"heh... Apa kamu tidak bisa tenang? Kenapa harus berisik? Semalaman aku tidak tidur menunggu
kamu sadar." Leon mengosok rambutnya dan memegang kepalanya yang pusing karena kurang tidur.
"Kenapa aku ada disini? apa yang kamu lakukan padaku?" mata Lisa berkaca kaca ketakutan.
"Semalam kamu pingsan, dasar sudah merepotkan masih saja tidak ingat." Lisa terdiam hanya melirik kearah Leon, dia merasa kesal mendengar ucapan Leon yang terdengar kasar dan angkuh. Mata Lisa memperhatikan hidangan mewah dan lengkap yang tersedia diatas meja.
"Keruyuk...krucuk..."
Suara perut Lisa lantang terdengar memecah keheningan ruangan. Lisa memegang perutnya dan wajahnya merah karena malu.
"Sepertinya kamu kelaparan? Aku sudah mempersiapkan makanan dari tadi malam, tapi kamu tidak bangun bangun."
"Ah... Anda benar benar baik hati dan dermawan, saya benar benar beruntung dapat bertemu anda." Lisa menunjukkan senyum palsu, senyum penjilatnya. Leon tersenyum sombong mendengar pujian dari Lisa.
"Tok...Tok... Tok... Ibu masuk ya" Suara lembut muncul dari balik pintu kamar Leon.
Wanita cantik berkulit putih bersih terawat mengenakan dress putih berjalan anggun mendekati Lisa dengan membawa semangkuk bubur ayam ditangannya. Lisa menatapnya dengan kagum seakan dia sedang melihat malaikat dihadapannya.
"Nona apa kamu sudah membaik?" Lisa mengangguk dan masih takjup melihat wanita secantik dan selembut ini.
"Heh...apa yang kamu lihat? Apa otakmu juga ikut bermasalah? Kenapa kamu menatap ibuku seperti itu?" ucap Leon.
Lisa menunduk, dia memejamkan matanya dan menelan ludahnya.
Lisa membuka mata kemudian menatap Leon yang juga menatapnya dengan tatapan sinis.
"kamu sangat beruntung terlahir dari keluarga yang sangat kaya raya, selain itu kamu juga memiliki seorang ibu yang sangat lembut dan penuh kasih sayang." Lisa menatap ibu yang duduk tepat dihadapannya.
"tidak seperti aku yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, bahkan mungkin kehadiranku didunia ini juga tidak diharapkan sehingga aku dibuang oleh orang tuaku sendiri. Dari kecil aku harus berjuang untuk bertahan hidup juga menghadapi orang orang yang mencibirku. Kadang aku merasa dunia ini sangat tidak adil padaku." Lisa menghela nafasnya menahan airmata yang hampir memecah itu.
"Siapa namamu sayang?" ibu membelai rambut dan pipi Lisa.
"Namaku Lisa Nyonya."
"Lisa mulai sekarang panggil aku ibu ya." ibu memeluk lisa dengan sangat lembut.
Jantung Lisa berdetak kencang, rasa didalam hatinya bercampur aduk. Kali pertama didunia ini ada seseorang yang menginginkan dirinya.
"Lisa...Apa kamu ingin berbagi cerita dengan ibu? Ibu akan mendengarnya, ibu rasa Leon juga harus meluangkan sedikit waktunya untuk mendengarkan semua. Benar begitu kan Leon?" Kepala Leon mengangguk namun wajahnya menunjukan keberatan, Leon tidak bisa menolak permintaan ibunya.
"Ibu... Saya malu menceritakan kisah hidup saya."
"kenapa harus malu? Ibu akan selalu bersamamu mulai hari ini, kamu tidak perlu malu dan takut. Sekarang kamu tidak sendiri."
"Baiklah ibu saya akan mulai bercerita."
Ibu menggenggam tangan Lisa memberi dukungan pada Lisa.
"20 tahun yang lalu nenek menemukanku di gubuk rumah kosong dekat kebun tempat dia tinggal. Nenek membesarkanku seorang diri, namun dari kecil aku tidak pernah merasakan kasih sayang. Jika aku melakukan sedikit saja kesalahan tidak segan segan nenek akan memukuliku. Aku tidak pernah marah dengan Nenek karena aku cukup bersyukur dia mau membesarkan aku." Lisa menundukan kepalanya. Ibu membelai bahu Lisa
"Lalu?"
"Aku membantu nenek bekerja setelah pulang sekolah setiap harinya, aku bekerja mencuci piring membantu tetanggaku yang berjualan makanan. Hingga aku berusia 17 tahun nenek akhirnya meninggal. Rumah yang aku tinggali menjadi rebutan ahli waris, jadi aku harus keluar dari rumah nenek. Syukurlah tetanggaku bersedia menampungku untuk tinggal dengannya."
"selama 3 bulan aku tinggal disana namun anak dari tetanggaku sepertinya tidak menyukaiku dan itu membuat perselisihan didalam keluarganya. Dengan berat hati aku memutuskan untuk keluar dari rumah itu."
"Bermodal uang tabungan hasil kerja sampingan aku menyewa satu kamar kos yang murah dan ala kadarnya. Setelah itu saya mencari pekerjaan, syukurlah aku diterima disebuah perusahaan besar sebagai OB."
"Dari situ aku bertahan hidup dan menabung untuk melanjutkan sekolah, karena aku ingin memperbaiki jalan hidupku." Ibu tersenyum mendengar cerita Lisa.
"Lalu...bagaimana sekarang Lisa?"
"Ibu...selama 3 tahun belakangan ini aku selalu mensyukuri hidupku, sekali pun aku tidak pernah mengeluh. Tapi sepertinya aku memang tidak diharapkan dimanapun aku berada."
"kenapa kamu berbicara seperti itu Lisa?"
"Putra dari pemilik perusahaan selalu menggodaku, dia selalu menatapku dengan tatapan yang sangat menakutkan. Beberapa kali dia mencoba untuk melecehkanku, bahkan dia memberikanku uang dengan nominal yang sangat banyak agar aku bisa tidur dengannya. Tapi aku menolaknya, ibu aku sudah cukup bahagia dengan apa yang sudah aku miliki." Air mata yang tertahan akhirnya tak terbendung lagi, Lisa menangis. Ibu tampak sedih dan memeluk lisa.
"Teruskan Lisa...ungkapkan semuanya."
"Kemarin dia memanggilku keruangan kerjanya dan mengunciku didalamnya. Dia berusaha melecehkanku ibu tapi aku bisa melawannya karena aku cukup jago dalam hal bela diri."
"Karena aku memukulnya dia marah dan tidak terima dengan sikapku, saat itu juga dia memecatku. Dengan senang hati aku meninggalkan perusahaan itu. Namun penderitaanku ternyata tidak cukup sampai disitu, ketika tiba di tempat tinggalku ternyata ibu kos mengusirku. Dia bilang kamarku sudah ada yang akan menempati ternyata semua itu termasuk rencana dari Rio putra dari pemilik perusahaan besar itu."
"Dasar laki laki bejat, kalau dia ada dihadapanku pasti aku hancurkan kepalanya." celetuk Leon yang ternyata diam diam dia juga mendengarkan cerita Lisa.
"Jadi itu sebab kamu malam malam nangis dipinggir jalan sendirian? Apa kamu bodoh? Kamu tidak berfikir jika malam malam sendirian dijalan itu berbahaya? Untung saja ada aku disana. Dasar kamu wanita yang merepotkan saja."
"Aku tidak memintamu menolongku, kenapa kamu harus menolongku?" jawab Lisa dengan nada tinggi.
"Sudah...sudah...kalian jangan berdebat!!!" sela ibu melerai Leon dan Lisa.
"Ibu... Terimakasih atas kebaikan ibu, sebaiknya aku pergi sekarang. Aku juga sudah merasa baikan kok, aku tidak ingin menimbulkan masalah dalam keluarga ini." Lisa membuka selimutnya dan berusaha berdiri.
"Lisa kamu tidak perlu mendengarkan ucapan Leon, dia memang kasar dan angkuh tapi kamu tetaplah disini demi ibu. Kalau kamu pergi, kamu mau tinggal dimana?"
"Ibu tidak usah khawatir aku sudah terbiasa dengan semua ini dan aku pasti bisa melewatinya." Leon tetap duduk dikursinya melihat ibunya yang mulai menangis.
"BERHENTI!!!" Leon berteriak.
Lisa serentak menghentikan langkahnya, dia terkejut mendengar Leon berteriak. Lisa membalikkan badannya.
"apa lagi?oh...iya...Terimakasih tuan Leon sudah menolongku tadi malam." Lisa membalik badannya dan melanjutkan langkah melewati pintu kamar Leon.
Leon hanya diam saja dia tidak tau bagaimana cara menahan Lisa untuk tetap tinggal karena dia adalah laki laki yang memiliki ego yang tinggi.
Begitu keluar dari kamar Leon, Lisa sangat kebingungan karena rumah ini sangat besar dan dia kebingungan mencari jalan keluar.
"Permisi Tuan... Bagaimana cara saya keluar dari rumah ini ya?" Lisa bertanya dengan patron yang berada diluar kamar Leon.
"Mari saya antar."
"Oh...iya mas, apa anda melihat koper saya ketika datang kemari?"
"Tidak nona maaf"
Patron berjalan bersama Lisa menuju pintu keluar rumah Putih. Seorang Laki laki berwajah tampan dengan gaya yang funky seperti anak motor terlihat baru datang memasuki rumah putih dan berpapasan dengan Lisa.
"Patron...Tamu siapa ini?"
"Oh Tuan Fano baru tiba?... Nona ini adalah Tamu tuan Leon, semalam nona ini ditolong oleh Tuan Leon."
Fano mengangguk dan melanjutkan langkahnya memasuki rumah putih.
"Nona apakah perlu diantar untuk pulang?"
"tidak perlu tuan...terimakasih atas bantuannya. Saya pamit dulu ya..."
Lisa berjalan menuju gerbang pintu rumah putih yang jaraknya lumayan jauh dari rumah putih.
"Mau mengantarku pulang? bahkan aku tidak pernah memiliki tempat untuk pulang,sangat lucu ucapan pria itu. Rumah ini mewah sekali sayang sekali sang putra mahkota sangat angkuh dan sombong, hwaaa.... kenapa orang orang kaya selalu bertingkah bodoh." Lisa bergumam berbicara dengan dirinya sendiri.
matahari mulai berpindah ketengah langit, sinarnya semakin terik dan Lisa melanjutkan langkahnya menuju taman.
Semetara itu Nyonya Melisa terus menangis mengkhawatirkan keadaan Lisa.
"Ibu... Sudah jangan menangis, dia hanya gadis liar yang tidak memiliki sopan santun." Leon merayu ibunya agar berhenti menangis.
"Kamu memang laki laki dingin dan tidak berperasaan!!! Kamu sama seperti ayahmu!!!" ibu berdiri dari kasur dan berjalan keluar dari kamar Leon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Nur hikmah
waw sngt lngka jbu y baik hti.....
2021-10-06
0