Karena kematian Nadia, Alif, Dan lain nya berada di bulan yang sama namun tahun berbeda. Pada akhirnya peringatan Khoul di adakan secara bersama-sama.
Bantuan banyak datang, mulai dari sembako, kambing, sapi, sound system, tenda, dan masih banyak sekali barang-barang lain nya.
Bukan hanya para santri, para Alumni juga banyak sekali yang datang untuk ikut menjadi bagian dari peringatan Khoul ini.
Para ibu-ibu berbondong-bondong datang, keluarga santri bahkan yang tidak pernah mondok juga ikut datang kesana.
*Orang Jawa Timuran pasti tau adat-adat seperti ini. Di rumah Author di sebut Nyelawat.
Secara bergantian, para menantu Pesantren ini menemui ibu-ibu ini di Rumah utama. Tak lupa, Khadijah juga ada di sana, beberapa kali dia memimpin doa.
"Umi, Dijah mau makan dulu ya." Pamit Khadijah kepada Hanum
"Iya sayang, kamu istirahat saja ya. Ini ada Bunda Tika"
Khadijah mengangguk, setelah itu ia pergi ke dalam rumah, tepat nya menuju ke dapur.
"Dek Dija" panggil Rafa yang melihat Khadijah duduk dengan wajah pucat. "Kenapa?" Rafa langsung menghampiri Khadijah, ia ingin memastikan bahwa wanita yang ia cintai itu baik-baik saja.
"Gak apa-apa, bang. Mungkin karena belum makan sejak pagi"
"Kok bisa belum makan sih, dek." Rafa langsung beranjak "Abang akan ambilkan Makan, kamu duduk saja jangan kemana-mana" Walau di sana banyak orang, namun Rafa memilih untuk melayani Khadijah. Walaupun para sepupu Khadijah posesif, tapi mereka tak pernah melayani Khadijah seperti ini.
Khadijah masih diam, ia merasa kepala nya sangat pusing sekali.
"Biar saya yang buatkan teh, gus" Ucap salah satu santriwati yang di tugaskan untuk mengurus urusan di rumah utama.
"Tidak, kamu urus saja yang lain nya. Di luar banyak sekali tamu" Tolak Rafa
Santriwati tersebut pun mundur dan meninggalkan Rafa yang riweh di dapur membuat teh.
"Ayo makan, lalu habiskan teh ini."
Khadijah memandang Rafa sejenak, lalu Bibir nya tersenyum "Terima kasih, bang. Tapi ini kebanyakan" Ucap Khadijah sambil memandangi piring yang penuh sekali.
"Gak apa-apa, kalau kamu gak habis. Biar nanti Abang yang makan sisa nya"
"Tidak, tidak" Tolak Khadijah, bagaimana bisa seperti itu, pikir Khadijah. "Dijah ambil piring buat abang, biar ini di bagi dua" Sebuah ide yang bijaksana, namun...
"Jangan, dek" Reflek Rafa memegang tangan Khadijah, namun detik kemudian Rafa langsung melepaskan nya. "Kita makan sama-sama bagaimana? Makan Ala santri"
Sebuah ke modusan ber atas namakan makan Ala santri.
"Baiklah" Khadijah langsung menyetujui nya.
Ya begitulah Khadijah, sosok gadis dengan sifat keibuan. Dia memiliki sikap dewasa dan bijaksana, dia tidak seperti Hanum dan juga Usman yang diam dan pemalu. Khadijah hanya akan menjadi pemalu dan diam ketika bersama orang Asing. Namun di mata keluarga, teman dekat ataupun kepada para santriwati. Khadijah akan di kenal sebagai gadis yang sangat Ramah dan penuh perhatian.
"Khadijah" Suara yang sangat Khadijah kenali itu memanggilnya, membuat nya kaget dan tersendak.
"Minum dulu, dek" Rafa memberikan segelas teh kepada Khadijah.
"Abi usman ngagetin saja" Ucap Rafa yang tak Terima karena kekasih hati nya tersendak.
"Kalian berdua yang bikin abi kaget, apa-apaan ini makan berdua"
Deg..
Deg...
"Maaf, bi. Tadi... "
"Rafa yang salah, abi. Rafa yang mengajak Khadijah, seharusnya Rafa tau bahwa kami tetap bukanlah muhrim"
"Kalian ini bahaya sekali jika di biarkan berdua" Tegas Usman yang seperti nya tidak suka dengan semua ini. "Cuci tangan Rafa, ikut abi sekarang!"
Khadijah sudah menangis, ia takut sekali dengan Usman. Untuk pertama kalinya Usman marah kepada nya. Khadijah buru-buru mencuci tangan nya, lalu ia pergi dari rumah utama dan pulang ke rumah nya.
Seorang anak perempuan merasa menyesal, ia merasa sangat bersalah saat mengetahui ayah nya marah kepada nya. Kira-kira di zaman seperti ini, masih adakah gadis seperti ini?
Hanum yang mendengar hal ini dari Iqbal, yang kebetulan tadi menyaksikan dari balik tembok langsung menyusul Khadijah. Hanum merasa kesal dengan suami nya itu, ingin menenangkan Khadijah dan ingin tau penjelasan dari Usman.
"Maaf, umi. Seharusnya Dijah menolak ajakan Bang Rafa"
"Tidak sayang, jangan nangis ya. Dia kan calon suami mu, sudah tidak apa-apa"
"Memang bener ya, umi. Dijah akan menikah dengan Bang Rafa?" Tanya Khadijah
"Iya sayang, kamu mau kan menikah dengan Rafa?"
"Jika umi dan abi merestui, dijah akan nurut"
Hanum dan Khadijah semakin berpelukan dengan sangat erat, Hanum sangat bahagia saat mengetahui bahwa Khadijah mau menikah dengan Rafa.
Tentu beberapa waktu lalu, Safeeya sudah membahas masalah ini bersama Hanum. Walau ini masih seputar pembahasan di para wanita, tetap saja Hanum sudah memutuskan untuk menyetujui pernikahan ini.
Apalagi bagi seorang ibu selain kebaikan untuk anak-anak nya. Pesantren ini akan di teruskan oleh Akbar, dan Hanum mempunyai keinginan agar putri semata wayang nya menjadi ibu Nyai. Terlebih ia akan tenang jika Putri nya itu berada bersama Safeeya, yang tak lain masih saudara nya, dan Rafa? Rafa sudah diketahui jelas bagaimana bibit, bobot, bebet nya.
...****************...
Di sebuah ruangan Usman duduk bersama rosyid, dan Hamish. Entah kenapa Usman merasa marah, seperti hal nya orang asing yang dengan berani nya mendekati berlian milik nya yang sangat berharga.
Usman tak pernah marah jika Khadijah dekat dengan Akbar, ali ataupun Bilal. Usman tau bahwa mereka bertiga menyayangi Khadijah seperti adik kandung nya, tatapan mereka juga jelas tidak memancarkan hawa *****. Untuk itulah Usman slalu membiarkan Khadijah bersama mereka.
Tapi tidak dengan Rafa, Usman menangkap tatapan lain dari sorot mata Rafa. Usman tentu sangat tau dan sangat hafal bagaimana bentuk nya, karena dia juga pernah melakukan hal serupa kepada Hanum.
"Begini saja, setelah acara Haul lusa. Khadijah saya lamar untuk menjadi Menantu saya, Usman. Atau jika masih di takutkan membawa keburukan, maka alangkah baik nya di nikahkan siri dulu"
Rosyid menanggapi sikap Usman dengan pandangan positif. Safeeya dan juga Hanum menginginkan hal ini sejak dulu, walau hanya sekedar omongan para wanita. Namun rosyid sendiri sangat setuju dengan hal tersebut.
"Khadijah masih kuliah, biarkan dia menyelesaikan kuliah nya. Aku gak mau kuliah nya yang tinggal beberapa bulan lagi terganggu dengan tanggung jawab seorang istri"
"Rafa bukanlah laki-laki yang banyak menuntut, abi Usman. Untuk kegiatan Khadijah, in syaa Allah Rafa tidak mempermasalahkan nya."
"Tidak, bukan seperti itu. Kamu kan masih harus pulang ke rumah mu, sedangkan Khadijah masih kuliah di sini. Aku hanya tak mau kalian berjauhan saja"
"Lalu?" Rosyid bertanya karena merasa bingung dengan arah pembicaraan Usman.
BERSAMBUNG...
untuk kelanjutan nya masih di tulis ya, bab yang author tulis bulan lalu sudah habis, ini sudah author tambahin dikit. Jadi next nya yang sabar ya, pelan-pelan author tulis nanti nya.
JANGAN LUPA DUKUNGAN NYA YA! TERIMA KASIH 😍😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Fatonah
semangat mak... 👍💪💪💪
2021-09-09
0
Maryam99
next up Thor,tumben Hamish blom ngasih petuah dari penglihatannya
2021-09-07
0
Ern_sasori
aku sabar menanti Thor😁😁😁😁
2021-09-07
0