"Iya sebentar." Teriak Kinar dari dalam rumah. Ia berlari menuju pintu utama karena mendengar suara bel berbunyi.
"Jefan!" Ucap Kinar menatap pria yang tak lain adalah Jefan.
"Nyari Mecca ya? Mecca lagi nggak ada di rumah." Kinar menjawab sendiri pertanyaan yang ia lontarkan tanpa menunggu jawaban dari Jefan.
"Gue nyari lo bukan Mecca." Mata Kinar membulat mendengar ucapan Jefan.
"Gue?" Kinar menunjuk dirinya sendiri.
"Ada apa?"
"Ikut gue bentar yuk!" Jefan menarik lengan Kinar, namun Kinar menolak.
"Kemana?"
"Ikut aja!" Akhirnya Kinar menurut. Masuk ke dalam mobil Jefan kemudian berlalu pergi meninggalkan rumah Mecca.
Tak ada suara yang keluar dari bibir Kinar maupun Jefan. Hanya terdengar alunan musik sendu yang Jefan putar. Kinar sesekali melirik wajah datar Jefan yang fokus menyetir.
Jefan mengarahkan mobilnya ke pinggiran kota sehingga membuat Kinar semakin penasaran kemana Jefan akan membawanya pergi.
Pertanyaan tentang kenapa Jefan mengajaknya pergi hari ini masih belum ia dapat jawabannya. Pasalnya ini kali pertama mereka pergi bersama, padahal sudah saling kenal sejak SMA.
Mobil Jefan berhenti di tepi sebuah danau. Jefan keluar terlebih dahulu baru kemudian disusul oleh Kinar. Jefan mengangkat kakinya berjalan mendekati pinggir danau. Sedangkan Kinar masih mematung di tempatnya, menatap punggung Jefan dengan penuh tanya.
"Aaaaaaa!!!!" Kinar terkejut dengan teriakan Jefan yang tiba tiba. Membuatnya semakin tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi dengan Jefan.
"Kin, hari ini temenin gue ya!" Pinta Jefan setelah melihat Kinar berada di sampingnya.
"Maksudnya temenin gimana?" Tanya Kinar tak paham.
"Gue butuh temen ngobrol hari ini. Lo, nggak keberatan kan?" Jefan menoleh menatap Kinar. Membuat Kinar seketika gugup, bibirnya kesulitan menjawab pertanyaan Jefan.
Takut beradu pandang dengan Jefan, Kinar mengalihkan pandangannya ke depan.
"Kan lo punya pacar. Kenapa gue yang lo minta buat jadi temen ngobrol lo?"
Jefan menarik nafas dalam, membuangnya dengan kasar. Ia membungkukkan badannya, mengambil kerikil kemudian melemparnya ke tengah danau.
"Gue pulang aja ya!" Kinar membalikkan badannya, namun tangan Jefan dengan cepat menahan lengan Kinar.
"Sebentar aja, Kin temenin gue di sini!" Pinta Jefan mengiba.
Melihat raut wajah Jefan yang lesu, tiba tiba hati Kinar terketuk. Ia pun mengurungkan niatnya untuk pulang. Mengikuti Jefan yang sudah lebih dulu duduk di sebuah perahu kecil. Jefan mengambil dayung, mulai menggerakkan dayungnya. Perlahan perahu bergerak meninggalkan tepi danau.
Tak terasa hari mulai gelap. Jefan dan Kinar masih berada di danau dengan keduanya saling diam. Jefan berbaring di atas rerumputan dengan matanya yang terpejam. Bukan tidur, tapi hanya ingin menutup matanya.
Kinar memegangi perutnya, merasakan perih di sana. Belum lagi rasa kesalnya karena merasa seperti boneka hidup. Selama di perahu tadi tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Jefan, sampai sekarang.
"Yuk pulang!" Jefan beranjak bangun berjalan meninggalkan Kinar.
Pandangan Kinar tiba tiba kabur, kepalanya terasa pusing, perutnya sakit. Rasanya tak mampu untuk mengikuti Jefan yang sudah mendekati mobilnya.
"Jef!" Terdengar suara Kinar yang lemah membuat Jefan berbalik. Gadis itu hampir saja ambruk tapi dengan cepat Jefan menangkap tubuh Kinar.
"Kin, lo kenapa?" Jefan mulai panik karena Kinar sudah tak menyahut. Digendongnya tubuh Kinar masuk ke dalam mobil. Tanpa menunggu, Jefan melajukan mobilnya, mengarah ke sebuah klinik terdekat.
...****...
"Nggak ada yang perlu dikhawatirkan! Pingsan yang disebabkan pasien hanya karena telat makan." Tutur seorang dokter setelah selesai memeriksa Kinar.
Jefan merutuki dirinya sendiri, menyadari kebodohannya karena tidak mengajak Kinar untuk pergi makan. Padahal sudah sejak siang mereka pergi, dan sekarang hari sudah gelap.
"Ini saya beri resep vitamin sama obat untuk menghilangkan pusingnya. Lain kali jangan sampe telat ya makannya!" Lanjut dokter menyerahkan selembar kertas resep untuk Kinar.
"Makasih, dok." Kata Kinar sembari tersenyum.
...****...
"Kita makan dulu ya!" Kata Jefan memarkirkan mobilnya di depan sebuah cafe.
"Langsung pulang aja deh! Gue capek!" Kata Kinar terdengar ketus. Ia memang merasa capek karena hampir seharian merasa kehadirannya tidak dianggap oleh Jefan.
"Gue minta maaf, Kin. Gue ngaku salah karena nggak ngajak lo makan dulu tadi." Kata Jefan mengakui kesalahannya.
"Udah itu doank?"
Jefan mengerutkan dahinya, tak mengerti akan ucapan Kinar.
"Udah lah, gue pulang naik taksi aja!" Kata Kinar hendak turun dari mobil Jefan, tapi dengan cepat ditahan oleh pemilik mobil.
"Gue anter lo pulang, tapi kita makan dulu." Kinar tak menjawab, wajahnya menunjukkan kalau ia betul-betul sedang kesal.
"Langsung pulang aja deh, Jef!" Jefan tak menyahut, tangannya langsung bergerak ke stir menjalankan mobilnya.
Tak berapa lama mobil Jefan sampai di depan pagar rumah Mecca. Jefan menoleh mendapati Kinar yang tertidur. Tanpa ia sadari, tangannya terulur menyingkirkan rambut yang menutupi mata Kinar, turun dan berhenti di pipi chubby itu kemudian mengusapnya perlahan. Kinar beringsut merasakan sentuhan di pipinya.
"Eh maaf! Ganggu tidur lo." Kata Jefan kembali ke posisinya semula.
"Udah sampai ya?" Kinar mengucek matanya.
"Iya." Jawab Jefan singkat. Ketika Kinar hendak turun, lagi-lagi Jefan menahan lengan Kinar.
"Kenapa?"
"Makasih ya buat hari ini, dan maaf tadi udah bikin lo pingsan." Kali ini ucapan Jefan terdengar tulus, seiring senyum yang terlukis dari bibirnya sehingga membuat Kinar terpaku.
Senyum untuk pertama kali yang Kinar dapat dari seorang Jefan. Tak dipungkiri jika Kinar juga mengagumi sosok Jefan.
Kinar menarik bibirnya hingga menampakan senyuman manis di wajah cantiknya. "Iya, nggak apa-apa."
Kinar melambaikan tangan ke Jefan yang beranjak pergi bersama mobilnya.
...****...
"Apa? Lo serius, Kin?" Mata Elsa terbelalak mendengar penuturan Kinar. Sedangkan yang diajak bicara hanya menganggukkan kepala.
"Tadinya sih gue kira nyariin Mecca, eh nggak taunya malah ngajak gue jalan." Kata Kinar menusuk baksonya.
"Trus gimana rasanya jalan sama cowok most wanted gitu?" Elsa menaik turunkan alisnya, penasaran dengan cerita Kinar.
"Lo mau tau gimana rasanya?" Kinar meneguk es jeruknya sebelum melanjutkan cerita. Sedangkan Elsa dengan kedua tangannya memangku dagu seakan siap mendengarkan cerita dari sahabatnya itu.
"Gue kaya boneka hidup, ngikutin kemana aja dia pergi. Boro-boro ngajak makan, ngobrol aja kagak!" Kinar cemberut mengingatnya kembali.
"Uhuk!" Elsa tersedak, matanya membulat tak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Jadi, maksudnya kalian cuma diem-dieman gitu?" Kinar mengangguk mengiyakan ucapan Elsa.
"Gue juga heran Sa. Katanya butuh temen ngobrol, tapi yang ada gue dianggurin kaya patung."
"Ehemmm!!!!" Deheman seorang lelaki menghentikan pembicaraan Elsa dan Kinar. Keduanya mengangkat pandangan, terkejut melihat Jefan sudah berdiri di tengah tengah mereka.
"Ntar pulang bareng gue ya! Gue tunggu di parkiran!" Kata Jefan sembari menatap Kinar.
"Hah?"
"Sini HP lo!!" Tangan Jefan menengadah.
"Buat apaan?" Jefan tak menjawab, tangannya dengan cepat menyambar ponsel Kinar yang ada di atas meja.
"Ehhh...." Kinar berusaha menghalangi tangan Jefan, namun kalah cepat.
Setelah selesai mengetikkan sesuatu, Jefan meletakkannya kembali. Kemudian berlalu pergi tanpa mengatakan apapun.
Kinar meraih ponselnya, mencari tau apa yang dilakukan Jefan dengan ponselnya tadi. Kinar mengerutkan dahi, rupanya cowok itu diam-diam menyimpan sendiri nomornya di ponsel Kinar.
Kinar berjalan seorang diri melewati lobby kampus. Elsa lebih dulu pulang karena sudah ada janji dengan Erwin. Ponselnya bergetar menandakan jika ada pesan masuk. Kinar membuka pesan tersebut yang ternyata dari Jefan.
//Buruan!! Gue tunggu di parkiran!//
Kinar tak membalas, ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas. Baru 5 langkah, handphonenya kembali bergetar. Kinar hanya melirik, tak membuka pesan yang dikirim dari orang yang sama. Ketika ingin menyimpan ponselnya kembali, tak sengaja jarinya menyentuh layar sehingga membuka room chatnya dengan Jefan.
//Gue janji nggak akan cuekin lo kayak kemarin//
//Buruan!! Panas nih!!//
Kinar tetap tak menghiraukan pesan dari Jefan. Dia berjalan melewati parkiran dimana tempat Jefan berada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
chickenfreeze
hmm diajak pulang bareng pacar orang, mengbaper :(
udah aku masukin favorit thor, aku nabung baca ah wkwk. Mampir juga ya di karya aku. Simingit Author♡♡
2021-10-06
1