"Heh... Kita sedang berada dimeja makan, bisa jaga sikap kalian baik...baik.." Leon memisahkan Fano dan Lisa yang sedang berpelukan.
Leon berpamitan dengan ibunya kemudian meninggalkan meja makan dan masuk kedalam kamarnya.
"kalian berdua juga segera istirahat." ucap ibu pada Fano dan Lisa. Tidak lama kemudian mereka bergegas memasuki kamar masing masing dan beristirahat. Waktu begitu cepat berputar dan pagi pun tiba. Lisa mulai membuka seluruh korden yang ada dijendela kamarnya.
"baiklah...Aku akan memulai olah raga ringan saja. Pinggangku terasa masih sakit tapi ini biasa bagiku." Lisa memulai work outnya. Pertama dia melakukan pemanasan agar tubuhnya tidak cedera. Dia memulai lari kecil selama satu menit. Dilanjut 50 squat, 50 push up, 50 jumping jack, 30 detik plank. Lisa mengulang serangkaian itu sekitar 3 kali.
Keringat ditubuhnya bercucuran membasahi seluruh tubuhnya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Lisa beristirahat sejenak dan mengatur nafasnya yang terengah engah.
"Tok...Tok... Tok... Lisa... Ini aq Fano."
"Ah...Iya Fano." Lisa berjalan menuju pintu dan membuka pintunya.
"Hay...Lisa...Kenapa kamu basah kuyup begitu?" Fano melihat Lisa dari ujung kaki sampai ujung kepala. Lisa keluar
dari kamarnya dan berdiri didepan pintu.
"Iya... Aku habis berolahraga. Kenapa?"
"oh...Em... Aku mau ingetin kamu untuk bersiap siap, aku antar kamu untuk daftar kuliah. Karena kita bakal satu kampus." Leon yang sudah siap untuk berangkat kerja pagi hari keluar dari pintu kamarnya. Langkahnya terhenti melihat Fano dan Lisa yang bercengkrama didepan pintu kamar.
"Dasar wanita bodoh... Kenapa badannya basah kuyup seperti itu? Apa dia mandi dengan mengenakan baju?" Leon bergumam karena melihat baju Lisa basah dan membentuk lekuk tubuhnya.
"Hey...apa yang kalian lakukan sepagi ini didepan pintu kamar? Dasar bocah nggak ada kerjaan. cepat masuk dan bergegas kekampus. " Teriak Leon pada Fano dan Lisa.
Leon kemudian berjalan menuruni tangga berpamitan dengan ibu dan bergegas berangkat ke kantor. Sedangkan Lisa dan Fano kembali kekamar masing masing dan bersiap untuk berangkat kekampus.
Lisa telah siap untuk berangkat kekampus mengenakan jeans hitam, kemeja hitam dan jaket kulit hitam. Dia tampak sangat tomboy dengan rambut diikat ekorkuda yang diselipkan pada lubang topi belakang.
Tanpa janjian, ternyata Fano mengenakan pakaian senada dengan Lisa.
"Hay kenapa kita bisa sekompak ini?ha... Ha... Ha..." Fano berjalan menuruni tangga dengan merangkul Lisa dengan tangan kanannya.
"Ibu...kita berangkat kekampus ya... Dokumen sudah diurus oleh pak Beny." Pak Beny adalah asisten Fano.
"kalian tidak sarapan dulu?" Ibu terlihat sangat rapi dan bersiap untuk pergi.
"kita sarapan diluar saja bu." jawab Fano sambil berpamitan mencium tangan ibu. Dari belakang Lisa melakukan hal yang sama.
"Ibu cantik sekali, ibu mau kemana sepagi ini." Tanya Lisa yang melihat ibu bersiap pergi.
"Ibu ada arisan pagi dengan teman teman ibu." jawab ibu sambil menikmati potongan buah dihadapannya.
Setelah berpamitan Fano dan Lisa berjalan menuju basement bawah menggunakan lift. Lift berhenti di B2 begitu keluar dari pintu lift terlihat deretan mobil dan motor dihadapannya. Lisa berlari kecil melihat satu persatu motor sport yang berjejer dihadapannya.
"oh...Tuhan... Ini benar benar surga." Lisa menyebut seri masing masing motor sport yang dia pegang.
"wow... Hebat kamu hafal juga ya seri motor motor ini?"
"Iya... Sebelumnya aku hanya bisa melihatnya dari foto, benar benar tidak menyangka jika kali ini aku bisa memengangnya." wajah Lisa berseri seri. Fano tersenyum semakin kagum melihat Lisa. Fano melemparkan kunci motor pada Lisa. Dengan gesit Lisa menangkapnya.
Wajah Lisa kebingungan dengan memegang kunci di tangannya.
"sekarang kamu tidak hanya bisa memegangnya tapi juga bisa mengendarainya."
"Ya Tuhan... Ini benar benar mimpi disiang bolong."Lisa melompat kegirangan.
Lisa segera menaiki sepeda motor dan mengenakan helem full face milik Fano. Lisa menancapkan kunci dan mulai menghidupkan sepeda motor.
"Breem....bremm..." Lisa menarik gas dan suara kenalpot mengglegar.
Jantung Lisa berdetak kencang karena kebahagiaan memenuhi hatinya.
Fano duduk dikursi belakang membonceng Lisa.
"Ayo lisa kita berangkat."
"ok..."
Lisa menarik kopling ditangan kirinya, kakinya mulai memasukan gigi dan tangan kananya menancap gas.
Mereka berdua memulai perjalanan menuju kampus ternama dikota itu. Fano dikursi belakang menunjukkan arah jalan pada Lisa yang mengendarai sepeda motor didepannya.
Begitu memasuki gerbang kampus Lisa mengurangi kecepatan laju motornya. Fano mengarahkan tempat parkir sepeda motor pada Lisa.
Seluruh mata menuju pada Fano dan Lisa. Fano turun dari kursi belakang dan melepas helemnya. Lisa melakukan hal yang sama. Sesaat kemudian dua laki laki mendekati Fano.
"Hay bocah badung... Tumben ngampus." sapa Jerry salah satu sahabat Fano.
Fano melayangkan tendangan kecil pada Jerry. "kamu asal bicara... Aku kan selalu kekampus." Jerry dan Dito tertawa lalu melihat kearah Lisa.
"Hay cantik... Kenalin aku Dito sahabat Fano dan bisa dibilang salah satu pria paling tampan dikampus ini." ucap Dito sambil mengulurkan tangannya pada Lisa.
Lisa tersenyum "hay... Aku Lisa, senang bisa kenal kamu."
"Lisa kenalin aku Jerry yang juga nggak kalah ganteng dari mereka berdua." Jerry mendorong Dito dan menarik tangan Lisa.
"hay... Dito, ha... Ha... Ha... Kalian berdua benar benar lucu." Dito dan Jerry terkesima dengan kecantikan Lisa yang tertawa melihat tingkah mereka.
Fano yang mulai kesal melihat tingkah kedua temannya itu akhirnya melayangkan tangannya memukul kepala kedua temanya itu.
"Aduh..." Jerry dan Dito kesakitan.
"Ayo Lisa...kita kekantor kampus." Fano menggandeng tangan Lisa memasuki kampus.
Semua mata tertuju pada Fano dan Lisa seakan mereka penasaran dengan mereka.
"Hay... Fano tumben kekampus, begitunya muncul malah gandeng cewek cantik." Seorang laki laki berambut gondrong berwajah mulus dan tampan menahan langkah Fano dengan memegang bahu kirinya. Lisa ikut berhenti dan menatap laki laki itu, sedang Fano tidak menatap pria itu sedikit
pun.
"Hay nona cantik kita belum saling mengenal... Kamu bisa memanggilku Robert." tangan kanannya menjulur mengajak Lisa berkenalan.
Lisa menatap tangan Robert menjulur dihadapnnya menunggu tangan Lisa membalasnya.
Lisa menatap wajah Fano yang dingin dan diam. "Fano... Apa kita hanya akan diam
disini?"
Fano menatap Lisa dan tersenyum kemudian menganggukan kepalanya.
Mereka melanjutkan langkahnya diikuti Jerri dan Dito dibelakangnya. Jerry dan Dito tertawa mengejek Robert yang tidak digubris oleh Lisa. Robert tampak kesal dan marah dengan sikap Lisa.
Setelah memasuki ruang kantor dan menyelesaikan segala administrasi Fano menemani Lisa untuk berkeliling kampus.
"Lisa kamu harus mengenal area kampus agar kamu tidak tersesat, kampus ini cukup besar." Fano menunjukan setiap sudut ruang kampus.
Lisa tidak begitu tertarik dengan penjelasan Fano karena dia masih penasaran dengan pria yang bernama Robert itu.
"Fano... Siapa Robert?kenapa kamu tampak dingin dihadapannya?"
Fano menghentikan langkahnya, dia memutar tubuhnya berhadapan dengan Lisa dan memegangi pundak Lisa dengan kedua tangannya
"Lisa dengarkan aku, jangan pernah dekati dan jangan pernah berurusan dengan dia." ucap Fano dengan tatapan serius.
"Kenapa?"
Fano melepaskan tangannya dari bahu Lisa, dia berjalan menuju kursi yang berada ditaman kampus. Lisa mengikuti Fano dan duduk disampingnya.
"Orang orang melihat diriku mungkin memiliki segalanya... Tapi sebenarnya ada hal yang tidak pernah aku miliki yaitu kasih sayang." Lisa mengarahkan tubuhnya menghadap pada Fano.
"Dirumah ibu terlalu sibuk dengan kehidupan sosialnya, kakak dan Ayah terlalu sibuk mengurus bisnis, sedangkan Nenek dia hanya bisa menuntutku untuk menjadi anak yang sempurna seperti kakak. Aku selalu merasa kesepian selama ini, hingga saat aku bertemu Putri gadis lembut, manis dan penuh cinta dikampus ini." Fano menoleh kearah Lisa.
Lisa menaikan alisnya "Lalu?"
"Lalu kami semakin dekat dan pada akhirnya kami berpacaran. Bukannya aku sombong, dikampus ini ada banyak wanita yang mendekatiku dan ingin menjadi kekasihku, tapi hanya Putri yang mampu mengalihkan duniaku.
Awalnya semua berjalan baik baik saja hingga suatu hari aku tau jika Putri tidak seperti apa yang aku bayangkan. Ternyata dibelakangku dia ada main dengan Robert. Saat semua terungkap Putri lebih memilih bersama dengan Robert.
Aku tidak masalah jika memang dia sudah bosan denganku dan ingin memulai dengan pria lain, tapi kenapa harus robert? Dia laki laki bejat. Aku berusaha meyakinkan Putri tapi semua tidak ada hasilnya.
Hingga pada akhirnya Putri hamil dan Robert meninggalkannya. Putri terlihat murung setiap saat dan aku berusaha tetap disampingnya. Akhirnya keluarga Putri mengetahui tentang kehamilannya. Menganggap semua ini adalah aib akhirnya keluarganya meminta putri untuk menggugurkan kandungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments