4. Malam Menyebalkan

Rencanaku untuk malam ini gagal total. Sudah jauh - jauh hari aku bersama sahabat - sahabat SMA ku mau jalan bareng belanja belinji ke Grand Indonesia dan di tutup dengan nonton film di CGV.

Sampai setengah jam yang lalu, grup whatsapp Tim Nyengir yang isinya tujuh manusia rempong dari jaman SMA masih ribut. Saat ini grup whatsapp kami sudah sepi karena filmnya mungkin sudah mulai dan aku masih tertahan di kantor.

Sekarang saja sudah pukul 8.00 dan semua teman sedivisiku sudah pulang. Ketiganya tidak mau berlama - lama, begitu disuruh Mas Malik untuk pulang, mereka lantas buru - buru kabur. Takut Mas Malik berubah fikiran atau ada tugas tambahan kalau masih terlihat Tuan Muda itu.

Telepon yang ada di mejaku berbunyi. Siapa lagi coba yang menelepon kalau bukan Mas Malik? Pasti dia mau memerintah lagi.

"Rachel, kamu keruangan saya sekarang." Tuh.. kan, bener.. kan?

Aku pun keruangannya dengan tampang kurang bersemangat. Mana enak lembur cuma berdua dengan si bos, ye kan?

"Tunggu sebentar ya," kata Mas Malik, ketika aku sudah ada di depan mejanya. Tuan Muda Malik kembali menatap mesra ponselnya sambil mengetikkan sesuatu. Awas aja kalau dia malah masih kirim pesan ke wanita idamannya. Aku pun berdehem, untuk membuat kode kalau aku enggak suka lama - lama tanpa kejelasan diruangannya.

"Tolong kamu cek di file atas nama PT Dami Resto. Kamu lihat permainan warnanya dari tahun awal sampai yang tahun lalu. Pastikan ada perwakilan warna yang berbeda dari tiap tahunnya," perintah Mas Malik. Aku kembali berdehem dengan suara yang terdengar nyebelin. Eits.. Mas Malik langsung menatap aku dengan wajah keselnya.

"Tapi Mas, saya tidak bisa membuka file itu kan? Harus melalui IT. Mereka semua sudah pulang," ujarku seakan menolak secara halus kalau tugas itu harus dikerjakan saat ini juga. Sudah tiga hari aku pulang larut malam karena ngerjain tugas dari Mas Malik, dan rencana refreshing hari ini berantakan.

"Kamu yakin, tim IT sudah tidak ada di ruangannya semua? Kamu sudah cek?" Okay, aku salah, karena sok tahu. Dari kalimatnya Mas Malik memang tidak mau dibantah.

"Sudah Mas, itu saja ada lagi yang lain nggak?" tanyaku nantangin. Mas Malik memang bos yang menyebalkan!

"Apa lagi ya?" tanyanya balas nantangin aku. "Itu saja dulu deh. Kamu pastikan file yang saya minta ada ya. Kamu sudah mengganti jenis hurufnya kan? Sama warna yang beda tipis itu?"

"Sudah Mas."

"Ya sudah kalau gitu. Kita lanjutkan besok pagi saja." Mas Malik bicara dengan wajah datarnya.

Rasanya aku langsung mendapatkan ekstra oksigen. Ini sesuatu yang melegakan, seakan aku sedang ngemut permen mint. Kebayang sudah suasana mol, yang meskipun sudah malam masih bisa aku kunjungi.

Tanpa babibu fasfisfus, aku langsung pamit dan keluar ruangan Mas Malik, menuju kibikelku. Aku segera nge-save semua yang sudah aku kerjakan dan mematikan komputer, sambil membereskan semua yang ada di meja.

Dengan kecepatan super aku langsung melesat ke tangga turun, dan duduk diteras kantor sambil booking taksi. Dalam bayanganku aku masih bisa main ke Grand Indonesia. Lumayan lah, meskipun cuma ngopi.

Saat aku sedang sibuk dengan ponsel, Mas Malik pun duduk di bangku teras, tidak jauh dari tempatku duduk.

"Pulang juga Mas?" tanyaku membuka percakapan setelah angin bahagia dia berikan dengan mengizinkan pulang cepat walaupun lembur.

"Kamu kalau enggak mau ngobrol, lebih baik diam saja. Saya enggak masalah kok. Lagian sejak kapan saya suka nginap di kantor?"

Dih! Sakit jiwa kan? Sudah bagus aku berusaha ramah, malah nyinyir jawabnya. Aku lantas kembali sibuk dengan ponselku. Bookingan taksi dari tadi belum ada yang nyangkut.

"Kamu mau pulang?"

"Mungkin," jawabku dengan tetap memandang ponsel. Mohon maaf nih, boleh lah bales kelakuannya yang ngeselin walaupun dikit.

"Dijemput?"

"Nggak, naik taksi."

"Jam segini naik taksi?" Mas Malik terdengar kaget.

"Sudah biasa kok Mas, kalau lembur saya naik taksi. Dua hari lalu malah dinihari pesan taksinya," kataku sengaja menyindir, siapa tahu Mas Malik lupa kalau aku sering pulang dinihari.

Mas Malik menatap aku dengan ekspresi datar yang tidak bisa dibaca. Kami pun kembali diam dan sama - sama sibuk dengan ponsel masing - masing sambil mendengarkan gemericik air dari air mancur.

Tidak lama aku pun berdiri, karena kesal tidak ada satupun taksi yang nyangkut. Tumben! Aku langsung berjalan menuju pos satpam kantor. Siapa tahu bisa minta bantuan dicarikan taksi.

"Hei Rachel, mau kemana? Kamu saya antar saja, jangan naik taksi," kata Mas Malik yang langsung menyusulku.

"Enggak usah Mas. Saya sudah biasa kok."

"Nggak aman buat perempuan naik taksi malam - malam begini."

"Santai saja Mas. Ini Jakarta, jam segini masih ramai kok jalanan di ibukota."

"Saya nggak mau berdebat, kamu pulang sama saya." Rahang Mas Malik terlihat mengeras. Lah kenapa jadi dia yang marah?

"Nggak perlu, Mas. Serius deh. Saya bisa kok sendiri. Lagi pula saya sudah pesan taksi," kataku sambil menunjukkan aplikasi taksi di ponselku yang baru saja dapat taksinya. Pas banget kan?

Wajah Mas Malik mendekat ke layar ponselku, lalu dia mengambilnya. Tidak lama kemudian dia mengembalikan ponsel yang dia ambil secara paksa dariku dan bilang, "sudah saya batalkan. Sekarang kamu ikut saya."

Aku kaget, campur marah, dan kesal. "Mas meng-cancel pesanan saya?"

"Mas, Mas Malik itu seperti sepatu kets yang tidak berhak! Iya enggak berhak meng-cancel taksi saya!" Emosiku semakin memuncak lama - lama deket sama si bos ini.

Seperti biasa, tampangnya pun datar tanpa ekspresi. Sudah hilang sejak lama kegantengannya dimataku. Dia pun menggandeng tanganku untuk mengikutinya.

Tak mau menambah masalah dan membuang waktu, aku pun nurut mengikutinya sambil berusaha melepas genggaman tangannya. Tapi gagal. Gandengan terlepas saat dia yang melepaskannya di depan pintu mobil penumpang.

"Mas, nanti saya turun di Grand Indonesia saja," kataku setelah duduk dengan canggung disampingnya.

"Lho, kenapa enggak pulang?" tanya Mas Malik curiga.

"Ada janji." Iya kan, tadi aku janjian sama sahabat - sahabat SMA-ku.

"Mau ke Paulaner Brauhaus ya? Kamu mau ke sana?" tanya Mas Malik menyelidik sambil matanya sesekali melirikku.

"Enggak kok. Kan saya sudah kenyang, tadi ada yang beliin steak pas lagi fokus di depan komputer."

"Ooh, siapa yang kasih? Baik sekali. Sudah bilang terima kasih belum sama yang ngasih?" Lagi - lagi Mas Malik nyindir.

"Oh sudah dong. Tadi kan yang ngasih saya Mang Ibnu, saya langsung ngucapin makasih ke dia," kataku pura - pura enggak ngerti maksud omongannya. Padahal yang beliin steak Mas Malik. Bodo amatlah, dia nanya yang ngasih kan? Bukan yang beliin. Punya bos mancing kemarahan mulu.

"Lalu mau ngapain ke Grand Indonesia?" Pertanyaannya yang tadi dia ulangi.

"Penasaran ni yeee. Kepo aja sama urusan anak buah. Saya mau belanja," kataku, malas memperpanjang omongan.

"Kenapa harus disana? Ditempat lain kan bisa?" tanya Mas Malik.

"Ya suka - suka saya sih Mas." Masa aku harus cerita mau nyusul teman - temanku sih?

"Kamu janjian sama orang ya?" tanyanya lagi dengan nada menyelidik.

"Mas, sebenarnya saya tuh tadi janjian untuk jalan - jalan dan nonton malam ini dengan teman - teman saya. Tapi karena harus lembur mendadak, saya batal nonton. Rencananya sekarang saya mau nyusul mereka. Puas Mas dengan jawaban saya?" Aku bicara dengan nada emosi. Sebel aku tuh!

"Oh," katanya. Cuma 'oh' doang? Dia enggak minta maaf euy!

"Ya sudah, saya temani kamu berbelanja." Dari nada suaranya aku tahu bahwa si bos sudah mengambil keputusan bulat tanpa mau diganggu gugat. Aku cuma bisa pasrah. Sudah lelah hati ini menghadapi cowok satu ini.

"Kenapa kamu enggak jalan saat weekend saja sih?"

"Weekend saya harus nge-charge tubuh saya di kasur Mas," sahutku ketus. Ya lagi, ngurusin orang saja iih. Dan Mas Malik malah tertawa lepas.

"Chel, kita parkir di basement saja ya. Kamu mau belanja apa?"

"Mas, saya sendiri saja gapapa kok. Mas bisa langsung pulang." Bingung aku nolaknya.

"Saya juga mau belanja kok," jawabnya tanpa dosa.

"Wah jangan dong Mas," kataku agak panik. Serius ternyata nih si bos mau ke GI juga.

"Memangnya kenapa? Saya juga perlu belanja loh."

Bukan apa - apa, yang ada di otakku adalah kalau ada orang kantor yang melihat bisa timbul gosip. Aku enggak mau digosipin sama Tuan Muda Malik ini.

Emang sih, kemungkinan ngegosip sangat sedikit, karena kerjaan kita padat dan merayap. Lembur saja sudah menjadi rutinitas. Tapi tetap saja, kemungkinan bergosip tetap ada kan? Lah aku sama tim ku saja rajin bergosip, apalagi kalau topik pembahasannya para bos. Klop deh.

"Ya sudah yuk kita turun." Saat aku masih terpaku di bangku penumpang, Mas Malik membukakan pintu mobil dan mengulurkan tangannya mau menggandeng aku.

Kalau begini, aku jadi kepikiran nyari lokasi buat madu deh. Eeh.

***

.

.

.

.

.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Al Salma

Al Salma

kaya sepatu kets yg tak berhak,..ada ya kepikiran ke gitu kk yg satu ini

2021-10-07

0

Tini Laesabtini

Tini Laesabtini

Cie cie... Awal mula menuju bucin nih kayanya....

2021-09-27

1

Zidan Abzar

Zidan Abzar

suka..

2021-09-24

4

lihat semua
Episodes
1 1. Revisi, Revisi, dan Revisi
2 2. Jam Makan Siang = Waktu Rumpi
3 3. Rapat Menegangkan
4 4. Malam Menyebalkan
5 5. Rapat dan Kacang Sukro
6 6. Kepo Iih!
7 7. Bantuan Dari Bos
8 8. Anak Baru
9 9. Dinner Bareng Bos
10 10. Elo Mau Dijodohin? Gue Mah Ogah!
11 11. Bos Resek!
12 12. Preman Kemayoran
13 13. Saya Boleh Cuti Nggak?
14 14. Sherin Naksir Cowok
15 15. Si Bos Lagi Datang Bulan
16 16. Foto Ngaco Bareng Jaka
17 17. Padaaang, I am Coming..
18 18. Gagal Refreshing
19 19. Foto Prewed?
20 20. Penjaga Tas Si Bos
21 21. Gulai Ikan
22 22. Foto Candid
23 23. Si Bos Penasaran
24 24. Sambodo
25 25. Granat
26 26. Apes!
27 27. Anak Riweh
28 28. Pernikahan Indra (1)
29 29. Pernikahan Yaya (2)
30 30. Menemani Om-om Belanja
31 31. Si Bos Kumat
32 32. Pelajaran Dari Jaka
33 33. Ke Bandung Bersama Bos
34 34. Si Bos Khawatir
35 35. Di Rumah Sakit
36 36. Pembagian Tugas
37 37. Iih Kok Protektif Sih?
38 38. Gosipin Si Bos
39 39. Ke Rumah Mas Kelana
40 40. Nganter Mama
41 41. Car Free Day
42 42. Di Apartemen
43 43. Di Culik Mas Malik
44 44. Gundah bin Bingung
45 45. Rencana Kepulangan Reyka
46 46. Ke Bandara
47 47. Jemput Reyka
48 48. Janjian di Mol
49 49. Mengungkapkan Perasaan
50 50. Komitmen
51 51. Belajar Mengungkapkan Perasaan
52 52. Si Bos Bikin Emosi
53 53. Diskusi
54 54. Ke Gap di Pantry
55 55. Indraaaaa! Resek Loh!
56 56. Mama Bocor
57 57. Sophia Latjuba
58 58. Si Bos Ngambek
59 59. Kondisioner
60 60. Ngerjain Mas Malik
61 61. Beranak
62 62. Ke Rumah Orang Tua Mas Malik
63 63. Kapan Kamu Mau Nikah?
64 64. Ooh Motor Sport
65 65. Pasar Cikini
66 66. Jaka Curhat
67 67. Wanita Lain
68 68. Rasanya Masih Membekas
69 69. Reyka si Anak Nekat
70 70. Hadiah Ulang Tahun dari Mas Malik
71 71. Perayaan Ulang Tahun Rachel
72 72. Nikah Secepatnya!
73 73. Ooh Baju Pengantin
74 74. Pengakuan Mas Malik
75 75. Penjelasan Mas Malik
76 76. Sherin Kembali Bergabung
77 77. OB Baru
78 78. Pempek dan Rumah Sakit
79 79. Setelah Operasi
80 80. Nikmatnya Mie Instan
81 81. Menikah!
Episodes

Updated 81 Episodes

1
1. Revisi, Revisi, dan Revisi
2
2. Jam Makan Siang = Waktu Rumpi
3
3. Rapat Menegangkan
4
4. Malam Menyebalkan
5
5. Rapat dan Kacang Sukro
6
6. Kepo Iih!
7
7. Bantuan Dari Bos
8
8. Anak Baru
9
9. Dinner Bareng Bos
10
10. Elo Mau Dijodohin? Gue Mah Ogah!
11
11. Bos Resek!
12
12. Preman Kemayoran
13
13. Saya Boleh Cuti Nggak?
14
14. Sherin Naksir Cowok
15
15. Si Bos Lagi Datang Bulan
16
16. Foto Ngaco Bareng Jaka
17
17. Padaaang, I am Coming..
18
18. Gagal Refreshing
19
19. Foto Prewed?
20
20. Penjaga Tas Si Bos
21
21. Gulai Ikan
22
22. Foto Candid
23
23. Si Bos Penasaran
24
24. Sambodo
25
25. Granat
26
26. Apes!
27
27. Anak Riweh
28
28. Pernikahan Indra (1)
29
29. Pernikahan Yaya (2)
30
30. Menemani Om-om Belanja
31
31. Si Bos Kumat
32
32. Pelajaran Dari Jaka
33
33. Ke Bandung Bersama Bos
34
34. Si Bos Khawatir
35
35. Di Rumah Sakit
36
36. Pembagian Tugas
37
37. Iih Kok Protektif Sih?
38
38. Gosipin Si Bos
39
39. Ke Rumah Mas Kelana
40
40. Nganter Mama
41
41. Car Free Day
42
42. Di Apartemen
43
43. Di Culik Mas Malik
44
44. Gundah bin Bingung
45
45. Rencana Kepulangan Reyka
46
46. Ke Bandara
47
47. Jemput Reyka
48
48. Janjian di Mol
49
49. Mengungkapkan Perasaan
50
50. Komitmen
51
51. Belajar Mengungkapkan Perasaan
52
52. Si Bos Bikin Emosi
53
53. Diskusi
54
54. Ke Gap di Pantry
55
55. Indraaaaa! Resek Loh!
56
56. Mama Bocor
57
57. Sophia Latjuba
58
58. Si Bos Ngambek
59
59. Kondisioner
60
60. Ngerjain Mas Malik
61
61. Beranak
62
62. Ke Rumah Orang Tua Mas Malik
63
63. Kapan Kamu Mau Nikah?
64
64. Ooh Motor Sport
65
65. Pasar Cikini
66
66. Jaka Curhat
67
67. Wanita Lain
68
68. Rasanya Masih Membekas
69
69. Reyka si Anak Nekat
70
70. Hadiah Ulang Tahun dari Mas Malik
71
71. Perayaan Ulang Tahun Rachel
72
72. Nikah Secepatnya!
73
73. Ooh Baju Pengantin
74
74. Pengakuan Mas Malik
75
75. Penjelasan Mas Malik
76
76. Sherin Kembali Bergabung
77
77. OB Baru
78
78. Pempek dan Rumah Sakit
79
79. Setelah Operasi
80
80. Nikmatnya Mie Instan
81
81. Menikah!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!