Mecca melingkarkan lengannya ke lengan Jefan sembari sesekali menyenderkan kepalanya pada pundak laki-laki tersebut. Jefan yang teramat sangat mencintai gadis itu sama sekali tak merasa risih dengan sikap Mecca yang suka bermanja dengannya sekalipun di tempat umum. Sama halnya dengan hari ini, mereka tengah menikmati hari mereka dengan shopping. Lebih tepatnya Mecca yang shopping sedangkan Jefan yang menenteng beberapa kantong belanjaan Mecca.
Setelah hampir 2 jam menghabiskan waktu untuk belanja, Jefan dan Mecca berganti haluan ke bioskop menonton film horor yang selalu menjadi pilihan keduanya.
"Beb, makan dulu yuk aku lapar!!" Rengek Mecca tanpa melepaskan tangannya dari lengan Jefan.
Jefan pun menuruti permintaan Mecca. Mereka pergi ke sebuah restoran yang menjadi pilihan Mecca. Belum sampai duduk di tempat yang mereka pilih, tiba-tiba ada yang memanggil Mecca. Merasa namanya disebut, Mecca pun berbalik dan melihat seorang laki-laki berjalan menghampirinya dan Jefan.
"Hai Mecca!!" Sapa laki-laki itu dengan ramah.
"Hai!!" Mecca pun tak kalah ramah membalas sapaan laki-laki yang diketahui bernama Rendra.
"Mas Rendra lagi ngapain di sini?" Lanjutnya bertanya.
"Tadi habis ketemuan sama temen. Kamu sendiri?" Tanya Rendra balik kemudian menoleh ke arah Jefan.
"Habis jalan aja sih, Mas." Jawab Mecca dengan senyuman yang enggan pergi.
"Oh ya Me, aku baru aja nerima iklan baru. Rencana sih mau ngajak kamu buat jadi modelnya. Kamu tertarik nggak?"
"Tertarik banget, Mas!" Jawab Mecca antusias.
"Yaudah nanti aku hubungi kamu ya buat waktu jelasnya." Kata Rendra kemudian berpamitan pergi.
Semenjak pertemuannya dengan Rendra di restoran tadi, Mecca tak hentinya mengulas senyum bahagianya tanpa menyadari jika dirinya sedang bersama Jefan.
Melihat kekasihnya begitu akrab dengan laki-laki lain sudah tentu membuat hati Jefan memanas. Tetapi, ia enggan untuk mempermasalahkan hal itu karena ia tau apa yang Mecca dan Rendra bicarakan tadi hanya sebatas pekerjaan. Ya! Pekerjaan Mecca yang berprofesi sebagai model. Walau sebenarnya ada rasa yang mengganjal dalam diri Jefan.
Sembari menunggu sang pemilik rumah yang masuk untuk meletakkan barang belanjaannya, Jefan bermain dengan ponselnya. Hampir setengah jam Mecca tak kunjung kembali, sehingga Jefan memutuskan untuk pulang. Namun langkahnya terhenti ketika Mecca menahannya.
"Beb! Maaf ya jadi nunggu lama. Tadi temen aku telpon soalnya." Kata Mecca sambil meletakkan segelas sirup di atas meja.
"Temen? Siapa?" Tanya Jefan ingin tau.
"Ya temen. Adalah pokoknya temen aku." Jawab Mecca dengan pandangan yang fokus ke layar ponselnya.
"Me!!" Panggil Jefan menatap Mecca serius.
"Iya." Jawab Mecca singkat.
"Kemarin, 2 hari nggak pulang kemana?" Pertanyaan yang Jefan tahan selama 2 hari ini pun akhirnya keluar dari mulutnya.
"Oh! Itu aku ada kerjaan." Jawab Mecca tanpa menoleh ke Jefan.
Merasa geram karena sikap Mecca yang tak menghargainya, Jefan merebut ponsel Mecca dan menyimpannya di saku celana.
"Beb, kok diambil sih?" Kata Mecca cemberut.
"Kamu diajak ngomong malah asyik sendiri main HP!" Tutur Jefan dengan nada kesal.
"Kamu sebenarnya masih sayang nggak sih sama aku?"
"Ya masih lah. Udah sini HP aku!" Mecca merengek meminta ponselnya kembali.
"Kamu udah nggak jujur sama aku, Me!"
"Maksud kamu apa sih beb? Nggak jujur apa?" Tanya Mecca tak mengerti akan maksud Jefan.
Jefan menghela nafas, ingin sekali ia meluapkan semua yang ia pendam beberapa waktu terakhir ini namun ia sadar jika waktunya belum tepat.
"Beb, balikin hp aku donk!" Mecca menengadah meminta ponselnya kembali.
Jefan merogoh saku celananya mengambil ponsel Mecca yang ia simpan di dalam sana. Meletakkannya di atas meja kemudian beranjak bangun dari kursi yang ia duduki.
"Kamu mau kemana?" Tanya Mecca ketika melihat Jefan melangkah meninggalkan teras rumahnya.
"Aku pulang dulu. Kamu jangan lupa istirahat!" Mecca tak menyahut. Ia hanya senyum-senyum dengan jarinya yang bergerak lihai di layar ponselnya.
...****...
Di sebuah kafe Kinar dan Elsa sedang menyantap makan malam. Namun kali ini mereka tak hanya berdua, ada Erwin di antara mereka. Awalnya Kinar menolak untuk ikut, tetapi Elsa terus memaksanya sehingga membuat Kinar tak bisa menolak lagi. Selain itu, dipikirnya saat itu di rumah juga sedang sendiri. Jadi tidak salah jika ikut pergi dengan Elsa dan Erwin.
Di meja lain, terlihat Jefan duduk seorang diri dengan segelas minuman di depannya. Erwin yang melihat keberadaan Jefan, seketika memanggil dan melambaikan tangan ke arah Jefan dan memintanya untuk gabung.
"Sendirian aja, Jef? Mecca mana?" Tanya Erwin.
Erwin merupakan pacarnya Elsa yang kebetulan juga teman 1 angkatan Jefan semasa SMA. Jadi, tidak salah jika ia mengenal Jefan dan Mecca.
"Baru gue antar pulang anaknya." Jawab Jefan tersenyum tipis kemudian menoleh ke arah Kinar yang menunduk.
Selesai makan Kinar, Elsa, Jefan, dan Erwin meninggalkan kafe. Melihat waktu sudah menunjukkan pukul 21.30 mereka memutuskan pulang.
"Jef, lo nggak keberatan kan kalau nganter Kinar dulu? Soalnya kalau gue yang nganter kan beda arah sama rumah Elsa." Kata Erwin setelah beberapa saat yang lalu mendapat bisikan dari Elsa.
"Eh nggak usah! Gue pulang naik taksi aja." Kata Kinar menolak.
"Ini udah malem loh, Kin mending sama Jefan aja! Nggak apa kan, Jef?" Tanya Elsa memastikan jika Jefan tidak keberatan.
"Nggak masalah kok asal Kinar mau." Jawab Jefan terdengar cuek.
"Yaudah, Jef! Gue nitip sahabat gue ini ya! Anter pulang jangan diajak mampir kemana mana!!" Perintah Elsa kemudian berlalu pergi dengan Erwin.
Bukannya langsung mengantar Kinar, Jefan justru meminta Kinar untuk singgah sebentar. Jefan meraih pergelangan tangan Kinar menarik gadis itu agar duduk di sebelahnya. Kinar melihat raut wajah Jefan berubah sendu. Ingin sekali ia bertanya ada apa? Tetapi ia takut jika dianggap ikut campur.
20 menit saling diam membuat Kinar merasa tak nyaman. Sedari tadi Jefan hanya menunduk lesu tanpa berucap. Kinar seperti orang bodoh mau-maunya menuruti permintaan Elsa untuk pulang dengan Jefan. Kalau saja ia bersikeras pulang sendiri sudah pasti sekarang ia sedang santai di atas kasurnya.
"Kin!" Akhirnya Jefan membuka mulutnya setelah lama bertapa.
"Hmm!!!" Jawab Kinar cuek.
"Kalau lo disuruh milih antara bertahan dengan cinta yang mengantarkan lo ketemu karir lo sama meninggalkan cinta demi karir, lo pilih mana?" Kinar menoleh ke arah Jefan. Pertanyaan lak-laki itu kali ini terdengar serius terlihat dari wajahnya yang tanpa menunjukkan senyum sedikitpun.
"Kenapa kok tanyanya kaya gitu?" Tanya Kinar tak paham.
"Lo lagi ada masalah sama Mecca?" Lanjutnya ragu-ragu.
Jefan kembali tertunduk. Terdengar ia membuang nafasnya dengan kasar. Kemudian kembali menatap Kinar yang ternyata juga sedang menatapnya hingga tak sengaja pandangan mereka beradu. Kinar mengalihkan pandangannya menyadari jika dirinya tak mampu menatap mata Jefan lebih dalam lagi.
"Jef, gimana kalau kita pulang sekarang? Gue udah ngantuk." Kata Kinar mencari alasan. Pasalnya ia tak mau berlama lama bersama Jefan dengan keadaan Jefan yang sepertinya kurang baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Saina Saina
meccan selingkuh
2021-10-02
1