Siapa Qianzy?

"Non, akhirnya Non sadar juga. Bibi sudah panik dari tadi. Lihatlah, Bibi sampai menyiapkan baju untuk membawa Non ke rumah sakit," ucap Bi Rahma panik. 

"Bi, Mami dan Papi …? Bi, aku melihat mereka pergi ke cahaya yang sangat terang, bersama dengan dua orang yang cantik dan ganteng, Bi,"

"Aku teriakin terus. Tapi mereka nggak noleh-noleh juga. Sekarang, Mami dan Papi kemana?" 

Rupanya, Qianzy masih belum terima jika orang tuanya telah tiada. Ia sempat menanyakan dimana orang tuanya. Qianzy begitu terpukul sampai ia tak tahu mana kenyataan dan mana khayalannya saja. 

"Ibu dan Bapak sudah meninggal, Non. Non Qiqi yang sabar, ya." Bi Rahma terus mencoba membuat Qianzy mengerti. 

Sampai pada akhirnya, Qianzy saat jika orang tuanya memang sudah tiada. Kepergian kedua orang tuanya meninggalkan luka mendalam pada hatinya. 

Dua hari setelah kepergian orang tua Qianzy, kembali lagi Qianzy diharapkan kenyataan bahwa dirinya bukanlah anak kandung dari orang tuanya yang selama ini merawatnya. 

"Apa? Aku bukan anak kandung Mami dan Papi? Lalu, aku anak siapa?" tanya Qianzy dengan nada suara yang tinggi. 

"Nona Qianzy, anda bisa duduk dan tenang. Saya mohon, anda jangan berpikiran negatif dulu," ucap sang pengacara. 

"Nona, seperti yang akan kita ketahui pada malam ini bahwa Nona Qianzy Tabitha bukanlah putri kandung dari Tuan dan Nyonya Zuan," ungkap sang pengacara. 

Lebih tepatnya, ia diadopsi ketika dirinya masih bayi berusia 1 jam. Sang Ayah telah meninggal sepatu Ibunya mengandung usia 2 bulan. Lalu, di susul lah oleh sang Ibu, meninggal pasca melahirkan. Ia memiliki kakak kandung bernama Rasyiqul Abid Abdullah, atau selalu dipanggil dengan nama Abid.

Abid ini di asuh oleh keluarga pihak Ayah yang memiliki pesantren di salah satu kota. Pemilik pesantren tersebut tidak memiliki keturunan, akhirnya merawat Abid setelah orang tuanya meninggal.

Ketika itu, Abid berusia 11 tahun. Orang tua angkat Qianzy seorang keturunan Tionghoa. Meski begitu, mereka tetap tidak mengekang Qianzy harus menganut keyakinan yang sama. Sejak mengerti dengan keagamaan, orang tua angkatnya malah selalu meminta Qianzy belajar ilmu agama yang ia bawa sejak lahir, yakni islam. 

Setelah mengetahui kebenaran itu, Qianzy dikirim kepada kakaknya yang masih hidup selama ini. Sang pengacara keluarga Ayah angkatnya memiliki surat kuasa atas masa depan Qianzy jika orang tua angkatnya meninggal. 

Di surat itu, tertulis jika Qianzy harus diperkenalkan dengan keluarga kandungnya dan harta yang dimiliki orang tua angkatnya, akan diberikan ketika Qianzy menikah nanti. Sementara, akan di urus oleh negera, dan beberapa usaha akan di urus oleh yayasan yang dimiliki orang tua angkatnya. 

Pada dasarnya, Qianzy adalah gadis penurut dengan orang tua. Maka dari itu, ia mengiyakan apa yang tertulis dalam surat wasiat dan kuasa tersebut. 

Di malam yang gelap dan sunyi, Qianzy duduk termenung disudut kamarnya. Ia terus melamun meratapi nasibnya, dengan kenyataan bahwa dirinya bukanlah anak kandung dari orang tua yang merawatnya selama ia hidup.

"Aku masih memiliki seorang kakak dan dia adalah pemilik Pesantren. Sedangkan aku, bukan seorang muslim yang taat. Tuhan, aku harus bagaimana?" gumamnya. 

"Apakah kakakku akan menerimaku? Apakah aku akan menjadi orang muslim? Kenapa pertanyaan dan keraguan ini selalu muncul dibenakku?"

"Apakah karena ini, Mami dan Papi tak pernah memanjakan aku? Apa mereka memiliki firasat bahwa hari ini akan tiba?"

"Tuhan, kenapa Engkau ambil kedua orang tuaku. Jika memang aku harus mengetahui kenyataan ini, aku akan terima dengan ikhlas hati, asalkan aku tak kehilangan nyawa kedua orang tuaku." 

Air matanya telah membuat kantung matanya tebal. Matanya menjadi lelah dan akhirnya Qianzy tertidur di sofa kamarnya. Kembali bermimpi bertemu dengan dua pasangan muda berbalut kain putih yang menemuinya kala Qianzy kehilangan orang tua angkatnya. Kedua pasangan itu rupanya orang tua kandungnya yang telah tiada, mereka terlihat tersenyum melambaikan tangan kepada Qianzy. 

Pagi telah tiba, Mbak Lia membangunkan Qianzy dengan lembut. Membelai kepalanya, dan menunjukkan kasih sayang lebihnya kepada Qianzy. Selama ini, ia telah menganggap Qianzy seperti adiknya sendiri, begitu juga dengan Qianzy yang telah menganggap Mbak Lia seperti kakak kandungnya. 

"Non, bangun, yuk. Sudah hampir siang, kita akan berangkat ke kampung halaman orang tua kandung Nona, bukan?" bisiknya

"Kita?" 

Suara Qianz terdengar serak. Dia heran karena Mbak Lia mengatakan 'kita'. Ternyata, Mbak Lia tidak tega melepas Qianzy sendirian datang ke Kota itu. Mbak Lia juga membantu Qianzy mengemas barang-barangnya. 

Setelah bersiap, Qianzy berpamitan dengan semua orang yang ada di rumah. Bukan itu saja, Qianzy juga berpamitan dengan tetangga dekat yang selalu ada untuknya. 

"Non, dengarkan Bibik. Selamanya, Non tetap Nona Qianzy. Jadi, jangan pernah merasa Non ini tidak--" belum juga Bi Rahma mengungkapkan isi hatinya. Qianzy sudah memotongnya. 

"Bi Rahma, aku akan baik-baik saja, kok. Bibik tunggu aku kembali, ya. Suatu saat nanti, aku tetap boleh kan pulang ke rumah ini lagi?" tanya Qianzy masih dengan suara lemahnya. 

Bik Rahma tak kuasa menahan tangisannya. Ia tak rela melepas Qianzy yang sudah ia rawat dari lahir sampai 19 tahun pergi jauh darinya. Namun, di kampung sana, keluarga Qianzy sudah menunggunya, tak ada alasan lain untuk Qianzy tetap berlama-lama di rumah itu. 

  ~Selamat tinggal semua kenangan. Aku akan kembali dalam waktu yang tak bisa ditentukan. Mami, Papi, kusimpan semua kenangan bersama kalian di rumah itu dengan Bik Rahma. Terima kasih, selama 19 tahun ini, kalian berdua telah ikhlas merawatku dan tak pernah mengatakan kalau aku ini adalah anak angkat kalian. Aku akan selalu merindukan kalian, Mi, Pi. Tunggu aku pulang dan menabur bunga lagi ke peristirahatan kalian yang terakhir~ Qianzy. 

"Non, maaf Mbak Lia hanya bisa mengantarkan Non sampai di sini," ucap Mbak Lia terdengar dengan nada penyesalan. 

"*Take easy. Thank you for the 10 years that Mbak Lia spent with me. I will always miss you, Mbak Lia. see you next time. Bye*!" Qianzy pergi dengan senyuman. 

"Non,"

Qianzy menoleh. 

"Cepat pulang, ya, Non. Mbak Lia pasti akan merindukanmu. Andai saja,  Mbak Lia diizinkan untuk pergi bersama Non. Pasti akan tenang ini pikiran Mbak Lia," celetuk Mbak Lia dengan serai air mata. 

"Sudahlah, jangan menangis. Aku akan segera kembali dalam waktu yang cepat. Kita masih bisa komunikasi, bukan?" Qianzy mencoba tetap tabah meninggalkan semuanya yang sudah menjadi miliknya sejak kecil. 

Setelah perjalanan jauh, sampailah ia di sebuah pesantren yang cukup besar di salah satu Kota besar. Pengacara itu sudah menjalin komunikasi terlebih dahulu dengan kakaknya Qianzy yang bernama Abid.

Terpopuler

Comments

Leli Noer Octavia

Leli Noer Octavia

akhirnya kakak-adik ketemu 😁

2022-09-08

0

Umi Fuadah

Umi Fuadah

kayak nya sih seru, semangat terus buat kak dhewy bikin novelnya, semua karya mu sudah aku baca & aku sllu tertawa sama di bikin penasaran, makasih loh kak sllu membuat novel yg menghibur para pembacanya, meskipun aku jarang baca tp jujur aku suka banget sama novel kakak 🥰😘 semoga kakak sllu sehat ya, aminnn🤲😊🥰...

2022-03-01

0

AdeOpie

AdeOpie

Thor bisa bahasa Inggris di kasih translatenya karna ngga semua paham juga Thor

2021-11-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!