Putri menuruti permintaan keluarganya untuk menggugurkan anaknya. Begitu bayi itu menghilang putri kembali untuk bersekolah kembali dan dengan bodohnya dia kembali lagi dalam pelukan Robert. Melihat mereka bersama membuat aku muak." Fano terlihat kesal.
"Itu sebabnya kamu tidak pernah berangkat kekampus dan kamu tidak pernah ada dirumah?" Lisa menggenggam tangan Fano.
Fano menatap Lisa dan mengangguk. Lisa melayangkan sebuah pelukan hangat pada Fano dan menepuk nepuk punggung Fano.
"Fano... Ada kalanya kita lebih baik menghindari hal yang kita benci, tapi kadang ada kalanya kita juga harus menghadapi apa yang kita benci, semua itu hanya untuk menguji seberapa besar kekuatan kita." Lisa melepaskan pelukannya memberi senyum semangat pada Fano.
"Ayo sekarang saatnya kamu menghadapi apa yang kamu benci, agar mereka tau seberapa kuat dan hebatnya kamu. Ada aku yang berjanji ada disampingmu... Menemani setiap kesepian dihatimu hingga kamu sembuh dari luka disetiap goresan dihatimu." Fano menatap Lisa dengan penuh senyum keyakinan.
"Sudah... Ayo kita pulang saja, sepertinya aku juga kurang mood untuk berlama lama disini dan aku sudah mulai lapar." Lisa berdiri dan menepuk nepuk perutnya yang lapar. Fano mengikutinya berdiri dan merangkulnya untuk berjalan.
"Mari kita makan banyak." ucap Fano semangat.
"Ayo..." Jawab Lisa lantang.
Mereka berdua berjalan menuju parkiran sambil Fano merangkul Lisa.
Begitu sampai parkiran, Lisa mengenakan helem dan mulai meghidupkan motornya. Fano bersiap menaiki kursi belakang. Tiba tiba terdengar suara memanggilnya.
"Fano..." Fano mengurungkan untuk membonceng Lisa.
"Putri... Ada apa?"
"apa kabar? Lama tidak melihatmu kekampus. Senang melihatmu baik baik saja."
Fano mengangguk dan bergegas membonceng Lisa. Lisa segera menancap gas meninggalkan parkiran kampus. Fano terlihat diam sedari parkiran kampus dan bertemu Putri.
"Fano... Kita makan dimana? Apa kita hanya akan makan angin saja?" tanya Lisa pada Fano.
"Kita makan di makanan jepang saja disana ada bbq dan sushi lengkap."
Fano menunjukkan arah restoran dan Lisa melaju mengikuti arahan dari Fano.
Matahari mulai menenggelamkan diri, cahayanya mulai redup dan langit berganti menjadi gelap. Fano dan Lisa memutuskan untuk pulang, begitu mereka memasuki gerbang rumah putih.
"Lisa kita berhenti di Loby rumah putih saja. Biar pak Beny yang membawa motor ke basement."
"Siap bos."
"Ah ... Leon sepertinya juga baru tiba." tampak mobil Leon terparkir didepan Loby.
"BRUm...BRum...Ckiit." suara rem motor yang dikendarai Lisa.
Leon yang baru keluar dari pintu mobil tampak terkejut. Lisa melepaskan helem dan meletakkannya diatas tangki motor.
"Hay Leon..." sapa Lisa pada Leon.
"Darimana saja dua berandal ini pergi?"
"Kakak mulai ingin tau urusan kita sepertinya." Fano merangkul Lisa mengajaknya memasuki rumah dan mengabaikan ucapan Leon.
"cih...dasar bocah berandal." gumam Leon dengan wajah kesal.
Alex dan Patron tampak tersenyum melihat wajah Leon yang menahan marah.
"Ibu... Kami pulang..." teriak Lisa memasuki rumah.
"cepat kalian mandi dan kita akan makan malam bersama." ucap ibu yang terlihat sibuk mempersiapkan makan malam.
"Ibu yang masak makanan ini?" tanya Leon.
"Iya... Selama ini ibu tidak pernah masak karena cuma kita berdua yang makan dirumah dan kadang kamu juga sudah makan malam diluar. Karena malam ini kita berkumpul jadi ibu sengaja memasak. Cepat kalian mandi dan makan malam."
Fano bergegas naik ke kamarnya paling pertama. Lisa dan Leon menyusulnya dari belakang menaiki tangga menuju kamar masing masing.
"Lisa..." Leon menarik tangan Lisa.
Lisa menoleh dan memasang wajah tanya pada Leon.
Leon menatap Lisa kemudian melepaskan tangan Lisa, sesaat dia terdiam bingung dengan apa yang akan dia ucap kemudian Leon pergi berjalan memasuki kamarnya.
"Kenapa dia?" ucap Lisa bingung dengan sikap Leon dan Lisa juga ikut memasuki kamarnya. Setelah mandi dan berganti pakaian mereka berempat berkumpul dimeja makan.
"Mari kita makan" ibu mulai mengambil makanan. Begitu juga Fano,
Leon, Fano, Ibu dan Lisa sudah bersiap dan menunggu kedatangan Ayah dan Nenek. Lisa tampak sangat resah dan gelisa. Ibu menggenggam tangan Lisa.
"Lisa... tenanglah semua akan baik baik saja, jadi kamu tidak perlu takut. Aku yakin jika Ayah dan Nenek akan menerimamu dengan baik."
Ibu meyakinkan lisa berusaha membuatnya tenang. Lisa mengangguk dan menguatkan dirinya sendiri untuk menghadapi keadaan ini. Tiga puluh menit kemudian Ayah dan Nenekpun datang.
"Ibu...sudah datang." ibu menyambut suami dan ibunya dengan senyuman dan pelukan yang hangat.
Leon dan Fano pun ikut menyambut ayah dan neneknya dengan sangat bahagia. Lisa hanya terdiam kebingungan dengan keadaan, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan.
Ibu memegang bahunya dan membawanya mendekati ayah dan nenek.
"Suamiku sayang dan Ibu... perkenalkan Lisa, gadis manis yang aku ceritakan sebelumnya."
Ayah menatap Lisa dengan tatapan tajam dan tanpa senyuman, wajah dan sikapnya benar benar tidak jauh beda dengan Leon. Nenek juga menatapnya seperti akan menguliti Lisa dengan tatapan nenek tiri yang kejam. Lisa membalas semuanya dengan senyumannya dan menjulurkan tangannya untuk memberi salam pada Ayah dan Nenek.
"Ayah, Nenek perkenalkan saya Lisa, senang bertemu dengan Nenek dan Ayah."
Nenek dan Ayah tidak membalas salam tangan Lisa. Dengan sigap Fano menggenggam tangan Lisa yang menunggu sambutan tangan itu cukup lama.
"Lisa... mereka berdua sedang capek jadi lebih baik ayo kita tinggalkan saja mereka semua." Fano menarik tangan Lisa.
"Fano... apa yang kamu lakukan? kenapa bersikap seperti itu dengan orang tua. Dasar anak yang nggak tau sopan santun. Nenek dan Ayahmu baru tiba dan kamu sudah bersikap tidak sopan." Nenek mulai mengomel kesal dengan sikap Fano.
"Sudah... ayo kita makan saja ibu, jangan marah marah dulu." Ayah memapah Nenek berjalan menuju meja makan.
Akhirnya mereka berenam duduk dimeja makan bersama. Mereka mulai menikmati makan malam dengan sangat tenang tanpa suara. Nenek tidak lepas memperhatikan gerak gerik Lisa selama makan malam berlangsung. Lisa merasa sangat tidak nyaman dengan perlauan Nenek.
"Lisa kamu tidak perlu takut dan khawatir, aku ada disampingmu. Dan praktekkan cara makan seperti apa yang sudah kita pelajari sebelumnya." Fano yang duduk disamping Lisa berbisik padanya.
Lisa yang duduk diantara Fano dan Leon mengangguk memahami apa yang Fano ucapkan. Beberapa saat
kemudian waktu berlalu dan makan malam pun berakhir. Nenek menatap kearah Leon.
"Nenek aku tau apa yang akan nenek tanyakan padaku, lebih baik kita bahas saja besok dan sekarang Ayah dan Nenek beristirahatlah dulu." Leon berucap sebelum nenek menanyakan hal yang dia tau.
Nenek dan ayah mengangguk dan akhirnya mereka semua kembali masuk kedalam kamar mereka masing masing.
Lisa juga berjalan menuju kamarnya diikuti oleh Leon dibelakangnya yang juga ikut masuk kedal;am kamar Lisa.
"Leon apa yang kamu lakukan? kenapa kamu masuk kedalam kamarku?" ucap Lisa heran.
"Aku perlu bisara denganmu." Leon berbicara dengan sangat serius.
"Apa yang mau kamu bicarakan?"
"LISA.... MENIKAHLAH DENGANKU."
Lisa terdiam mendengar ucapan Leon, tiba tiba otaknya membeku sulit untuk mencerna. Leon menggoyang goyang tubuh Lisa berharap menunggu jawaban Lisa.
"Lisa kamu tuli ya? kenapa diam saja? apa kamu bisu? kenap tidak menjawabku?"
Lisa tersadar dari lamunannya dan tertawa dengan lantang.
"Ha...ha...ha....ha... kamu kenapa Leon? apa kamu sudah gila? apa kamu mabuk? kamu benar benar lucu kalau becanda."
"Aku tidak bercanda Lisa, ayo kita menikah. Aku akan menjamin kamu tidak akan keluar dan diusir dari rumah ini, selain itu aku akan menanggung semua biaya pendidikanmu jika kamu ingin meneruskan sekolahmu."
Lisa masing termenung terkejut dengan apa yang Leon ucapkan, seakan dia tersambar petir disiang bolong.
"Lisa.... aku akan memberikan kamu pekerjaan dan mewujudkan cita citamu, aku juga akan memberikanmu gaji berapa saja yang kamu." Leon tampak semakin serius.
"Aku masih belum habis pikir, setauku kamu memiliki kekasih yang sangat kamu cintai. Aku tau semua dari Fano, tapi kenapa malah aku yang kamu ajak untuk menikah dan bukan kekasihmu? dan selain itu... masih banyak gadis yang lebih baik dari aku diluaran sana, kenapa harus aku yang ingin kamu nikahi. Bukannya kamu membenci aku?."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments