“Namanya, aku tidak tahu, pekerjaannya, apalagi, dan statusnya di sampingku, dia bukan siapa-siapa, karena aku pun tidak mengenalnya” sahut Dean masih dengan gaya cool dan santai.
“Apaaa!!” seru dokter Albert terkejut mendengar penjelasan Dean.
“Ish, apa kamu tidak bisa memperbesar lagi suaramu, atau apa perlu sekalian aku ambilkan microphone untukmu, bicara kok sepertinya kami disini tuli semua” omel Dean mendengar seruasn nyaring dokter Albert.
“Hei, hei, jangan coba membohongiku, aku tidak akan percaya kalau kalian berdua tidak mengenal wanita ini, sementara kamu menempatkan dia di dalam kamarmu sendiri, di tempat tidurmu, sementara….” dokter Albert menutup mulutnya saat melihat lirikan tajam Dean.
Walaupun mereka bersikap santai dan sudah bersahabat sejak lama, namun baik asisten Vian maupun dokter Albert tidak akan berkutik jika Dean sudah berucap. Mereka berdua hanya akan mengikuti saja, karena memang Deanlah yang selalu membuat keputusan untuk mereka berdua. Dan Dean pula yang telah membiayai pendidikan Albert dan Vian, karena keduanya berasal dari keluarga yang tidak mampu.
“Kamar tamu belum dibersihkan, kamu sendiri tahu, pelayan hanya datang tiga hari seksalii ke tempat ini. Jadi, dalam keadaan darurat, apakah salah kalau aku menempatkannya di kamarku” tanya Dean tetap dengan gaya santai.
Dokter Albert mendengus kesal, dia ingin protes pada pernyataan Dean. Tapi saat dia melihat asisten Vian yang menggelengkan kepalanya dengan samar saat menatap ke arahnya,dokter Albert akhirnya memutuskan tidak membahas jawaban Dean lagi.
“Lalu, apa rencanamu selanjutnya” tanya dokter Albert lagi pada Dean.
“Besok pagi, saat dia sudah bangun aku akan mengantarnya kembali ke rumahnya” sahut Dean. Asisten Vian dan dokter Albert saling melirik samar, keduanya kembali heran mendengar Dean mau meluangkan waktu hanya untuk mengantar wanita itu.
“Tapi, apa kamu tahu alamatnya” tanya dokter Albert lagi.
“Hmmmm, mungkin besok aku akan menanyakan langsung padanya” jawab Dean.
“Emm, maaf, Tuan, tadi aku ada membawa tas wanita itu, apa boleh kita mencari tahu tentang wanita itu dengan melihat identitasnya yang mungkin ada dalam tas ini” ucap asisten Vian seraya meletakkan sebuah tas tangan wanita diatas meja tamu.
“Boleh juga” sahut Dean, dia ingin meraih ta situ namun segera dicegah oleh dokter Albert.
“Tunggu, Dean, sebaiknya jangan meninggalkan jejak sidik jarimu, pakailah ini” seru dokter Albert seraya menyerahkan sarung tangan pada Dean. Dean mengikuti saran temannya, dengan menggunakan sarung tangan dia mulai membuka tas wanita itu.
Dean menemukan sebuah phonsel keluaran lama yang layarnya telah retak dibeberapa bagian, namun ada juga sebuah tablet keluaran terbaru dalam tas itu. Ketiga laki-laki tampan itu mengerutkan kening, melihat perbedaan mencolok kedua benda itu. Yang satu sudah uzur sementara yang lain adalah barang brended.
Dean melanjutkan membongkar ta situ, dia menemukan sebuah dompet dari merek terkenal namun terlihat sudah lusuh. “Dompet seperti ini sama seperti dompet rekan kerjaku di rumah sakit, harganya lumayan sich, tapi itu dua tahun yang lalu” tiba-tiba dokter Albert berkomentar melihat dompet itu.
Dean hanya diam, lalu dia membuka dompet itu, dan mereka kembali tercengang. Dalam dompet itu hanya ada uang cash dua ratus ribu. Sebenarnya, bukan hal yang aneh jika orang memeiliki uang cash yang sedikit, tapi biasanya akan ada beberapa kartu kredit ataupun debit didalam dompet.
Namun, didalam dompet wanita itu, Dean sama sekali tidak menemukan satupun kartu kredit maupun kartu debit. Didalam dompet itu hanya ada sebuat kartu pengenal dan surat ijin mengemudi.
“Qiandra Zwetta Aldrich, umur dua puluh tiga tahun, alamat, di komplek XX, No.7” Dean membaca kartu pengenal wanita itu, “Wow, nama yang luar biasa” desisnya dengan senyum smirk.
“Hei, komplek XX adalah komplek perumahan yang cukup mewah, aku punya beberapa pasien di komplek itu, kalau wanita ini tinggal diperumahan itu, berarti dia termasuk orang yang cukup berada, atau….” ucap dokter Albert, yang memang punya beberapa pasien di komplek tersebut, terhenti tiba-tiba.
“Atau apa, Al” tanya asisten Vian penasaran.
“Maaf, Dean, atau dia emmm, pelayan disana” ucap dokter Albert pelan.
Dean hanya melirik dokter Albert sekilas, dan saat dia membalik kartu pengenal itu, Dean kembali terkejut, “Sekertaris Presidir PT. Mahardika” serunya, yang membuat kedua orang sahabatnya kembali terkejut.
“Ja-jadi wanita ini sekertaris Daniel Putra Mahardika?, ta-tapi bagaimana mungkin” seru dokter Albert cepat. Dokter Albert memang yang paling cerewet diantara ketiga laki-laki tampan itu.
“Ini aneh, Tuan, PT. Mahardika perusahaan multi nasional yang bahkan hampir sama besarnya dengan perusahaan kita, bagaimana mungkin memiliki sekertaris utama dalam keadaan seperti ini” asisten Vian juga mengernyitkan keningnya heran.
“Coba kamu cek profilnya, Vian” sahut Dean setelah sempat terdiam selama beberapa saat.
Tanpa bicara, asisten Vian segera mengambil tabletnya dan mulai mengutak atik benda itu. “Tidak diragukan lagi, Tuan, wanita ini memang sekertaris Daniel, dan….. dia sudah menikah” desis asisten Vian dengan ragu-ragu.
Dean merampas tablet itu dari tangan asisten Vian, membuat kedua sahabatnya cukup terkejut melihat sikap Dean. “Menikah dengan Charles Wijaya” gumam Dean, “Hei, apa kalian kenal siapa Charles Ethan Demitrius” serunya tiba-tiba, keningnya terlihat berkerut dalam.
“Dia CEO PT. Demetrius, tapi kalau tidak salah dia sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan dua tahun yang lalu” sahut dokter Albert dengan ragu-ragu. “Ah, ya, aku ingat sekarang, Charles meninggal dalam sebuah kecelakaan, berdasarkan pemeriksaan polisi, sebenarnya dia bisa selamat, namun, dia berusaha menyelamatkan istrinya yang terjebak dalam mobil mereka. dan saat mobilnya meledak, Charles sempat melindungi tubuh istrinya, sehingga dia mengalami luka bakar yang sangat parah dan akhirnya menyebabkan dia kehilangan nyawanya” dokter Albert bercerita dengan panjang lebar.
“Bagaimana kamu bisa mengetahui sampai se detail itu” tanya Dean, secercah harapan yang tadi sempat hilang dari hatinya, perlahan kembali merakah lagi.
“Kisah ini sempat ramai diperbincangkan dulu, karena sikap heroic Charles yang berusaha menyelamatkan istrinya, saat itu istrinya sedang hamil muda, namun karena benturan keras, istrinya mengalami keguguran” dokter Albert kembali bercerita.
“Jadi, benar wanita ini istri Charles” tanya Dean memastikan.
“Kalau hal itu, aku kurang tahu, Dean, karena nama istrinya tidak pernah disebutkan, dan wajahnyapun tidak pernah diperlihatkan” sahut dokter Albert lagi.
“Semakin menarik saja” desis Dean, yang membuat kedua sahabatnya kembali saling menatap dalam kebingungan.
“Tapi, kurasa wanita ini cukup berharga bagi Daniel, kalau dilihat dari masa kerjanya ini, dia sudah bekerja di perusahaan Daniel selama dua tahun terakhir ini, yang artinya sejak suaminya meninggal” ucap asisten Vian, membuat Dean dan dokter Albert menatap heran kearahnya.
“Maksudmu apa, Vian” tanya Dean.
“Ada rumor yang mengatakan Daniel tidak pernah mempekerjakan sekertaris lebih dari enam bulan, semuanya tidak ada yang cocok dengannya. Aku kira itu berlaku sampai sekarang, tapi ternyata wanita ini telah bekerja selama dua tahun dan menjadi sekertaris Daniel, bahkan sejak dia mulai bekerja” sahut asisten Vian seraya menunjukkan Curiculum Vitae dari wanita itu.
“Hais, sepertinya akan ada persaingan ketat” celetuk dokter Albert, yang membuat Dean kembali menatapnya dengan tajam, membuat dokter tampan itu langsung terdiam. “Emm, baiklah, aku akan pulang dulu, besok pagi aku akan sempatkan kesini untuk memeriksa kondisi wanita itu lagi” lanjutnya, serya berdiri dan mengambil
peralatannya.
“Tuan, apa aku tetap menginap disini” tanya asisten Vian ragu-ragu.
“Tetaplah disini, Vian, aku tak mau Qiandra salah sangka saat dia bangun nanti” ucap Dean tegas. Dokter Albert dan asisten Vian kembali saling melirik dan secara bersamaan keduanya mengangkat bahu.
“Baiklah, aku akan beristirahat di kamarku” sahut asisten Vian setelah dokter Albert pergi dari apartemen itu.
“Vian, pesankan pakaian untuk Qiandra, dan besok pagi harus sudah siap” ucap Dean seraya berdiri, “Dan rapikan barang-barangnya, bersikaplah seolah kita tidak tahu apa-apa tentangnya, katakan hal itu juga pada si cerewet itu” lanjutnya lagi.
Asisten Vian hanya mengangguk, dia tahu si cerewet yang di maksud Dean adalah Dokter Albert. Asisten Vian memakai sarung tangan yang lain, dan mulai merapikan barang-barang Qiandra, kemudian dia meletakkan tas itu diatas meja pojok, seolah tas itu tidak pernah mereka sentuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Piet Mayong
menarik...
2022-01-24
1