Dean memasuki kamar tidurnya, dia mendekati tempat tidurnya dan kembali memperhatikan wajah wanita yang baru diketahui namanya sebagai Qiandra. Dean menatap wajah tirus itu dengan seksama, hidung mancung dan bibir pink natural yang terlihat sangat mempesona. Rambut kecoklatan yang tebal dan bergelombang, terlihat sangat indah menghiasi wajah oval yang terlihat masih agak pucat.
“Sayang, kumohon, jangan pergi lagi, jangan tinggalkan aku, aku letih, aku tak mampu lagi, kumohon bawa aku pergi bersamamu” tiba-tiba bibir seksi itu berbicara dalam tidurnya. Dean tertegun mendengar kata-kata yang diucapkan Qiandra. Dan Dean semakin terkejut saat melihat air mata mengalir dari sudut mata wanita itu.
“Sebegitu besar cintamu pada suamimu, tapi mengapa kamu begitu menderita, kehidupan macam apa yang kamu jalani, waktu dua tahun benar-benar tidak membuatmu bisa melupakan suamimu, sehebat apa dia” desis Dean.
Tangan Dean terulur untuk memperbaiki beberapa helai rambut Qiandra yang menutupi wajah wanita itu. Tiba-tiba, Qiandra meraih tangan Dean dan memeluknya erat, “Sayang, kumohon jangan pergi, jangan tinggalkan aku, hik…hik…hik” wanita itu bahkan terisak.
Dean kembali terkejut, dia bahkan tidak tega menarik tangannya dari pelukan wanita itu, “Aku tidak akan meninggalkanmu, tidurlah, aku berjanji, aku tidak akan meninggalkanmu” bisik Dean lembut di telinga Qiandra. Dia menghapus air mata wanita itu dengan ibu jari tangannya yang bebas, bahkan perlahan dia mengelus rambut wanita itu, seakan berusaha memberi wanita itu ketenangan.
Dan ternyata sentuhan Dean benar-benar memberikan pengaruh pada Qiandra, wanita itu terlihat kembali tenang. Bahkan bibir wanita itu terlihat tersenyum bahagia, “Cantik sekali” desis Dean yang terpesona pada senyum manis Qiandra.
Dean terus mengelus rambut wanita itu, bahkan tanpa sadar matanya tertutup dan dia tertidur dengan kepala bersandar disamping Qiandra. Salah satu tangannya masih dipeluk oleh Qiandra dan tangan lainnya masih diatas kepala wanita itu.
Saat pagi menjelang, matahari mulai menampakkan cahayanya dengan semburat indahnya, seolah mengatakan pada semua mahkluk bahwa hari akan segera dimulai. Hari baru dengan berbagai kisah baru yang bisa diukir oleh setiap insan, untuk mewarnai perjalanan hidup masing-masing.
Qiandra perlahan membuka matanya, dia terkejut saat merasakan ada tangan kekar dalam pelukannya. Lebih terkejut lagi saat melihat wajah sorang laki-laki yang tampan bersandar disisi tempat tidurnya. Hampir saja Qiandra berteriak dan mendorong laki-laki itu, namun dia sempat berpikir untuk menenangkan dirinya.
Dengan perlahan Qiandra melepas pelukannya dari tangan kekar pria itu, dia menggeser badannya dengan perlahan sedikit menjauhi laki-laki itu. Namun, gerakannya membuat laki-laki itu tersadar dan bangun dari lelapnya.
“Selamat pagi, Nona” sapa Dean pada Qiandra.
“Pa-pagi, ma-maaf, sekarang aku ada dimana, apa yang terjadi padaku” tanya Qiandra terbata, dia berusaha untuk bangun, dan dia terpekik saat menyadari kalau tubuhnya hanya terbalut jubah mandi. “Aaaaa…… apa yang terjadi, pakaianku, ke-kenapa, bagaimana bisa” serunya terbata dalam keterkejutannya.
“Ah, maafkan aku, Nona, disini tidak ada pakaian wanita, lagipula, aku tidak bisa memasang pakaian wanita. Bajumu tadi malam kulepas karena sudah basah kuyup dan kuganti dengan jubah mandi itu” sahut Dean santai.
“A-anda yang melepas bajuku?, ta-tapi….” Qiandra benar-benar terkejut mendengar pakaiannya dilepas oleh laki-laki tampan itu.
“Iya, aku yang melepas pakaianmu, disini aku tidak punya pelayan, mereka hanya datang tiga hari sekali, itupun hanya pagi hari, tapi Anda tenang saja, aku melepas pakaianmu dalam selimut itu, jadi, aku sama sekali tidak melihat tubuh Anda” sahut Dean dengan tenang, dia kemudian duduk di salah satu sofa yang ada diruangan itu.
“Ta-tapi bagaimana aku bisa ada disini, apa yang terjadi padaku, dan dimana ini” tanya Qiandra lagi yang masih kebingungan dengan keadaannya.
“Hmmm, rupanya Anda benar-benar lupa, Nona, kemaren Anda kehujanan di makam, lalu Anda jatuh tak sadarkan diri, sementara hujan lebat dan hari sudah mulai gelap. Jadi, aku dan sahabatku memutuskan untuk membawamu pulang, dan tadi malam juga dokter sudah memeriksa keadaanmu dan memasang infus itu ditanganmu” Dean menjelaskan pada Qiandra.
Qiandra termenung sesaat, berusaha merangkai semua ingatannya, “Jadi, Anda laki-laki yang memayungi aku kemaren, Tuan” tanya Qiandra lagi.
“Betul sekali, tampaknya Anda sudah bisa mengingatnya” sahut Dean.
“Mengapa Anda menolong saya, Tuan, seharusnya Anda membiarkan saya disana” desis Qiandra pelan.
“Hah, aku tidak bisa membiarkan seorang wanita cantik mati konyol dihadapanku hanya karena masalah hidupnya” sahut Dean yang sedikit kesal saat menyadari wanita itu memang ingin mengakhiri hidupnya.
“Anda tidak tahu apa yang aku jalani dan aku hadapi, Tuan, jadi Anda tidak tahu seberat apa jalan hidupku” desis Qiandra lagi.
“Tapi, setidaknya Anda menghargai bagaimana perasaan orang-orang yang mengasihi Anda, mereka tentu akan berduka jika kehilangan Anda” sahut Dean berusaha menasehati wanita itu sekaligus ingin perlahan mencari tahu tentang wanita itu.
“Tidak ada yang akan kehilangan aku, justru kematianku mungkin akan menjadi kebahagiaan bagi semua orang” Qiandra menjawab dengan mata yang terlihat sarat dengan air mata.
“Lalu bagaimana dengan orang tua, saudara atau pacar Anda” Dean berusaha memancing jawaban Qiandra.
“Sayangnya aku tida memiliki semuanya itu” sahut Qiandra dengan nada getir, “Aku hanya seorang diri” isaknya lagi tanpa mampu membendung air mata yang mengalir di wajah cantiknya.
Dean terkejut mendengar jawaban Qiandra, dalam hati dia bertanya-tanya apa memang Qiandra tidak punya siapapun di dunia ini. Namun, Dean tidak sampai hati bertanya pada Qiandra melihat kondisi wanita itu yang begitu lemah. Dean melangkah mendekati tempat tidur dimana Qiandra masih terbaring, dia duduk disamping wanita itu.
“Hmmm, baiklah, sekarang apa aku boleh tahu siapa nama Anda, Nona” tanya Dean dengan sopan, dia berusaha mengalihkan pembicaraan mereka, agar wanita itu tidak lagi bersedih.
“Oh, iya, maaf aku lupa memperkenalkan diri, perkenalkan aku Qiandra Zwetta Aldrich, Tuan…” sahut Qiandra seraya mengulurkan tangannya pada Dean.
“Dean Walt Zacharias, panggil saja aku Dean” sahut Dean seraya meraih tangan Qiandra.
“Oh, baiklah Tuan Dean, panggil saja aku Qian, atau Andra terserah anda” Qiandra tersenyum manis, namun tiba-tiba dia menarik tangannya dan menutup mulutnya, “Ja-jangan bilan Anda, Anda Tuan Dean, presidir PT.Zachas” tanya Qiandra dengan ragu-ragu.
“Sepertinya Anda mengenal saya, Nona Qi” sahut Dean membuat Qiandra mengernyitkan keningnya dan sedikit tersentak, “Mulai sekarang aku akan memanggilmu Nona Qi, kuharap Anda tidak keberatan, atau ada orang lain yang memanggilmu demikian” lanjut Dean.
“Ti-tidak mengapa, Tuan Dean, tidak ada yang memanggilku begitu kecuali……” Qiandra menarik nafas berat, matanya tiba-tiba menjadi sendu menatap kosong dinding kamar mewah itu. “Maafkan aku sudah merepotkan Anda, Tuan Dean, sekarang apa boleh saya kembali pulang” tanya Qiandra.
Dean sangat penasaran dengan perkataan yang tidak diselesaikan oleh Qiandra, siapa orang yang juga memanggilnya dengan nama ‘Qi’. Tapi Dean tidak ingin membuat Qiandra merasa tidak nyaman, “Tentu saja boleh, Nona Qi, tapi tolong Anda menunggu dokterku, sebentar lagi dia akan datang dan memeriksa keadaan Anda” sahut Dean.
Baru saja Dean menyelesaikan kata-katanya, pintu kamar itu diketuk dari luar, “Masuk” seru Dean.
Dua orang laki-laki masuk kedalam kamar itu, salah satunya membawa makanan dan yang satunya lagi membawa tas peralatan, sepertinya dia seorang dokter, terlihat dari jas putih yang digunakannya,
“Selamat pagi, Nona….” sapa laki-laki dengan jas putih itu.
“Pagi, Qiandra, panggil saja saya Qian, Dok” sahut Qiandra.
“Oh, iya nama yang cantik, Nona Qian, aku dokter Albert, dokter pribadi sekaligus sahabat Dean” sahut dokter itu, “Dan yang itu Vian” lanjutnya lagi seraya menatap asisten Vian yang sedang menata makanan diatas sebuah meja kecil.
“Asisten Vian, ya” tanya Qiandra ragu-ragu.
“Saya, Nona” sahut Vian sambil menundukkan sedikit kepalanya.
“Baiklah, Nona Qian, sekarang ijinkan saya memeriksa keadaan Anda dulu” ucap dokter Albert, lalu dia mulai mengeluarkan peralatannya dan memeriksa keadaan Qiandra.
Sementara Dean dan asisten Vian tetap berdiri disamping tempat tidur itu, Dean bahkan menatap dengan intens apapun yang dilakukan oleh dokter Albert, membuat dokter tampan itu jadi salah tingkah.
Dokter Albert menyelesaikan pemeriksaannya dengan cepat, “Sepertinya keadaan Anda sudah sangat baik, Nona, kalau begitu, aku akan melepaskan selang infus Anda sekarang” ucapnya. Lalu dia mengambil peralatan lainnya untuk melepaskan selang infus Qiandra, setelah terlepas, dokter Albert mengumpulkan semuany dalam sebuah kresek.
“Selesai, sekarang Anda boleh sarapan dulu Nona Qian, nanti silahkan Anda minum obat ini” ucap dokter Albert dengan senyum manis, seraya menyerahkan beberapa macam obat untuk Qiandra.
Dean menatap tajam pada dokter Albert, “Sekedar tersenyum saja, aku sudah dipelototin, astaga tak bisa kubayangkan kalau nona ini jadi kekasihnya” sungut dokter Albert seraya mengumpulkan semua peralatnnya.
“Emmm, maaf Dok, apa boleh saya membersihkan diri dulu sebelum sarapan” tanya Qiandra dengan ragu-ragu.
“Aaa, ten…, eh, maksud saya terserah tuan Dean, saya permisi dulu Nona Qiandra” dokter Albert terlihat sangat salah tingkah dan segera meninggalkan kamar itu diikuti oleh asisten Vian.
“Kenapa dokter itu” desis Qiandra kebingungan melihat sikap dokter Albert.
“Anda mau membersihkan diri, Nona Qi” sebuah suara mengejutkan Qiandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Siti Fatonah
posesif sekali dean blm resmi
2022-11-17
0
chikaa adja
sukaa...semangat thor..😘😘
2021-12-20
1