Leon segera bangkit dari kursi kemudian menarik tangan ibunya.
"Ayo lah... Ibu tidak perlu marah seperti ini denganku. Apa salahku?" Ibu menarik tangannya dari genggaman Leon.
"Ibu tidak ingin berbicara denganmu lagi Leon,sebelum kamu menyadari kesalahanmu dan membawa Lisa kembali kerumah ini." Ibu bergegas pergi meninggalkan kamar Leon.
"Ahhhh.... Dasar sial!!!, kenapa aku harus membawa pulang wanita bodoh itu dan mempersulit hidupku sendiri? Dasar perempuan sialan!!!"
Leon segera bergegas memasuki kamar mandi untuk bersiap pergi ke kantor. Mengenakan jas hitam dan dalaman kemeja hitam membuat dia terlihat rapi dan tampan. Rambut yang terlihat rapi menggunakan pomade juga tak lupa aroma parfum mahal melekat padanya.
Leon menuruni tangga menuju meja makan. Ternyata Fano sudah disana terlebih dahulu.
"Hay... Kak, tumben berangkat kerja jam segini? Kakak bangun kesiangan?" sapa Fano sambil memegang sepotong sandwich ditangan kanannya.
"Ha..Ha... Kamu juga tumben jam segini sudah ada dirumah? Biasanya masih kelayapan nggak jelas." jawab Leon sambil menuangkan susu dalam gelas dan meminumnya.
Fano tersenyum kecil mendengar ucapan Leon.
"apa yang kakak perbuat hingga ibu menangis dan mengurung diri didalam kamar? Kalau nenek tau... Dia pasti akan marah dan petaka akan datang."
"Bocah... Selesaikan saja sarapanmu itu dengan baik, kamu tidak perlu ikut campur urusan orang dewasa." Leon mengusap usap kepala Fano.
Fano menarik kepalanya dan menyingkirkan tangan Leon dari kepalanya.
Leon berjalan meninggalkan ruang makan menuju pintu keluar rumah putih. Terlihat patron sudah menunggu Leon di loby rumah dengan mobilnya.
"selamat pagi tuan Leon." patron membuka pintu belakang mobil mempersilahkan Leon masuk.
Leon hanya mengangguk dan masuk kedalam mobil. Beberapa saat kemudian mobil mulai berjalan. Patron duduk didepan bersama dengan Alexs dan Leon duduk dibelakang sendirian.
"Patron... Kamu tau? Kemana gadis itu pergi?"
"sepertinya dia kembali ketaman tuan, tadi dia menanyakan tentang koper itu."
"Lalu? Apa yang kamu jawab?"
"saya bilang jika tidak menemukan koper itu, walaupun sebenarnya koper itu ada ditangan Tuan.
####################################
Wajah Leon tampak benar benar marah menghadapi tingkah Lisa, namun dia berusaha menahan amarah demi ibunya.
"Lisa perhatikan ya..." Leon mengambil shower yang terpasang digantungan dan memeganginya dengan tangan kananya.
"Jika kamu memutar keran ke kanan maka air yang keluar adalah dingin, jika kekiri air yang keluar adalah panas." Leon menjelaskan pada Lisa dengan lembut.
Lisa mengangguk dan senang mendengar Leon berbicara lembut dengannya.
"sekarang kamu coba peraktekan ya."
"ok...aku coba ya." Lisa memutar tuas kekanan.
"Aaaa...." Lisa terkejut shower yang dipegang Leon menyemburkan air tepat diwajahnya. Leon tertawa terbahak bahak melihat wajah Lisa yang kaget dan panik.
Leon bergegas berlari pergi meninggalkan Lisa dikamar mandi.
"Leon... Kamu benar benar keterlaluan!!! Aku akan menghajarmu ya." Lisa ikut berlari mengejar Leon.
Dari belakang Lisa melompat pada punggung Leon kemudian menggigit bahu Leon dengan keras.
"Aaa...Lisa... Sakit, lepaskan aku." Leon mendekat kearah kasur dengan posisi Lisa yang masih menggendong Lisa dipunggungnya.
Leon menarik Lisa dari punggungnya kemudian membantingnya diatas kasur. Lisa begitu kuat mengikatkan kuncian pada tubuh Leon dan itu membuat keseimbangan tubuh Leon terpecah. Leon juga ikut terjatuh bersama Lisa diatas kasur dengan baju mereka yang masih basah kuyup itu. Lisa tertawa terbahak bahak melihat Leon kesakitan karena gigitanya dan ikut terjatuh karena kunciannya.
Melihat Lisa puas menggejeknya membuat Leon tidak menerima semua itu. Leon memutar tubuhnya dan merubah posisi tubuhnya berada diatas tubuh Lisa. Kedua tangan Leon mengunci kedua tangan Lisa. Kedua kakinya mengunci kedua kaki Lisa.
"Leon apa yang kamu lakukan? Kamu jangan macam macam ya. Aku hajar kamu." wajah Lisa tampak ketakutan.
Leon mendekatkan bibirnya pada telinga Lisa. Lisa memejamkan matanya rapat rapat.
"wajahmu sangat lucu ketika ketakutan, karena itu jangan macam macam denganku." bisik Leon ditelinga Lisa.
Leon melepaskan semua kunciannya kemudian berdiri berjalan menuju pintu kamar meninggalkan Lisa. Leon menghentikan langkahnya sebelum melewati pintu.
"Ibu menunggumu untuk makan malam. Dibawah cepat ganti baju dan turun." Leon melanjutkan langkahnya dan meninggalkn Lisa dikamar.
Lisa sangat kesal dengan sikap Leon yang seenaknya memperlakukan Lisa sesuka hati.
"Hah...tempat tidurku jadi basah deh, rambutku juga basah kuyup."
Lisa bergegas berdiri dan melucuti satu persatu bajunya dan menggantinya dengan baju yang dia ambil dari lemari bajunya.
Dia memilih memakai kaos berwana putih dan jeans short pant biru. Rambutnya masih basah dan dia hanya menyisirnya saja. Lisa segera keluar kamar dan berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah.
Begitu memasuki area meja makan, Lisa meilihat meja makan yang besar yang bisa digunakan oleh 8 orang namun hanya diisi 3 orang.
Fano menatap Lisa dengan heran dan kagum.
"kamu tidak akan kenyang hanya dengan berdiri disitu, cepat makan sebelum kamu pingsan." Leon berbicara sambil memotong steak dihadapannya.
Lisa melihat area meja makan dan kursi kosong yang akan dia pilih. Fano berdiri dan menarik satu kursi kosong disampingnya.
"kamu bisa duduk disini." ucap Fano lembut.
"Iya Lisa kamu duduk disebelah Fano, agar kalian bisa saling mengenal. Ibu sudah ceritakan semua dengan Fano."
Lisa tersenyum dan berjalan menuju kursi yang Fano siapkan. Setelah Lisa duduk pelayan meletakkan satu porsi steak di hadapannya. Fano terus memandang Lisa sambil senyum senyum sendiri.
Sedangkan Lisa terlihat tidak perduli dia lebih perduli dengan satu porsi steak dihadapannya. Begitu dia melihat ala t makan yang akan dia gunakan, kepalanya mulai berfikir keras.
Melihat wajah Lisa yang kebingungan Fano berniat untuk membantu Lisa memotong makanannya.
"Lisa aku bantu kamu memotong steak ya." Fano mengulurkan tangannya hendak memotongkan steak Lisa. Tiba tiba Leon menukar steaknya yang sudah dipotong potong dengan steak Lisa yang masih
utuh.
"Fano... Urus saja makananmu sendiri." ucapnya pada Fano. Fano melanjutkan makannya.
"dan kamu gadis bodoh... Segera habiskan makanmu." Ibu tersenyum melihat tingkah anak anaknya dimeja makan.
Lisa mulai memasukan potongan pertamanya kedalam mulutnya.
"oh... Tuhan... Ini benar benar enak sekali." Lisa memejamkan matanya dan menikmati setiap gigitan didalam mulutnya.
Senyuman merekah diwajah Lisa menikmati setiap potong daging didalam mulutnya hingga tiba pada potongan terakhir dipiringnya.
Wajahnya tampak menginginkan lagi steak yang sama.
"pelayan ambilkan satu porsi lagi untuk Lisa dan potong potong sekalian." ucap Fano pada pelayan, Lisa menoleh kearah Fano yang ternyata sedari tadi memperhatikannya.
"Terimakasih Fano..." ucap Lisa.
"Tidak masalah...aku hanya melihat kamu masih lapar."
"Kamu benar benar baik ya... Benar benar berbeda dengan seseorang yang aku kenal." Lisa melirik kearah Leon dan memberi senyuman sinis.
"Lisa... Kenapa kamu tidak mengeringkan rambutmu?" ucap ibu.
"Ah...memangnya rambutmu basah ya?" Fano membelai rambut Lisa.
"Iya aku tidak tau cara memakai alat pengering rambut." jawab Lisa sambil menikmati satu porsi steak dihadapannya.
Melihat Fano membelai rambut Lisa Leon merasa Fano terlihat berlebihan .
"Ibu... Bagaimana jika Lisa belajar dikampus yang sama denganku." ucap Fano pada Ibu.
"Ya... Ibu pikir juga begitu."
"Apa kamu bisa membantu ibu mengurus administrasi untuk Lisa?"
"Baiklah ibu... Itu hanyalah hal mudah untukku." Fano menatap Lisa sambil menaik turunkan alisnya.
Lisa tersenyum dan memasukan satu potong daging terakhirnya. Lisa meletakkan alat makannya dan mengambil satu gelas air minum.
"Jadi kita akan ada disekolah yang sama Fano."
Fano tersenyum dan mengangguk, Lisa membalas senyuman Fano.
"Aduh...aku tidak sabar untuk kembali bersekolah. Fano aku pasti banyak tertinggal pelajaran. Kamu bantu aku untuk belajar ya." ucap Lisa dengan tangannya yang memegang bahu Fano sajak merayu. Suasana tiba tiba berubah sunyi, wajah Fano berubah merah pucat.
"Uhuk...uhuk..." Leon tampak tersedak mendengar ucapan Lisa.
"Ha... Ha... Ha... Ha..." ibu dan Leon tertawa bersamaan.
Lisa semakin kebingungan melihat apa yang terjadi.
"Heh...Gadis bodoh, bagai mana cara Fano membantumu belajar. Membantu dirinya sendiri saja dia tidak bisa. Mungkin setatusnya saja dia sebagai pelajar tapi sebenarnya kekampus saja dia nggak pernah." ucap Leon menjelaskan pada Lisa yang kebingungan. Lisa mengernyitkan dahinya dan menatap Fano yang tampak malu.
"Ya... Aku hanya sedang kurang bersemangat saja, tapi percaya deh ... Aku cukup pintar jika lebih rajin." Fano meyakinkan Lisa.
"Ya... Aku percaya dan yakin dengan Fano." Lisa menganguk dan tersenyum pada Fano.
"Aaaa.... Lisa.... Akhirnya kamu adalah satu satunya orang dirumah ini yang begitu yakin dan mempercayaiku, aku tidak akan mengecewakanmu Lisa." Fano memeluk Lisa dan mereka saling menepuk punggung satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Nur hikmah
ko dsini mndadak lisa dh drmhy leon lgi kn tdy dh d usir n pergi k taman...
2021-10-06
0