" Tolong.... tolong..." teriak gadis yang sedang berlari terseok - seok bertelanjang kaki dengan pakaian yang lusuh, dan banyak bercak darah.
Sesekali ia menengok ke belakang melihat apakah masih ada yang mengejarnya
Gadis kecil itu semakin mempercepat larinya, ketika melihat orang yang mengejarnya semakin mendekat.
Ia tak peduli walaupun kakinya sudah berdarah karena menginjak kerikil tajam, bahkan luka - luka di tubuhnya, akibat kecelakaan tadi tidak lagi membuatnya merasakan rasa sakitnya, badan yang sudah semakin lemas karna tenaga yang sudah habis terkuras.
Dengan sekuat tenaga ia mencoba untuk terus berlari dan berteriak meminta tolong, berharap ada seseorang yang akan menolongnya, dari para pereman yang telah membunuh Papanya.
" Mau kemana kau hah..!" Bentak laki -laki bertubuh tinggi besar, berpakaian seperti preman dengan banyak tato di tangan dan kakainya, ketika laki -laki itu berhasil mencekal tangannya.
"Hiks...Ampun... Hiks...jangan sakiti Hiks... saya om" Lirih gadis itu dengan air mata berderai dan tubuh bergetar ketakutan juga menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya.
Dengan tenanga yang hampir habis, gadis itu terus mencoba melepas cekalan di tangannya, yang terasa sangat menyakitkan.
"Ha...Ha..Ha...Ha...Ha...!!!" Tawa laki -laki itu dan dua temannya nyang sudah berhasil menyusul
" Tenang lah sayang, kita gak bakalan buat jahat kok" Ucap laki - laki yang bertubuh lebih pendek dari yang mencekalnya, sembari mencolek dagunya
"Hiks...Om mau Hiks...ngapain?" paniknya ketika Laki - laki yang mencekal tangannya mendesaknya ke tembok di pinggir jalan yang sepi itu
" Kita.... mau bawa kamu bersenag - senang, setelah itu baru kita akan mencabut nyawamu ?" jawab laki - laki itu sambil mengerinyai ke arahnya kemudian di sambut tawa kedua teman - temannya.
"Jangan om....Hiks... jangan..." ucap gadis itu berusaha melepaskan diri dari cengkraman laki - laki itu dengan sekuat tenaga
"Tolong.... tolong....!!!" teriak gadis itu lagi, berharap ada orang yang akan menolongnya
"Diam!!!..." Bentak laki - laki yang mencengkram dagunya.
"Apa salah saya dan Papa saya om?... hiks.."Lirih gadis itu, tenaganya sudah habis, gadis itu melemas.
gadis itu hanya bisa meringis merasakan sakit di sekujur tubuhnya...
SRRREEEEK.....
Baju gadis itu terkoyak di bagian depan, mperlihatkan sebagian dadanya
Mata para laki - laki brengsek itu semakin berkilat penuh gairah, melihat tubuhnya putih mulusnya.
Laki- laki brengsek yang dari tadi mencekal nya pun mulai menggerayanginya, dengan di iringi tawa kedua temannya
Gadis kecil itu hanya bisa memohon dengan dengan berurai air mata, dan berdo'a dalam hati semoga akan ada yang menolongnya.
"AAAAAAAAA......!!!!"
" Za..." Mama Lusi langsung meraih Za kedalam pelukannya.
"Hiks... Hiks... Ma... mereka... mereka.." Za tidak sanggup melanjutkan kata - katanya, karna terhalang dengan isak tangisnya, tubuhnya bergetar dengan napas tersengal.
Ia memeluk erat tubuh Mama Lusi, mencoba mencari ketenangan di sana.
"Ssssttttt... tenang sayang, ada Mama di sini..., ada Mama" Mama Lusi mengusap lembut punggung Za, memberi ketenangan dan rasa nyaman untuk anak permpuannya.
Setelah marasa Za sudah lebih tenang, Mama Lusi mencoba mengurai pelukannya
"Minum dulu sayang" Mama Lusi mengulurkan gelas berisi air putih kehadapan nya
Dengan tangan yang masih sedikit bergetar, iya meraih gelas dari Mama Lusi, dan meminum airnya hingga tandas
Mama Lusi tersenyum, " Tidur lagi ya sayang, Mama temani" Lembut Mama Lusi
Za menggeleng, ia melihat jam sudah menunjukan jam tiga dini hari.
"Za mau shalat aja ma, Mama tidur lagi aja ya" Lirih Za mencoba tersenyum lepada Mama Lusi
"Ya sudah..., Mama ke kamar dulu ya.." Mama Lusi mengusap rambut coklatnya penuh kelembutan
"iya ma" jawab Za
Setelah mama menghilang di balik pintu, Za meraih obatnya di laci nakas, lalu meminumnya dengan sekali tegukan. Za langsung masuk ke kamar mandi, untuk membersihkan diri sekalian mengambil air wudhu
Entah sampai kapan Za harus terus berada dalam bayang - bayang masa lalu?...
Berbagai macam cara Za sudah lakukan untuk menghilangkan trauma nya di masa lalu, tapi kenangan buruk itu se'akan enggan untuk pergi meninggalkannya.
Walaupun sekarang sudah jauh lebih baik, karena mimpi itu hanya datang sesekali saja, tidak seperti tiga tahun yang lalu, mimpi itu masih datang tiap malam, hingga mengharuskan ia tidur selalu di dampingi oleh orang lain.
Karna hawatir Za akan mengalami sesak napas setelah mimpi itu, seperti yang biasa ia alami.
***
"Assalamualikum"
"Wa'alamukumussalam" Jawab Za mengalihkan pandangannya pada pintu masuk dapur. Di sana muncullah sang Abang kesayangnaya yang baru pulang dari masjid.
Ya .. setelah melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim Za memilih membantu Mama Lusi untuk membuat kue di dapur.
" Bikin apa Za ?" tanya Reno sambil duduk di kursi meja makan yang tak jauh dari dapur.
" Bikin kue bang, kan nanti siang temen Mama mau pada ngumpul di sini" jawab Za sambil menuangkan adonan kue kedalam cetakan.
"Nih Abang cobain deh " Za menaruh sepiring kue yang sudah di potong di hadapan Reno, tak lupa segelas besar air putih hangat.
Reno langsung menenggak air putih hingga tinggal setengah, kemudian mengambil satu potong kue dari piring
"Mama mana Za ?" tanya Reno di sela - sela mengunyah kue
"Lagi ke kamar dulu sebentar Bang" jawab Za yang di angguki oleh Reno
" Gimana.. enak ga ?! tanya Za lagi
" Resep baru lagi ya ? Enak, enak banget malah" Ucap Reno sambil mengambil sepotong kue lagi
" He..he.. iya bang, tadi nyoba - nyoba " jawab Za sambil nyengir, memperlihatkan gigi putih nya.
Zahira memang sangat senang memasak, mulai dari masakan rumahan, kue, sampai masakan ala resto dia mempelajarinya.
" Oya, Abang mau lari pagi nih, tadi sudah ada janji sama temen Abang, adek mau ikut ga?" tanya Reno, setelah meminum air putihnya hingga tandas
" Di mana bang ?"
" Cuma keliling komplek ko, kebetulan temen lama abang ada yang baru pindah ke komplek ini juga, tadi ketemu di Masjid" Jelas Reno
" Emmm..., Abang duluan aja deh, nanti Za nyusul aja" jawab Za
Sebenarnya setiap hari sabtu atau minggu memang jadwal rutin Reno dan Za untuk berolah raga, biasanya sih hanya sekedar lari pagi berdua atau menghabiskan waktu di ruang olah raga pribadi di rumah mereka.
"Hem.. ya udah abang siap - siap dulu ya" pamit Reno yang di angguki oleh Za
Reno tau kalau itu hanya alasan Za agar bisa menghindari temannya, Za memang tidak suka bergaul dengan orang - orang baru, apa lagi bila laki - laki, maka sudah pasti Za akan menghindar.
" Abang berangkat ya Za, Mam!! " teriak Reno yang sudah berlalu keluar dari rumah
" Za ko tumben ga ikut Abang?" tanya mama dengan kening mengerinyit
" Katanya Abang mau sama temennya mam, nantii biar aku nyusul aja, setelah bikin kuenya selesai " jawab Za
"Oh" Mama mengangguk - anggukan kepalanya.
"Ma... Za brangkat dulu ya" Ijin Za mencium tangan Mama Lusi
"Hati - hari Za" peringat Mama Lusi
" Iya mam, AssalamualIkum"
" Wa'alaikumussalam"
Seperti biasa, jika Za sedang joging atau berjalan sendiri tanpa Abang dan Mamanya maka ia akan memakai hodie, untuk menutup seluruh tubuhnya, tidak lupa dengan airpods yang selalu setia bertengger di telinganya.
Dengan langkah pasti ,Za mulai berlari menyusuri jalan mengelilingi komplek perumahannya, setelah di rasa cukup melakukan pemanasan.
Sekitar empat puluh lima menit ia berkeliling komplek, ia memutuskan untuk istirahat sebentar di taman komplek.
Ia mendudukan dirinya di sebuah kursi taman yang kosong, sambil membuka air minum yang tadi sempat ia beli di mini market dekat taman.
Tanpa ia sadari bibirnya menyunggingkan senyum manisnya, ketika ia memperhatikan anak - anak yang sedang asik bermain di sekitar taman, ada yang bermain ayunan, kejar - kejaran, atau hanya duduk smabil bermain bersam teman.
" Za..!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments