yang akan membantu kamu disini mengerjakan pekerjaan rumah." Nyonya besar memperkenalkanku kepada sepasang suami istri yang sudah lumayan berumur di hadapanku.
Sambil menyalami kedua orang tua itu, aku memperkenalkan diriku pada keduanya.
"Nama saya Mala, pak..bu.."
Mereka membalas salam ku dengan senyum yang begitu meneduhkan.
"Anggap saja seperti orang tua sendiri ya nak Mala, kami berdua siap membantu nak Mala dalam rumah ini." Sahut bik Inah sopan.
Bik Inah dan pak Eko yang selama ini mengurus peternakan ini. Selagi tuan nyonya pergi dan menetap di kota. Mereka hanya bertugas membersihkan rumah ini. Karena di peternakan ini sudah tidak ada lagi aktifitas peternakan.
"Dan juga Mala, kami ingin jika kamu sudah selesai membereskan pekerjaan rumah ini sebelum jam sepuluh pagi, sebab akan datang seorang guru kesini yang akan mengajarimu membaca dan menulis selanjutnya akan diajarkan cara mengelola peternakan ini, dan kamu hanya mempunyai waktu enam bulan mempelajari semuanya," Tuan besar sepertinya tidak main main dengan ucapannya.
" Saya berharap kamu benar benar serius mempelajari segala hal yang akan diajarkan padamu. Saya menaruh harapan besar padamu dan satu hal lagi saya tidak ingin dibantah, lakukan semua yang saya inginkan bila kamu masih ingin mengirimkan uang pada orang tuamu di desa." Sahut nyonya besar melanjutkan kata-kata suaminya.
Senang sekali rasanya tuan dan nyonya sedang memperhatikan pendidikan ku sekarang.
Walau pun sudah sangat terlambat aku bertekad bisa melakukannya sepenuh hati. Bik Inah mengantarku ke kamar belakang, dan sebelah kamarku terdapat kamar bik Inah dan juga suaminya pak Eko.
"Nak Mala, istirahat dulu yah. Besok baru boleh mulai beres beres rumah. Nak Mala pasti membutuhkan tenaga ekstra untuk bekerja dan belajar."
"Makasih bik, saya senang bik Inah mau membantu saya juga nanti,"
"Bibik permisi, mau istirahat juga ya."
"Baiklah bik." Karena kelelahan dengan perjalanan panjang hari ini aku pun terlelap, dan beranjak ke alam mimpi.
Setelah sarapan pagi, tuan dan nyonya memilih untuk berkeliling peternakan, ingin memulai fokus membangun kembali pabrik susu yang sudah lama ditinggalkan mereka. Sedangkan aku dan bik Inah, mulai mengerjakan pekerjaan rumah tangga ini.
"Nak Mala, udah hampir jam sepuluh ini, lekas bersiap nak, pasti gurunya sebentar lagi akan datang, sisa pekerjaannya biar bik Inah yang selesaikanya yah." Bik Inah mengingatkan, sungguh aku sangat senang bekerja bersamanya.
"Iya bik, saya ke kamar dulu untuk bersiap yah."
Tepat pukul sepuluh ternyata kedatanganku sudah di tunggu dari tadi di ruangan kantor tuan dan nyonya. Disini kami akan menghabiskan waktu untuk belajar bersama.
"Selamat pagi nama saya ibu Vania, saya yang akan mengajari semua yang diperintahkan tuan besar padamu." Sambutnya kepadaku dengan senyum manisnya. Selain masih muda dan cantik ibu Vania juga sangat ramah begitu sangat sabar menemaniku belajar.
Tidak satupun yang aku lewatkan dalam semua pelajaran yang diberikan. Pelajaran yang diberikan ibu Vania sangat menyenangkan dan mudah dipahami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Hasni Pharechu
sekedar mampir tapi sepertinya caritax akan seru nih ,lanjut Thor semangat
2021-10-09
1