Sore ini tim desain rapat dengan Bang Ben. Nama lengkap Bang Ben tuh Benyamin Arief Einhard, jabatannya Direktur Pelaksana.
Tampangnya? Wooow guanteng pakai banget. Dia blasteran Jawa Jerman. Iya Jawa Jerman, bukan Indonesia Jerman, karena kami sering dengar dia ngomong pakai bahasa Jawa ketika dia sedang telepon.
Coba deh bayangin, biasanya kan kita dengar orang ngomong pakai bahasa Inggris dengan logat Jawa medok, nah ini kebalikannya. Ngomong bahasa Jawa dengan logat bule gitu. Jarang - jarang kan yang kayak gitu?
Bang Ben ini orangnya tegas dan saklek. Kita enggak bisa main - main kalau soal kerjaan. Tapi karena sakleknya itu kita jadi males ngobrol, bahkan kalau diajak ngobrol bawaannya dah ketakutan duluan. So, enggak heran kalau sampai sekarang dia belum nikah, padahal umurnya sudah banyak. Maksudnya sudah 36 tahun, banyak kan?
Anyway, ganteng kalau saklek enggak asyik kan ya? Okay, saatnya kita rapat.
"Kenapa tampilan desainnya seperti ini?" tanya Bang Ben sambil menatap layar proyektor. "Apa istimewanya tampilan web ini dengan milik perusahaan lain? Kurang keren!" Suara Bang Ben keluar dengan penekanan intonasi.
Kami langsung menatap layar proyektor. Bingung mau ngomong apa. Kami semua sudah hafal intonasi mengerikan itu. Ruang rapat hening. Mas Malik menarik napas dalam. Saat ini kami sedang membahas tampilan desain baru untuk web Frozdav milik Pak David yang berupa aneka makanan siap saji dalam bentuk frozen.
"Yang gue tahu, elo kan selalu buat desain yang keren, yang tak terduga Lik. Kenapa cuma gini yang mau kita jual ke klien?" Pertanyaan Bang Ben yang ditujukan ke Mas Malik terdengar sinis.
Mendengar kalimat yang diucapkan Bang Ben membuat nyaliku untuk menatapnya semakin ciut. Aku menunduk sambil meremas ujung blus. Kulihat tangan Kak Bertha sedikit gemetar, sedangkan Mas Kelana terlihat memperbaiki posisi duduknya.
"Kami tidak merubah secara drastis tampilan desainnya, karena kami fikir itu bisa mengecoh pelanggan lama yang sudah terbiasa dengan desain lama, jadi ada beberapa yang kami pertahankan."
Terkadang, Mas Malik adalah bos yang nyebelin. Tapi dia akan selalu di depan dan membela kami, anak buahnya.
"Tapi elo liat dong, desainnya dimata gue ini biasa banget. Apa istimewanya? Kurang greget," kata Bang Ben sambil menunjuk proyektor dengan laser pointer.
"Yang elo lihat cuma bagian depannya saja, lihat dulu dong bagian dalamnya secara keseluruhan, jangan cuma sebagian. Kita garap ini kan secara keseluruhan." Mas Malik menyanggah omongan Bang Ben dengan gayanya yang tenang.
"Gue sudah illfeel. Bagusin dulu, baru nanti gue cek semuanya." Bang Ben terdengar semakin emosi karena suaranya semakin kencang. "Yang jadi leader proyek ini siapa?" Mata Bang Ben menatap kami satu persatu.
"Nggak penting siapa, yang pasti gue sudah review semua bagiannya,"jawab Mas Malik.
Mas Kelana terlihat ingin bicara, tetapi dicegah oleh Mas Malik yang duduk disampingnya dengan tepukan di punggung tangannya.
"Lik, kalau anak buah elo enggak boleh ngomong, ngapain dia ada di ruangan ini?" tanya Bang Ben yang masih dengan nada emosi.
"Lah, kan elo yang minta meeting full team!" Jawaban Mas Malik membuatku gemetaran. Kebayang dikepala kalau dua atasanku berantem.
Kak Bertha menggenggam tanganku yang masih meremas blus diatas pahaku. Kami saling lirik tanpa bisa berkata apa - apa. Kami sudah curiga kalau Mas Malik memiliki hubungan kekerabatan dengan para petinggi di perusahaan ini. Kalau enggak, mana mungkin dia berani membantah Bang Ben.
Aku enggak bisa bayangin kalau yang bicara begitu Mas Kelana, bisa - bisa ketika baru buka mulut sudah ada sendal jepit swallow yang mendarat di pipi mulusnya.
Bang Ben membuang napas dengan kasar melalui mulutnya, ciri khasnya ketika dia sedang kesal tingkat dewa. "Gue mau ini dibenerin, lusa harus sudah sempurna!"
Bang Ben pun pergi meninggalkan ruang rapat. Ketika pintu ditutup, kami semua akhirnya bisa bernapas lega, kecuali Mas Malik yang cuek saja. Tapi kami tetap duduk diam di tempat masing - masing, menunggu pergerakan dari Mas Malik. Kami semua hanya saling tatap bertukar pandang.
Kalau Bang Ben minta di revisi, tandanya akan ada lembur. Ini adalah proyek yang ada sejak perusahaan Mas Ricky masih acak - acakan, dan web ini rutin di upgrade tiap tahunnya.
"Bertha, elo yang benar dong kalau kerja." Mas Malik mulai mentransfer kemarahannya.
"Iya, maaf," jawab Kak Bertha pelan sambil memainkan jari jemarinya diatas meja.
"Iya. Warnanya ada yang enggak matching, dan ini ada perbedaan jenis huruf di bagian penjualan ikan. Untung nggak kelihatan." Mas Malik duduk bersandar di kursi sekarang.
Aku, Kak Bertha, Mas Kelana, dan Indra melongo melihat Mas Malik membolak balik halaman web yang di presentasikan dengan santai. Meskipun dia melakukannya di laptop, kami bisa melihat apa yang dia lihat dari layar proyektor yang masih tersambung di laptop.
Tadinya, kupikir Mas Malik akan berdiri, bicara dengan suara keras dengan kalimat - kalimat nyinyirnya. Lalu dia akan meminta kami untuk membuat ulang desain yang kami presentasikan.
Tapi ternyata... Mas Malik cuma bicara soal jenis huruf yang beda sama beda warna yang sangat tipis.
"Jenis huruf dan perbedaan warna yang tipis Lik?" Kak Bertha bertanya sambil memasang tampang paling bloon sedunia.
"Iya, lain kali dicek berulang - ulang dulu." Mas Malik menutup aplikasi di laptop dan mematikannya.
"Ya sudah, biar gue saja yang sempurnain sesuai keinginan Bang Ben," kata Mas Kelana.
"Nggak usah, Lan. Elo janji pulang cepat kan sama bini elo? Elo balik saja," kata Mas Malik datar. "Elo juga Bertha, balik saja, bukannya besok anak elo ada ulangan?Elo harus dampingin dia belajar dan cek tugas sekolahnya," sambungnya dengan suara yang sedikit perhatian. "Oh ya, elo Ndra, besok gue minta elo temenin gue meeting diluar, jadi elo juga langsung balik saja. Gue enggak mau elo alasan kesiangan gara - gara ngerjain proyek ini."
Aku sedang membereskan perlengkapan lenong rapatku di meja ketika melihat Mas Malik berdiri. "Rachel, kamu saja yang ngerjain," perintah Mas Malik.
"What?!" Aku bengong sambil menatap Mas Malik.
Jam dinding ruang rapat menunjukkan pukul enam malam dan baru ada perintah. "Why? Enggak mau lembur? Biasanya juga suka lemburkan? Mau ikutan pulang seperti lainnya?" tanyanya sambil jalan menuju pintu.
Kami saling tatap mendengar ucapan Mas Malik yang kemudian dia keluar dari ruang rapat meninggalkan kami.
"Gue nggak nyangka kita bakal dibelain Mas Malik sampai kayak gitu." Mas Kelana bicara dengan ekspresi wajah yang serius.
"Sama, kirain tadi gue bakalan fighting sendiri. Padahal desain web itu ide gue. Gue jadi nggak enak," kata Kak Bertha sambil menatap meja dengan pandangan kosong.
"Gue sebel! Elo bertiga enak disuruh pulang. Nah gue?!" ucapku dengan nada kesal, kemudian ikutan Mas Malik, meninggalkan ruang rapat.
Ampuuuun aku laper.
***
.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Al Salma
modus banget eh mas malik,padahal pengen dua an ma Rachel
2021-10-07
1
,🥀shandy nizha🥀
bos jngn galak2 dong ntar cinta lo 😁
2021-09-25
0
Munawaroh
modus nggak sih pak bos?
2021-09-22
2