"Makasih, Jef! Gue langsung turun ya." Kata Kinar membuka pintu mobil.
"Tunggu, Kin!" Jefan ikut turun mengejar Kinar yang hendak membuka pagar.
"Maaf ya untuk yang kemarin. Gue nggak ada maksud nyuekin lo, cuma...." Jefan menghela nafas, serasa berat untuk melanjutkan ucapannya.
"Cuma apa, Jef?"
"Nggak apa. Yaudah gih! Lo masuk trus istirahat!" Jefan membalikkan badannya kemudian kembali ke mobil. Melambaikan tangan ke Kinar dengan diiringi senyum.
Kinar memutar gagang pintu kamarnya, meletakkan tas di atas meja kemudian duduk di tepi ranjang. Senyum Jefan yang begitu mempesona tak dapat ia lupakan. Perlakuan Jefan hari ini terlihat aneh. Semua terasa berbanding terbalik dengan hari kemarin.
Kinar membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, matanya menerawang mengingat sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu, masa dimana dirinya masih mengenakan seragam putih abu-abu.
Waktu itu, ia sedang memohon kepada satpam agar mau membukakan gerbang dan mengijinkannya masuk. Namun, karena dirinya terlambat tidak ada lagi toleransi untuknya. Kinar menjauh dari gerbang sekolah, duduk di sebuah warung kemudian meminta sebotol air mineral. Memikirkan alasan apa yang harus ia katakan, ketika ditanya orang tuanya kenapa pulang lagi?
Tak berapa lama, seorang cowok menarik lengannya menuju area belakang sekolah. Di sana terlihat ada tembok pembatas, tidak begitu tinggi namun untuk gadis seperti Kinar yang tubuhnya terbilang pendek cukup sulit untuk melewatinya. Melihat Kinar yang kesulitan naik, laki-laki itu langsung mengangkat tubuh Kinar membantunya meraih ujung tembok dan memintanya bertahan di atas sana. Begitu juga dengan laki-laki tersebut, ia turun terlebih dulu baru kemudian membantu Kinar turun.
Kinar tersenyum kemudian berterima kasih, tapi laki-laki itu langsung berlalu pergi. Kinar yang menyadari dirinya terlambat langsung berlari menuju kelas. Beruntung di jam pertama tidak ada pelajaran di kelasnya, guru yang mengisi jam tersebut berhalangan hadir.
Bel istirahat berbunyi. Kinar bersama Elsa pergi ke kantin. Sesampainya di kantin, mata Kinar memperhatikan seorang laki-laki yang tadi pagi menolongnya sedang duduk bersama teman-temannya yang lain. Sejak saat itu Kinar mengenal Jefan, bukan mengenal tapi sekedar tahu namanya dan siapa dirinya. Jefan yang notabennya kakak kelas menjadi cowok paling favorit di sekolah yang digandrungi banyak cewek.
Kinar menutup wajahnya dengan kedua tangan mengingat masa masa SMA-nya. Lebih tepatnya, mengingat tentang Jefan yang tak pernah melihat dirinya.
"Aduh Kinar! Kok jadi mikirin Jefan sih??" Kinar menepuk keningnya sendiri menyadari dirinya tengah memikirkan Jefan.
"Sadar, Kin! Siapa lo siapa Jefan? Jefan juga udah punya Mecca. Dan lo juga tau kan siapa Mecca?" Kinar berbicara dengan dirinya sendiri.
Terdengar deru mobil dari depan rumah, Kinar beranjak membuka gorden yang menutupi jendela kamarnya. Terlihat Mecca keluar dari mobil tersebut bersama seorang laki-laki. Laki-laki yang dilihatnya saat di coffee shop. Setelah laki-laki itu mencium kedua pipi Mecca secara bergantian, Mecca beranjak masuk ke dalam rumah.
"Cowok itu lagi? Siapa sih dia? Udah 2 kali ini gue lihat Mecca jalan sama cowok itu?" Gumam Kinar.
Drrrtttt...drrrttt
Kinar meraih ponselnya yang bergetar, nampak ada beberapa pesan yang masuk di aplikasi WA-nya. Paling atas ada nama Elsa.
//Ceileh yang abis pulang bareng sama Jefan//
Kinar membiarkan pesan itu, tanpa mengetikkan balasan ia keluar dari room chatnya dengan Elsa. Beralih ke kontak Jefan, ada 2 pesan dari cowok itu.
//Kin//
//Kinar//
Jari Kinar menekan tombol keyboard, mengetik beberapa huruf untuk membalas pesan Jefan yang hanya memanggil namanya itu.
//Apa?//
Prankkk
Terdengar suara gelas jatuh. Kinar meletakkan ponselnya kemudian berlari keluar mencari sumber suara. Matanya tertuju pada gadis yang berdiri di samping meja makan sembari memegangi kepalanya. Kinar berlari kecil menghampirinya.
"Me, lo kenapa?" Tanya Kinar melihat wajah Mecca yang pucat. Menuntun Mecca duduk kemudian memberinya segelas air.
"Lo sakit, Me? Gue antar ke dokter ya!" Kata Kinar duduk di samping Mecca.
"Nggak, Kin! Gue nggak apa, cuma pusing aja kok. Bentaran juga sembuh." Jawab Mecca memegangi kepalanya.
"Yaudah gue bantu lo ke kamar ya!" Kinar pun merangkul bahu Mecca menuntunnya ke kamar.
Kinar membaringkan tubuh Mecca di kasur kemudian menyelimutinya. Kinar duduk di tepi ranjang memastikan jika Mecca hanya pusing biasa.
"Lo yakin nggak mau gue antar ke dokter?" Mecca hanya menggeleng.
"Mama kemana Kin?" Mecca menanyakan mamanya yang memang tak terlihat di rumah.
"Tante Mita pagi tadi berangkat ke Surabaya. Ada meeting sama clien barunya." Mecca mengangguk-angguk karena memang sudah 2 hari dirinya tidak pulang.
Kinar terlihat tengah sibuk di dapur, menyiapkan sarapan untuknya dan Mecca. Semenjak asisten rumah tangganya cuti pulang kampung, semua pekerjaan rumah mulai dari memasak dan membersihkan rumah diambil alih oleh Kinar, kecuali pakaian yang ia serahkan kepada jasa laundry.
Selesai masak, Kinar menyiapkan hidangannya di atas meja makan. Tak lama ponselnya berdering, muncul nama Jefan di layar namun Kinar tak menjawab panggilan itu. Membiarkannya terus berdering dan berhenti dengan sendirinya. Sesaat kemudian ponselnya berkedip, ada pesan yang ia lewatkan.
//Besok kalau ada waktu mau ya jalan sama gue//
Pesan yang Jefan kirimkan tadi malam, belum sempat dibaca oleh Kinar karena ia harus menemani Mecca yang lagi kurang sehat.
//Kin, kenapa nggak jawab telpon gue?//
Pesan baru yang Jefan kirimkan setelah telponnya tidak mendapat jawaban dari Kinar.
//Mecca sakit. Mending sekarang lo kesini aja deh! Tante Mita lagi keluar kota, kasian Mecca pasti butuh lo//
Pesannya sudah centang biru, itu berarti Jefan sudah membacanya. Profilnya masih menunjukkan kata online, tapi Jefan tak mengirimkan balasan. Sesaat kemudian, terdengar suara orang mengetuk pintu rumahnya, rumah Mecca lebih tepatnya. Kinar berlari kecil hendak membuka pintu dan melihat siapa yang datang.
"Jefan! Udah sampe aja?" Kata Kinar mengetahui Jefan ada dibalik pintu yang ia buka.
"Mecca udah pulang?" Tanya Jefan tanpa basa basi.
"Udah. Mending lo bujuk dia deh biar mau ke rumah sakit! Soalnya semalem agak demam gitu. Gue takut dia kenapa-napa!" Kata Kinar sembari menyuruh Jefan masuk.
"Udah dulu ya! Nanti aku telpon lagi. Bye!" Mecca mengakhiri panggilannya ketika melihat Kinar dan Jefan berada di bibir pintu kamarnya.
"Beb!!!" Sapa Mecca begitu manja kemudian berhambur memeluk Jefan yang kini sudah di sampingnya.
"Kata Kinar kamu sakit?" Tanya Jefan mengurai pelukan Mecca.
"Aku antar ke rumah sakit ya!" Lanjutnya.
"Nggak usah beb! Aku cuma pusing biasa kok. Ini juga udah enakan." Jawab Mecca dengan tangan yang masih bergelayutan di lengan Jefan.
"Aku kangen deh sama kamu. Hari ini kita jalan ya!" Pinta Mecca yang diangguki oleh Jefan.
"Em maaf! Gimana kalau sebelum kalian pergi kita sarapan dulu! Kebetulan gue udah masak." Kinar menyela obrolan antara Jefan dan Mecca.
Akhirnya Kinar, Mecca, juga Jefan menikmati makanan yang sudah disiapkan oleh Kinar. Diam tak ada suara yang keluar dari mulut mereka kecuali suara dentuman sendok dan piring.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Saina Saina
seruhhh
2021-10-02
1