Sesuai apa yang Bunga janjikan kemarin. Malam ini Bunga sudah bersiap untuk bertemu dengan seseorang yang sering dia sebut dengan Mimi. Wanita yang sudah memperkenalkan Bunga dengan dunia malam dan membuatnya seperti sekarang. Dulunya Bunga hanya gadis cantik yang membutuhkan banyak uang untuk biaya hidup dirinya dan juga neneknya. Tepat saat itu Mimi datang sebagai malaikat penolong untuknya. Meski untuk saat ini ada rasa sesal pada diri Bunga. Tetapi mau bagaimanapu Mimi seseorang yang sangat berjasa untuknya.
Dirasa sudah siap. Bunga turun ke parkira apartemen yang berada di lantai bawah. Dengan penampilan Bunga malam ini yang membiarkan tubuh sexy nya dapat terlihat dengan jelas membuat para laki-laki yang tadi sempat berpapasan dengannya menatapnya tanpa berniat menoleh ke arah lain. Bunga terlalu sayang untuk dilewatkan.
"Beby, mimi kangen sekali sama kamu," suara itu langsung menyambut Bunga dengan begitu hangat.
Bunga tersenyum. Dia membalas pelukan wanita yang kerap di sapa Mimi itu dengan lembut.
"Omg sayang, satu bulan nggak ketemu semakin panas kamu, waktu yang cukup bukan untuk istirahat?" tanya Mimi penuh perhatian dengan Bunga.
Bunga hanya mengangguk. Tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya. Jika waktu libur panjang yang bos besarnya atau Miminya itu berikan ia gunakan untuk mengumpulkan pundi-pundia rupiah bersama dengan sugar daddy nya.
"Iya mi, makasih banget libur panjangnya. Sekarang Baby bisa langsung kerja kan?" tanya Bunga tidak mau basa-basi lagi.
Wanita itu mengangguk dengan senyum. Jemarinya memegang dagu Bunga dengan gemas. "Kamu ini sayang, paling tidak sabaran, tapi mimi suka...kamu sangay hot," pujinya terang-terangan.
Malam ini sudah ada beberapa pria hidung belang yang meminta pijat plus dari Bunga. Liburnya Bunga membuat Om-Om yang sering memakainya protes. Tetapi demi si cantik Bunga beberapa Om tersebut rela menunggu dan tidak memesan gadis lain kecuali Bunga sendiri yang memberikannya service.
"Jadi Om selama sebulan ini nggak dateng?" tanya Bunga dengan jemari lentiknya memijit pelan bagian pundak lelaki paruh itu.
"Iya beby, om tidak suka kalau bukan kamu," jujur Om tersebut membuat senyum Bunga terlihat.
"Makasih lho om, sudah setia sama Beby," jawab Bunga manja. Daj dijawab oleh Om tersebut dengan anggukan dan senyum nakalnya. Tangannya sengaja menghentikan pergerakan tangan Bunga yang sedang memijit pundaknya.
"Gantian yang bawah sayang, dia sudah kangen sama sentuhan kamu."
Bunga ini paling jago membuat para pria tergila-gila dengannya. Untuk mereka yang sudah pernah di service oleh Bunga. Mereka seakan enggan untuk memakai jasa pemijat yang lain. Padahal Bunga ini tanpa melakukan hubungan seperti yang ditawarkan para pemijat lain. Tetapi bagi para lelaki. Melihat kem*lekan tubuh Bunga dan bisa memainkannya membuat kepuasan tersendiri.
Bahkan Bunga sendiri sudah ditawar dengan harga yang fantastis oleh salah satu pejabat agar bisa menikmati tubuh Bunga seutuhnya. Namun Bunga tetap pada pendiriannya. Dalam hal ini, Bunga ingin melakukan atas dasar cinta bukan karena uang.
Sekitar 6 pria yang bersama dengan Bunga malam ini membuatnya cukup merasa lelah. Beruntung mereka mau saja dibatasi waktu yang terbilang singkat dengan bayaran yang sangat tinggi.
Dilihatnya sudah pukul setengah 5 pagi. Bunga pamit pulang kepada Mimi selesai dengan pekerjaannya.
"Makasih sayang, jaga kesehatan," pesan Mimi yanh selalu dia sampaikan kepada Bunga.
Awalnya Bunga berniat untuk berhenti dari pekerjaannya saat ini. Tetapi melihat Mimi membuatnya tidak tega untuk melakukan itu. Alhasil Bunga malam ini langsung menjalankan pekerjaannya yang sudah sebulan ia tinggalkan. Itu juga karena masa liburnya.
Bruk
Tubuh sexy Bunga ambruk di ranjang kamarnya. Matanya mulai terpejam merasakan nyamannya kasur yang beberapa bulan ini ia tempati. Apartemen yang diberikan oleh Om Praja benar-benar obat rasa lelahnya. Di tempat itu, semua serba nyaman yang Bunga rasakan.
Mendengar alarm yang terus berbunyi membuat Bunga buru-buru terbangun. Selelah apapun dirinya, sengantuk apapun yang dia rasakan. Jika bisa dia tidak ingin membolos sekolah. Terkecuali di jam pelajaran Bu Siska. Dia memang tidak begitu suka. Pekerjaan yang dia jalankan memang kotor, tetapi Bunga berkeinginan menjadi seseorang yang berpendidikan. Meskipun dia tidak memiliki cita-cita setinggi langit. Mengingat pekerjaannya membuatnya tidak berkeinginan menunjukan cita-citanya.
"Bunga...!" suara itu datang dari cowok lemah gemulai yang berlari menghampirinya.
"Rasel mana?" tanya Bunga melihat Deni seorang diri. Biasanya mereka satu paket yang tidak terpisahkan.
"Dia diajak salah satu Om ke luar kota," bisik Deni cekikikan.
Mata Bunga melotot. "Dia terima?"
Deni mengangguk. "Gede tahu bayarannya, makanya rela ijin deh," jawab Deni membuat Bunga mengangguk.
"Gimana semalam?" tanya Deni menaik turunkan alisnya.
"Sampai kebas kan pasti mulut ye.." goda Deni cekikikan.
"Anj*r...!" Sentak Bunga membuat Deni tertawa mengejek.
Di antara mereka tidak ada yang ditutupi. Semuanya tahu apa pekerjaan mereka. Bahkan Deni yang sebagai cowok saja melakukan pekerjaan yang sama. Dan lebih parah dari Bunga apa yang Deni dan Rasel lakukan.
"Na eike ikut ke kelas ye ya..? Nggak kuat tahu liat teman kelas eike cakep-cakep semua." Deni mengikuti Bunga yang mulai berjalan di depannya.
Setelah menaruh tasnya ke dalam bangku. Bunga melirik jam di tangannya. Masih cukup waktu untuk dia tidur. Tangannya menarik tangan Deni untuk j
Keluar dari kelasnya. Dia berniat mengajak Deni ke mobilnya.
"Na mau kemana sih? Bolos?" tanya Deni melihat Bunga yang mengajaknya menuju tempat parkir.
"Temenin gue di mobil," jawab Bunga membuat mata Deni seketika terbelalak.
"Ngapain?" tanya Deni panik.
"Berdiriin tongkat lo!" jawab Bunga asal membuat Deni reflek memegang kedua dadanya yang terlihat datar.
"Bunga...! Eike masih normal ye..., Suka ngaco deh yeee!" Deni mencoba memberi pertahanan pada dirinya.
"Iya...normal lo ke blabasan, sampai gini modelannya," cibir Bunga membuat Deni mencebik.
"Gini-gini bikin Om-Om pada menjerit. Lihat aja kalau eike udah oplas yeee kalah goyangan sama eike," celoteh Deni membuat Bunga menggeleng.
Tepat ketika Bunga akan masuk ke dalam mobil. Bian datang dan parkir tepat di sebelah mobil Bunga. Biasanya Bian akan membawa motor besarnya, tetapi kali ini dia membawa mobil. Karena di dalam mobil ada beberapa barang miliknya yang sudah dia bawa untuk pindah ke apartemen yang baru dibeli olehnya. Bian sengaja tinggal di apartemen baru suapaya Ayahnya tidak mudah menemukan keberadaannya.
Begitulah Bian, jika sedang ada masalah dengan Ayahnya akan kabur seperti anak kecil. Berganti apartemen beberapa kali untuk mengindari Ayahnya.
Tatapan Bian fokus pada Bunga yang sedang memejamkan matanya di dalam mobilnya. Kaca mobil Bunga yang diturunkan membuat Bian dengan leluasa bisa mengamati dagis yang kini cukup membuatnya penasaran. Selama sekolah di sana. Baru kali ini Bian benar-benar memperhatikan seorang Bunga. Gadis yang selalu menjadi obrolan teman-temannya ketika mejadi fantasi li*r mereka. Bian tidak lagi cuek dengan nama itu. Bian mulai penasaran dengan seorang Bunga.
"Ian," panggil Seyna yang sudah berdiri di depan pintu mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Tapi feeling ku apartenen mu bersebelahan dgn Bunga,Malah ayah mu lebih gampang nemuin kamu..🤣
2025-03-05
0
Qaisaa Nazarudin
OMG Deni juga pekerjaan nya gitu,Ku pikir Deni itu cuman sahabat curhat mereka foang..
2025-03-05
0
Qaisaa Nazarudin
🤣🤣🤣Bunga bilang berdiriin TONGKAT lo kan,Terus ngapain pegang DADA😂😂😂😜😜
2025-03-05
0