"Lain kali kalau Elsa atau siapa nyuruh lo nganter gue pulang, mending lo tolak aja ya, Jef! Gue takut nanti Mecca tau trus jadi salah paham." Kata Kinar ketika ia dan Jefan masih di perjalanan pulang.
"Itu kalau Mecca tau, kalau Mecca nggak tau berarti nggak jadi masalah kan?" Tutur Jefan melirik Kinar dengan tangannya yang tetap fokus menyetir.
"Ya intinya lo nggak usah dekat-dekat gue deh!" Pinta Kinar yang merasa tidak nyaman berduaan dengan Jefan.
Jefan menepikan mobilnya kemudian memutar badannya ke samping menghadap Kinar. "Emang kenapa sih, Kin? Ada yang salah kalau kita bisa berteman baik?"
"Bukan gitu, Jef. Cuma..." Kinar menunduk, diam memikirkan kata yang tepat agar laki-laki di sampingnya itu mengerti akan maksudnya.
"Cuma lo takut jatuh cinta sama gue kalau kita keseringan jalan?" Kinar yang tadinya menunduk tiba-tiba mengangkat pandangannya ketika mendengar ucapan Jefan. Kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil karena lagi-lagi Jefan menatapnya serius.
"Apa sih, Kin yang lo takutin? Bukannya setiap manusia itu berhak untuk jatuh cinta?" Kini apa yang Jefan tuturkan terdengar serius.
"Lo bener, Jef. Tapi apa gue berhak jatuh cinta sama lo yang udah punya pacar?" Gumam Kinar dalam hati. Tanpa ia sadari bulir bening menetes dari sudut matanya.
Jefan memegang kedua pundak Kinar, memutar tubuh gadis itu agar mau menatapnya.
"Lo nangis, Kin?" Kinar menggeleng, dengan cepat Kinar mengusap pipinya yang basah.
"Lo anter gue pulang sekarang ya!" Pinta Kinar pelan.
Jefan pun tak menjawab apa-apa. Ia menyalakan mobilnya kemudian beranjak pergi menuju rumah yang selama ini Kinar tinggali.
"Gue harap ini terakhir kali kita jalan bareng." Kata Kinar singkat tapi cukup menusuk ke hati Jefan.
Apa yang salah dengan berteman? Jefan tak menanggapi, ia hanya bisa diam menatap Kinar turun dari mobilnya.
...****...
Tak jauh dari tempat Jefan berada, nampak seorang gadis bersama laki-laki tengah menikmati makanan mereka. Emosi Jefan kian menumpuk, tangan kanannya mengepal melihat gadis yang ia cintai menyuapi makannya ke laki laki tersebut.
1 jam yang lalu, Jefan berencana ingin memberi kejutan untuk Mecca di hari ulang tahun kekasihnya itu. Tapi ketika ia hampir sampai di rumah Mecca, Jefan melihat Mecca keluar menghampiri seorang lelaki yang nampaknya sudah menunggu di depan pagar kemudian masuk ke dalam mobil laki-laki itu yang ternyata adalah Rendra.
Jefan membuntuti mobil Rendra, hingga mobil tersebut memasuki area parkir sebuah hotel. Jefan berusaha tetap positif thinking, ia terus mengikuti Rendra dan Mecca yang berjalan menuju resto yang ada di hotel tersebut. Jefan bernafas lega ketika melihat ternyata Mecca dan Rendra menemui 2 orang pria yang ia yakini mereka sedang membicarakan pekerjaan. Namun, setelah 2 pria itu pergi Rendra menggeser kursinya hingga mepet ke Mecca kemudian melingkarkan lengannya ke pundak Mecca.
Hati Jefan kian memanas, akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri Mecca dan Rendra. Keduanya sempat kaget melihat kedatangan Jefan yang tiba tiba itu. Rendra langsung menyingkirkan lengannya dari pundak Mecca.
"Beb, kamu ngapain di sini?" Tanya Mecca gugup.
"Kamu sendiri ngapain?" Jefan berusaha tenang. "Sama dia lagi?"
"Aku abis meeting. Kamu tau, aku abis tanda tangan kontrak, beb!" Kata Mecca senang sembari berjalan menghampiri Jefan.
"Ini berarti mimpi aku untuk jadi model terkenal akan segera terwujud!" Lanjutnya antusias.
"Oh! Berarti nanti malem kita harus rayain keberhasilan kamu." Kata Jefan menarik pundak Mecca ke dalam pelukannya, tak memperdulikan keberadaan Rendra yang sedari tadi mengamati mereka.
"Boleh. Nanti malem kamu jemput aku ya!" Jefan mengangguk. Perlahan emosinya surut melihat kebahagiaan Mecca, ia berusaha percaya dengan kekasihnya itu. Walau sebetulnya ada banyak hal yang ingin ia bicarakan sama Mecca terkait hubungannya.
...****...
Kinar duduk menyendiri di sofa ruang tamu bertemankan secangkir teh. Pandangannya tak lepas dari layar ponsel yang kini ada dalam genggamannya. Bermain sosmed menjadi kebiasaan Kinar setiap kali ia sedang sendiri atau saat perasaannya lagi kurang baik.
Tak berapa lama, Mecca muncul dari balik pintu bersama Jefan. Keduanya terlihat tengah bahagia. Jefan duduk di sofa depan Kinar, sedangkan Mecca di samping Kinar yang kemudian menyerahkan 1 paper bag kepada Kinar.
"Apa ini, Me?" Tanya Kinar
"Buka aja!" Jawab Mecca.
Kinar membuka paper bag tersebut. Terkejut ketika mengetahui isinya adalah sebuah dress yang amat cantik.
"Gimana, lo suka kan?" Tanya Mecca memelas takut jika Kinar tak menyukai pemberiannya.
"Ini buat gue, Me?" Mecca mengangguk.
"Ntar malem di pake ya?"
Kinar mengerutkan keningnya. "Ntar malem??? Emang ada acara apaan?"
"Gue mau ngadain pesta kecil kecilan sih berhubung hari ini gue ulang tahun dan baru aja dapet kontrak kerja." Kata Mecca sumringah.
"Ya ampun, Me!" Mata Kinar membelalak kemudian meletakkan dress pemberian Mecca di atas meja.
"Happy birthday ya. Sorry banget gue lupa kalau hari ini lo ulang tahun." Kata Kinar merasa bersalah dengan hari spesial Mecca yang sudah seperti saudaranya sendiri.
"Nggak apa. Gue tau kalau lo emang pelupa." Mecca tertawa kecil sambil mencubit gemas pipi Kinar.
"Yang penting ntar malem harus dateng! Elsa sama Erwin lo yang kabarin ya soalnya gue mau ke salon dulu!" Lanjutnya.
"Sayang, aku ganti baju bentar ya!" Kata Mecca beranjak bangun dari duduknya.
"Kin, temenin Jefan dulu!" Lanjutnya menoleh ke Kinar.
"Gue bikin minum dulu. Lo mau minum apa?" Tanya Kinar beranjak dari duduknya.
"Nggak usah, Kin! Lo duduk aja!" Jawab Jefan.
Tak ada suara dari keduanya, Kinar kembali bermain dengan ponselnya begitupun dengan Jefan.
Drrrtttt
Ponsel yang Kinar genggam bergetar bersamaan dengan 1 pesan yang muncul di layar. Pesan singkat yang pengirimnya ada di samping dirinya.
//Maaf, Kin kalau gue pernah ada salah sama lo. Tapi gue hanya ingin berteman//
Jefan melihat room chatnya dengan Kinar, nampak pesannya sudah dibaca oleh sang penerima. Kemudian ia melirik Kinar berharap gadis itu memberikan balasan yang membuatnya lega. Tapi hasilnya nihil, Kinar malah meletakkan ponselnya di atas meja kemudian beranjak pergi meninggalkan Jefan. Tak lama kemudian Mecca kembali dengan pakaian yang berbeda dari sebelumnya.
"Kinar mana, Jef?" Tanya Mecca ketika melihat Kinar tak ada bersama Jefan.
"Gue di sini." Jawab Kinar muncul dari dapur dengan nampan di tangan yang berisi 2 gelas minuman.
"Kin, gue berangkat dulu ya. Ntar gue kirimin lokasi pestanya." Kata Mecca meraih tangan Jefan agar berdiri.
"Iya, tapi diminum dulu nih!" Balas Kinar menyodorkan nampan yang memang belum ia letakkan ke meja. Mecca dan Jefan pun meraih gelas tersebut dan meneguknya kemudian berpamitan.
Setelah Mecca dan Jefan pergi, Kinar mengambil ponsel membuka aplikasi hijaunya, kemudian mengetikkan pesan singkat kepada Elsa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments