Sore hari, Rafa mencari keberadaan Khadijah karena sejak ia datang ia belum bertemu sama sekali dengan Khadijah.
Saat tau dari Hanum, bahwa Khadijah sedang mengajar ngaji. Dengan cepat Rafa menghampiri Khadijah yang berada di bangunan baru paling depan sendiri.
"Bilal?"
"Hah!" Wajah Bilal langsung bahagia melihat Rafa datang, ia pun langsung berjalan mendekat ke arah Rafa yang masih kaget dengan keberadaan nya. "Kamu tungguin dek Dijah di sini ya. Jangan biarkan laki-laki mendekati nya, aku sangat lapar sekali"
"Baiklah, pergi saja. Biar aku yang nungguin Dek Dijah di sini"
Senang sekali Rafa mendapatkan kesempatan ini. Dari balik jendela Rafa melihat, Gadis cantik yang seperti nya sangat telaten dan sangat penyayang anak-anak ini sedang mengajari satu persatu anak-anak yang berusia lima sampai tujuh tahunan ini.
Memang Khadijah mengajar tingkat paling dasar (Iqro 1), karena ia sangat menyukai anak-anak. Sedangkan tingkat selanjutnya akan di ajar oleh beberapa santri secara bergantian.
Rafa tak mau Khadijah terganggu dengan keberadaan nya, ia pun duduk di kursi yang tadi di duduki oleh Bilal. Beberapa pedagang jajanan dan beberapa ibu-ibu yang menunggu anak nya ramai di halaman depan. Rafa sendiri saat ini sedang sangat gelisah, ia merasa sangat lama sekali tak kunjung selesai juga. Rafa mulai tak nyaman, apalagi ibu-ibu sedang membicarakan nya.
"Itu Gus Rafa ya? Bakal calon suami nya ning Khadijah?"
"Iya, tampan sekali ya. Tinggi dan hidung nya mancung seperti orang arab"
"Tampan, ibu-ibu. Jabang bayi, hidung nya nurun" Ucap seorang ibu yang sedang hamil besar sambil mengusap perut nya.
"Halah, kamu pesek, suami mu juga pesek. Gak mungkin mancung walau udah di usap sambil lihatin hidung nya gus Rafa"
"Siapa tau, kuasa Allah" Ibu itu masih tak mau kalah.
Cicitan absurd ibu-ibu tersebut membuat Rafa ingin sekali tertawa. Ada-ada saja ibu-ibu yang ada di depan nya itu.
"Udah, jangan di omongin lagi. Lihat gus Rafa sedang memegangi hidung nya."
"Gus Rafa pelit ya, aku tau maksud nya. Dia memegangi nya agar hidung mancung nya gak nurun Anakku"
"Kau saja yang mengada-ada, kalau turunan nya pesek ya pesek"
Bibir Rafa kini tersenyum, ia tak bisa menahan nya lagi. Tersenyum seperti itu lebih baik dari pada tertawa.
"Bang Rafa?" Khadijah memanggil Rafa.
"Assalamu'alaikum, dek dijah"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, kok Bang Rafa ada di sini?" Tanya Khadijah yang berdiri di ambang pintu kelas nya.
"Bilal masih makan, jadi Abang yang jagain dek Dijah di sini"
"Baiklah, sebentar lagi selesai bang. Abang duduk saja dulu"
Khadijah merasa canggung, walau Rafa dan Bilal sama-sama bukan mahrom nya. Tetapi Bilal, Akbar, Iqbal dan Ali sudah bersama nya sejak kecil. Mereka sudah sangat menyayangi seperti saudara kandung walaupun mereka tak pernah bersentuhan secara sengaja. Sedangkan Rafa? Khadijah tau dan sangat tau rumor yang beredar, entah benar atau tidak yang pasti Usman dan Hanum tak pernah membahas ini kepada nya.
"Ning Khadijah, so sweet banget sih" canda salah satu ibu-ibu
"Serasi sekali, yang satu cantik dan yang satu ganteng"
"Bukan muhrim, gus. Gak boleh dekat-dekat. Jaga jarak sebelum halal, heheh"
Rafa tersenyum "Doakan ya, ibu-ibu"
"Kami doakan, Gus. Tapi jangan lupa kami di undang kalau nikah. heheh"
Khadijah tersenyum kaku, namun pipi nya tetap bersemu merah.
Satu persatu murid Khadijah yang masih kecil-kecil ini keluar satu persatu setelah ibu nya memanggil nya. Memang tak semua nya langsung keluar, mereka harus di jemput karena kasus penculikan sedang menghantui beberapa bulan ini.
"Asyifa di jemput pak satpam atau nenek?" Tanya Khadijah saat sisa satu anak perempuan berumur lima tahunan.
"Kata nenek, nanti Syifa di jemput papa Ustadzah. Tapi papa memang sering sekali terlambat menjemput syifa" Omel anak lima tahunan itu seperti orang dewasa
"Mungkin papa syifa masih sibuk, sayang. Ayo duduk di sini sama Om ganteng ini" Khadijah mengangkat tubuh gadis kecil ini dan mendudukan nya di samping Rafa. Mendengar Khadijah mengatakan nya ganteng, Rafa bahagia sekali, baper pokok nya.
"Siapa dia, dek? kok seperti nya dekat"Tanya Rafa
"Nama nya Asyifa, bang. Dia baru tiga bulan di sini, nenek nya nyumbangin dana untuk TPQ Dijah. Makanya dekat karena sering ngobrol sebelum nya"
"Ohhh, di mana rumah nya?" Tanya Rafa
"Rumah Syifa ada di dekat lapangan sepak bola, om" Gadis ini langsung menjawab nya, padahal Rafa sedang bertanya kepada Khadijah
"Kamu cantik sekali sayang" Rafa gemas sekali dengan pipi gembul Syifa, ia pun mencubit gemas
"Bang Rafa, titip Syifa dulu ya. Dijah mau ambil tas dulu"
"Iya" jawab Rafa sambil tersenyum.
"Om tampan sekali, tapi lebih tampan papa ku"
Rafa pun menunduk, menatap Syifa yang mempunyai tubuh gembul. "Benarkah? Walaupun om lebih tampan papa Syifa, tapi om tetap serasi kan sama Ustadzah Khadijah?"
"Serasi sih, apa Om suami nya Ustazah?"
"Calon suami nya, sayang" Jawab Rafa yang semakin di buat gemas.
"Berarti benar kata teman-teman, om itu calon suami nya Ustadz Khadijah"
Apa anak-anak kecil ini bergosip, pikir Rafa yang tak percaya dengan anak-anak jaman sekarang.
"Om baik, gak seperti gus Bilal dan Gus Ali"
"Memang nya kenapa gus Bilal sama Gus Ali"
"Aku takut, dan semua teman-teman Syifa juga takut"
Rafa terkekeh, betapa polos nya anak lima tahun ini. Memang Ali dan Bilal mempunyai sorot mata tajam, jangan kan santri remaja, anak-anak pun takut dengan mereka.
"Hayo ngomongin siapa? kok tertawa" Tanya Khadijah yang baru saja selesai mengunci pintu kelas.
"Om jangan beritahu ustadzah Khadijah, nanti di omongin ke Gus Ali sama Gus Bilal" Ucapan syifa dengan nada bisik-bisik namun volume nya tetap keras.
"Baiklah, ini rahasia kita"
Khadijah menatap curiga Syifa dan Rafa begantian. Namun tiba-tiba...
"Asyifa"
Sontak semua nya menoleh ke sumber suara, Khadijah dan Rafa langsung melihat laki-laki tinggi memakai jas ala-ala pejabat sedang berdiri.
"Papa" Syifa langsung meloncat dan berlari menuju laki-laki tersebut.
"Terima kasih, assalamu'alaikum" Pamit pria itu yang tak lain papa Asyifa.
"Waalaikumsalam" Jawab Khadijah dan Rafa bersama-sama.
Syifa yang kini berada di gendongan papa nya, ia melambaikan tangan nya kepada Rafa dan Khadijah dengan senyuman merekah. Khadijah sangat menyukai Syifa, karena anak nya cerdas sekali.
"Yuk, pulang."
Khadijah pun mengangguk, ia berjalan dahulu lalu Rafa berjalan di belakang nya.
Rafa tau, kalau Khadijah tak mau berjalan berdampingan dengan nya. Rafa mengerti dan menghargai itu.
"Alhamdulillah, Terima kasih, bang" Ucap Khadijah setelah menerima banyak sekali hadiah dari Rafa.
"Sama-sama, Dek. Suka?"
"Suka, Bang." Jawab Khadijah yang suka sekali dengan hadiah yang di berikan oleh Rafa. Rafa sendiri begitu sangat senang saat melihat senyuman Khadijah.
Dan ternyata bukan hanya Khadijah dan Rafa yang suka. Dua wanita yang sembunyi di balik tembok juga bahagia sekali. Dia adalah Hanum dan Syafeeya, yang diam-diam mengintip Rafa dan Khadijah.
"Bang, bolehkan salah satu baju ini Khadijah kasih ke sahabat Khadijah yang baru saja menikah? Ini banyak sekali"
"Boleh, dek. Abang tidak melarang dek Dijah melakukan kebaikan"
"Jangan tersunggung ya, Bang. Bukan tak menghargai"
"Abang mengerti, mana mungkin abang mempunyai prasangka buruk kepada Dek Dijah"
Rafa tetap menundukkan pandangan nya, ia takut sekali tenggelam dalam syahwat. Bagaimana pun juga, wanita cantik yang ada di depan nya ini bukan muhrim nya. Terlebih ia menyukai Khadijah.
"Yasudah, abang masuk dulu ya"
"Iya, Bang"
Rafa langsung masuk ke kamar, nafas nya memburu saat Setan berhasil menembus pucak birahi nya. Sebagai laki-laki dewasa, Rafa tentu tak bisa menghindari semua ini, karena semua ini adalah rasa yang dimiliki semua pria normal.
Bahaya, sungguh sudah berada di zona merah. Sangat berbahaya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Ummi Alfa
Makanya cepet halallin Khadijahnya Gus Rafa.
2021-12-14
0
i freind indonesia Hastuti
thor.....sdh beberapa.pekan belum ada lanjutannya...penasaran banget.....
2021-09-02
1
Ern_sasori
Thor lanjutan nya mana 😭😭😭😭
2021-09-01
1