“Anda mau membersihkan diri, Nona Qi” sebuah suara mengejutkan Qiandra.
“Ah, oh, eh i-iya, Tuan, apa boleh aku numpang membersihkan diri dulu, dan dimana pakaianku tadi malam” tanya Qiandra dengan gugup.
“Tentu saja boleh, Nona Qi…” belum sempat Dean menyelesaikan kalimatnya sudah dipotong oleh Qiandra.
“Panggil Qiqi saja, Tuan” ucap Qiandra yang merasa tidak nyaman dipanggil Nona terus oleh Dean.
“Ah, baiklah Qiqi, kurasa itu jauh lebih nyaman, dan panggil saja aku Dean, kalau kamu ingin membersihkan diri, silahkan saja, dan masalah pakaianmu, ini sudah disiapkan, semoga ukurannya pas. Sementara pakaianmu tadi malam masih dilaundry, dan belum diantar lagi” sahut Dean dengan senyum manis pada Qiandra.
“Oh, begitu, baiklah Tu, eh maksudku Dean, aku akan membersihkan diri dulu, terima kasih untuk semua kemurahan hatimu” ucap Qiandra lembut, dia perlahan menyibak selimut tebal yang membungkus tubuhnya.
Namun, saat Qiandra akan melangkah dari tempat tidur, tubuhnya oleng dan hampir terjatuh. Dean segera menangkap tubuh wanita itu dan memeluknya dengan lembut, “Apa kamu baik-baik saja, Qi” tanya Dean dengan nada khawatir.
“Aaa, ma-maafkan aku, Dean, aku baik-baik saja, hanya sedikit pusing saja, tapi dengan mandi aku rasa tubuhku bisa segar kembali” sahut Qiandra , dia berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Dean, namun langkahnya
kembali oleng, sehingga dia kembali terjatuh ke dalam pelukan Dean. “Tenanglah dulu, Qi, jangan teburu-buru, aku akan membantumu ke kamar mandi” bisik Dean lembut ditelinga Qiandra.
“Ma-maafkan aku, Dean, aku jadi makin merepotkanmu” Qiandra benar-benar merasa canggung.
Dean tersenyum menatap semburat merah diwajah wanita itu, yang terlihat semakin menambah kecantikannya, “Jangan sungkan, Qi, ayo” ucapnya lembut, lalu dia menuntun Qiandra masuk ke kamar mandi.
Dean juga membantu mengisi bathub dengan air hangat dan beberapa tetes aroma theraphy, “Silahkan, Qi, aku ada diluar jika kamu membutuhkan bantuanku, dan oh ya itu pakaianmu” ucap Dean lagi.
“Terima kasih, Dean” sahut Qiandra malu-malu.
Dean segera keluar dari kamar mandi mewah itu meninggalkan Qiandra yang masih merasa canggung dengan semua sikap Dean. Qiandra masuk ke dalam bathub, dan setelah berendam selama beberapa saat, dia tersentak kaget. Qiandra segera membersihkan dirinya dibawah shower dan dengan terburu-buru memakai pakaian yang telah disiapkan oleh Dean.
Dengan rambut yang masih terbalut handuk, Qiandra keluar dari kamar mandi, dia melihat Dean yang sudah berganti pakaian dan sepertinya baru selesai mandi. Qiandra melepaskan handuk dari kepalanya, lalu meletakkannya di keranjang pakaian kotor.
“Qi, cepat sekali kamu mandi, ya sudah, sekarang ayo kita sarapan dulu” ucap Dean yang melihat Qiandra sudah berpakaian lengkap.
“Ah, maafkan aku, Dean, sepertinya aku harus pulang sekarang” ucap Qiandra dengan wajah sedikit khawatir.
“Ada apa, Qi, kamu belum sehat betul, sarapanlah dulu” ucap Dean masih dengan nada lembut.
“Aku sungguh-sungguh berterima kasih untuk kebaikanmu, Dean, tapi saat ini aku harus segera pulang, atau….., ah….” Qiandra terlihat menggelengkan kepalanya frustasi.
“Baiklah, baiklah, aku akan mengantarmu pulang sekarang” sahut Dean mengalah.
“Tidak, tidak, jangan merepotkan kamu lagi, Dean, biarkan aku naik taksi saja” sahut Qiandra dengan sedikit panik.
“Aku antar, atau kamu sarapan dulu, Qi, maaf, aku tidak bisa membiarkanmu pulang sendirian dalam keadaan masih belum sehat betul” ucap Dean lembut namun tegas.
“Ba-baiklah, bisa kita berangkat sekarang” tanya Qiandra pasrah.
“Oke, ayo” sahut Dean, dia mengulurkan tangannya namun dilewati oleh Qiandra yang terlihat melangkah dengan terburu-buru. Dean hanya mengernyitkan keningnya, di ruang tamu mereka bertemu dengan dokter Albert dan asisten Vian yang masih menikmati kopi mereka.
“Aku mengantar Qiqi dulu” ucap Dean tanpa memperdulikan wajah terkejut kedua sahabatnya itu. Asisten Vian segera berdiri dan menyerahkan tas Qiandra.
“Ini tas Anda, Nona, saya hanya melihat ini yang ada di dekat Anda kemaren sore” ucap asisten Vian.
“Oh, iya, memang hanya ini, terima kasih, Tuan Vian” sahut Qiandra seraya menundukkan kepalanya sedikit. “Maaf, Dean, apa bisa kita berangkat sekarang” tanya Qiandra lagi pada Dean.
“Tentu, ayo” sahut Dean, dia meraih salah satu kunci mobil yang tergantung didekat pintu apartemennya itu.
Sepeninggal Dean dan Qiandra, dokter albert dan asisten Vian saling menatap dalam kebingungan. “Vian, bagaimana bisa dalam sekejap mereka berdua sudah sedekat itu” tanya dokter Albert.
“Entahlah, Al, aku tidak bisa menjawabnya, dari kemaren sore semua yang dilakukan Dean, benar-benar membuatku kebingungan” sahut asisten Vian.
“Jangan bilang dia jatuh cinta pada wanita itu” desis dokter Albert.
“Itu yang aku khawatirkan, Al, sebenarnya tidak masalah sich, karena Qiandra juga sudah terbebas dari ikatannya, tapi aku tidak bisa membayangkan bagaiaman keluarga besar Dean menerimanya, karena status Qiandra,
benar-benar akan mempersulit keduanya” sahut asisten Vian.
“Tapi, Vian, Dean sangat sulit jatuh cinta, setelah dia terluka dulu, dia bahkan tidak pernah membiarkan seorang wanitapun berada di dekatnya. Dan sekarang, dia bahkan membiarkan Qiandra tidur di kamarnya, ditempat tidurnya, kamu bisa bayangkan seberapa dalam rasa antusiasnya pada wanita itu” ucap dokter Albert dengan termangu.
“Hah, entahlah, Al, aku juga bingung, dari sikap dan perlakuan Dean pada wanita itu, terlihat jelas bahwa dia sangat mengagumi wanita itu, bahkan mungkin sudah mencintainya” sahut Vian.
“Tak bisa dipungkiri, Qiandra benar-benar cantik, dia wanita yang sempurna, kalau Dean tak berminat, kurasa aku tidak akan menolaknya, bagi keluargaku statusnya tidak akan jadi masalah” kekeh dokter Albert.
“Jangan coba bertindak macam-macam, Al, kamu lihat bagaimana posesifnya Dean pada wanita itu, dia bahkan tidak menyuruhku mengantar Qiandra” asisten Vian melempar bantalan kursi ke wajah dokter Albert.
“Ha ha ha, aku hanya bercanda, Vian, siapalah kita ini, mana berani aku bersaing dengan Dean dan juga si Daniel itu, apa kamu bisa percaya kalau jomblo akut itu mempertahankan Qiandra menjadi asistennya hanya karena kemampuan Qiandra” dokter Albert tertawa renyah.
Dokter Albert, seperti juga dengan asisten Vian, sangat menyadari siapa diri mereka. Walaupun kehidupan mereka sangat mapan saat ini, namun mereka sangat sadar kalau semua itu mereka dapatkan karena pertolongan Dean. Dua pemuda tampan ini bahkan telah berjanji tidak akan menikah sebelum Dean menemukan pasangan hidupnya dan bahagia.
“Yah, kamu benar, Al, aku yakin Daniel juga sama dengan Dean, tapi, kurasa Qiandra tipe wanita yang sangat setia. Setiap kami berkunjung ke makam Mama, Qiandra selalu ada di makam itu, dan aku yakin itu adalah makam suaminya” desah asisten Vian.
Dokter Albert dan asisten Vian memanggil kedua orang tua Dean dengan sebutan mama dan papa, sama seperti Dean. Mama Dean telah meninggal dunia sekitar tiga tahun tahun yang lalu, dan sekarang papa Dean telah menikah dengan sekertarisnya sendiri yang menyebabkan mama Dean terkena serangan jantung.
Hal inilah yang membuat Dean tidak pernah kembali ke rumahnya, dia menyayangi ayahnya, tapi dia sangat sulit menerima wanita yang menjadi ibu tirinya itu. Dia bahkan sangat membenci wanita itu, dan berimbas membuat dia tidak mau didekati oleh wanita manapun.
“Haish, mengapa kisah cinta Dean selalu rumit, ya, aku yakin kali inipun tidak akan mudah baginya untuk mendapatkan wanita itu, kalaupun dia mendapatkannya, dia akan berhadapan dengan keluarga besarnya itu” desah dokter Albert.
“Hei, jangan bilang kamu mengkhawatirkan kisah cinta Dean, karena kamu tidak bisa menikah sebelum dia menikah, Al” seru asisten Vian dengan senyum smirk.
“Ya, tentu saja, bagaimana kita bisa memikirkan pernikahan kalau Dean saja belum punya pacar, sekalinya dapat, semuanya bermasalah” keluh dokter Albert.
“Haish, dasar kamu ini, kalau kamu memang sudah sangat ingin menikah, ya menikah aja sana, Dean tidak akan melarangmu” kekeh asisten Vian mendengar jawaban sahabatnya itu.
“Ya jelaslah Dean tidak akan melarang, yang punya janji kan aku sama kamu, dan kalau aku mengingkari janjiku, aku yakin seumur hidupku kamu pasti akan menceramahiku” sahut dokter Albert.
“Ha ha ha, dasar, kebanyakan alasan kamu, bilang aja memang belum punya calon” tawa renyah asisten Vian membahana di ruangan itu.
“Itu alasan utamanya” sahut dokter Albert lalu tertawa juga.
“Yah, kita berdua hanya bisa berdoa saja, semoga kali ini Dean tidak terluka lagi dan bisa mendapatkan kebahagiaannya” ucap asisten Vian setelah tawanya mereda. Dokter Albert hanya bisa manggut-manggut menyetujui ucapan asisten Vian.
“Ya, sudah, aku ke rumah sakit dulu, apa kamu akan menunggu Dean disini” tanya dokter Albert pada asisten Vian.
“Sepertinya begitu, aku akan mengurus kantor dari sini dulu, sampai ada instruksi lain dari Dean, aku tidak ingin menelepon dia yang pasti sedang tidak ingin diganggu sekarang” sahut asisten Vian.
“Oke, kalau begitu aku berangkat dulu” pamit dokter Albert, lalu dia melangkah meninggalkan apartemen mewah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments