MY SECRET LOVE
Leon yang hanya duduk menikmati gelap malam diterangi lampu lampu taman, sambil menyenderkan kepala diatas senderan kursi umum yang terletak ditengah taman itu, lalu dia mulai menghisap rokok yang terselip diatara jarinya.
Leon memejamkan matanya, Malam yang sunyi terasa menenangkan pikiranya yang sedang dipenuhi kekalutan beban hatinya. Pikiranya kalut memikirkan urusan percintaannya yang sangat rumit. Tiba tiba terdengar suara wanita yang berteriak teriak memecah kesunyian malam.
"Tuhan... Apa salahku? Kenapa dunia ini terlalu kejam padaku? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku hanya sebatang kara, siang ini aku kehilangan pekerjaanku dan sekarang aku diusir dari kontrakan." Suara tangis dan teriakan seorang wanita putus asa yang terdengar semakin jelas ditelinganya. Leon terhentak dan bangkit dari posisi santainya kemudian melihat kearah sekitar, mencari cari sumber suara itu berasal. Terlihat di seberang taman Lisa seorang gadis yang duduk diatas terotoar pinggir jalan sedang menangis dan meratapi nasipnya dengan meletakkan sebuah koper disampingnya.
"Ngapain tu cewek malam malam nangis dipinggir jalan? Apa dia tidak sadar kalau Ini udah jam 11 malam, seperti gelandangan saja." Gumam Leon melihat jam mahal yang melingkar di tangannya. Dia kemudian kembali keposisi semula tidak ingin peduli dengan Lisa dan kembali melanjutkan menikmati rokok yang masih belum selesai dia nikmati. Segerombolan pria tampak berjalan menuju kearah Lisa.
"Heh...Nona, Ayo ikut kita saja dari pada menangis sendirian disini." Salah satu dari gerombolan laki laki mendekati dan berbicara dengan Lisa.
Lisa mendongak menatap gerombolan itu dengan wajah dan tatapan yang sangat marah.
"Dengar ya... Sebaiknya kalian pergi saja jangan menggangguku itu kalau kalian nggak pengen babak belur." Teriak Lisa dengan lantang.
"Ha...Ha... Ha... Nona bagaimana cara kamu membuat kami babak belur? Badan sekecil itu mana mungkin bisa membuat kami bertiga babak belur? Yang ada kamu hanya akan lemas menghadapi kami" Teriak rombongan tiga laki laki hidung belang itu sambil menertawai kesombongan Lisa. Lisa mengikat rambut panjangnya yang terurai, dia berdiri dari duduknya dan merenggangkan otot otot tangan dan jemarinya.
"Terimakasih sudah mengganggu ketenanganku, Kebetulan aku lagi pengen menghajar orang." Lisa melemaskan otot lehernya mendekat berjalan kearah tiga laki laki itu.
Lisa melayangkan tendangan pada perut pria pertama yang berdiri tepat berada dihadapannya hingga pria itu jatuh terpental, pria kedua yang ada disebelah kanannya menyusul menyerang dengan lemparan pukulan tanganya namun dengan cepat Lisa menghindarinya dan memegang kepalan tangan pria kedua itu dan memelintir tangannya hingga pria itu terjatuh.
Melihat kedua temannya terkapar akibat Lisa, pria ketiga meluncurkan tendangan dari arah belakang dan mengenai punggung Lisa. Lisa tersungkur jatuh akibat tendangan itu. Tangan Lisa cedera karena menahan tubuhnya yang terjatuh akibat tendangan dari belakang.Lisa berusaha bangkit dari jatuhnya
"Sial sepertinya tanganku terkilir dan pinggangku sakit sekali" Ucap Lisa dalam hati berusaha bangkit.
"Sudahlah tidak usah melawan lagi, lebih baik kamu ikut kita saja" Ucap pria ketiga berjalan mendekati Lisa yang sedang tersungkur disusul kedua temannya yang masih terhuyung huyung berdiri sehabis menerima serangan dari Lisa. Ketiga pria itu mendekati Lisa yang masih tersungkur berusaha untuk berdiri. Pria pertama yang ditendang oleh Lisa mulai membalas tendangan Lisa dengan menjambak rambut Lisa.
Lisa merintih merasakan sakit disekujur tubuhnya.
Leon yang awalnya tidak peduli dan tidak ingin ikut campur akhirnya tidak bisa menahan emosinya karena mereka mengganggu ketenangannya.
"Kalian bertiga, lepaskan gadis itu" Suaranya menggelegar memenuhi taman itu.
Leon berdiri dari kursi dan berjalan mendekati tiga pria itu. Melihat Leon muncul dan berjalan mendekati mereka, tiga pria itu terlihat ketakutan dan tubuh mereka bergetar, nyali menciut.
"Tuan Leon... ma... maaf, malam malam begini anda ada disini." wajah pucat tampak jelas diwajah mereka melihat Leon putra kedua dari keluarga terkaya di kota X terlihat sangat marah pada mereka.
"kalian dengar baik baik ya....gadis itu adalah milikku, mengganggu milikku berarti mati" ketiga pria itu kemudian bergegas berlari berusaha untuk kabur.
Mata Leon memberi kode pada pengawal yang bersembunyi menjaganya dari kejauhan untuk menangani ketiga pria itu. Dengan sekejap pengawal menangkap pria pria itu dan menghajarmereka habis habisan. Pengawal dengan sigap meringkus para laki laki berandal itu. Leon berjalan mendekati Lisa yang tersungkur dijalan.
"Apa baik baik saja? Apa kamu bisa berdiri?" Leon berbicara dengan Lisa, Leon memasukkan keduatangannnya kedalam saku celana dan berdiri disamping Lisa yang sedang berusaha untuk bangun.
"Iya...aku baik baik saja, terimakasih atas bantuanmu." Lisa berdiri dengan menahan kesakitannya.
Leon mengangguk kemudian membalik badannya meninggalkan Lisa. Lisa berjalan kecil mengambil kopernya namun kakinya terasa sangat lemas dan tak bertenaga.
"BRAAKK"
Lisa pingsan tubuhnya terbaring lemas dijalan dia tak sanggup menahan kesakitan ditubuhnya. mendenga dari belakangnya, Leon yang tampak dingin bergegas mendekati Lisa dan mengangkat tubuh mungil Lisa yang lemas tak berdaya itu.
Bergegas Leon tanpa berfikir panjang langsung mengangkat tubuh Lisa memasuki mobilnya.
"Patron segera hubungi dokter wisnu untuk bergegas kerumah putih!!! Sekarang juga!!!." teriak Leon terdengar khawatir.
"Apa tidak sebaiknya kita membawa gadis ini kerumah sakit saja tuan?"
"Bodoh!!! dimana otakmu? bagaimana jika media sampai tau aku membawa seorang gadis pingsan menuju rumah sakit? kamu mau mempersulit hidupmu sendiri?"
"B..b..baik Tuan" Patron asisten pribadi Leon bergegas menghubungi dokter keluarga. Alex juga membawa mobil melaju dengan cepat menuju rumah Putih. Rumah putih adalah tempat tinggal Leon yang ditinggali oleh Ayah, ibu, Nenek dan adik Laki lakinya. Setiba di rumah putih Leon bergegas memasuki rumah dengan menggendong Lisa menuju kamarnya.
"Pelayan...apa dokter Wisnu sudah datang? Segera suruh dia masuk ke dalam kamarku sekarang juga!!" Ibu Leon
mendengar keributan dan terlihat kaget kebingungan melihat Leon pulang menggendong seorang gadis menuju kamarnya.
"Leon...ada apa ini?" ucap wanita cantik berusia 50 tahun itu Ibu berjalan mengikuti langkah Leon.
"Nyonya Melisa...tenang lah, saya akan jelaskan nanti." Patron menahan Ibu Leon untuk tidak memasuki kamar dan membiarkan dokter wisnu masuk.
Ibu tetap berdiri didepan pintu kamar Leon dan sangat terlihat gelisah kemudian Patron meminta ibu untuk duduk diruang tengah dan menjelaskan semua yang terjadi. Sedangkan didalam kamar Leon, dokter wisnu sedang memeriksa Lisa dengan sangat hati hati.
"bagaimana keadaannya?apa dia baik baik saja? Tadi dia terlihat tangguh tapi kenapa dia tiba tiba pingsan." tanya Leon menyela dokter wisnu yang sedang memeriksa keadaan Lisa. Dokter wisnu
tersenyum menanggapi sikap Leon.
"Dia baik baik saja, hanya saja tangannya terkilir dan pinggangnya memar, wanita ini cukup tangguh. Sepertinya dia belum makan seharian, itu yang membuat tubuhnya menjadi lemas tak berdaya. Bersihkan tubuhnya dan oles obat ini pada luka dan memarnya sebaiknya minumkan obat ini tiga kali sehari setelah makan." dokter menjelaskan dan
menyodorkan obat pada Leon.
Leon mengangguk dan melihat kearah Lisa yang terpejam.
"Apa dia akan segera sadar?"
"iya aku sudah menyuntikan obat penghilang rasa sakit, jika dia sadar segera siapkan makan untuknya." Leon
mengangguk dan dokter Wisnu keluar meninggalkan kamar Leon.
Dibalik pintu kamar Patron dan Nyonya Melisa terlihat panik menunggu kabar dari dalam kamar. Ibu bergegas
memasuki kamar, Leon yang sedang melamun duduk diujung tempat tidurnya terlihat sedang berfikir keras.
"Leon...apa semua baik baik saja?" ibu membelai rambut Leon.
"Iya ibu... Ibu tidak perlu khawatir,Ini sudah larut malam ibu beristirahatlah." Ibu mengangguk kemudian meninggalkan kamar Leon. Leon melihat Patron yang sedang berdiri disamping pintu.
"Patron minta pelayan menyiapkan makan untuk wanita ini dan letakkan di meja itu " tangannya menunjuk pada meja sofa kamarnya. Patron mengangguk dan meninggalkan kamar Leon kemudian meminta pelayan untuk menyiapkan makanan.
Didalam kamar yang mewah bernuansa modern dan luas itu hanya ada Leon dan Lisa yang masih belum sadarkan diri didalamnya.
"Dasar bocah yang menyedihkan." ucap Leon yang menunggu Lisa sadar sambil duduk diatas sofa kamarnya.
Sesaat kemudian Leon ikut tertidur karena hari semakin larut. Patron meminta pelayan untuk meletakkan makanan secara perlahan agar tidak mengganggu tidur Leon dan Lisa.
Keesokan harinya cahaya matahari mulai memasuki kamar Leon melalui sela sela korden kamar.
"Uh... Sial...Tangan dan punggungku sakit sekali." Lisa membuka mata dan melihat sekitar.
"Aduh...sakit sekali, aku ada dimana?" dia terkejut dan bergegas bangkit dari tidurnya. Mendengar Lisa yang berisik kebingungan, Leon terbangun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Saras Wati
baru nyimak
2021-10-06
1