“Periksalah wanita itu” sahut Dean santai.
“Apaa!!” seru dokter Alfred.
“Hei, jangan berteriak, aku hanya menyuruhmu memeriksa, bukan membunuh” seru Dean.
“Tapi, tapi wanita mana” tanya dokter Alfred kebingungan, dia sama sekali tidak melihat ada siapapun di dalam kamar besar itu.
“Dia sedang tidak sadarkan diri di tempat tidur itu” sahut Dean seraya menatap ke arah tempat tidurnya.
Dokter Alfred mengikuti arah mata Dean, dan betapa terkejutnya dia saat melihat kepala seorang wanita yang tersembul dari selimut tebal yang menutupi tubuh wanita itu. “A-apa yang kamu lakukan, Dean, jangan bilang kamu menggila karena terlalu lama tidak menyentuh wanita” seru dokter Albert.
“Astaga, Al, sudahlah, jangan membuat prasangka yang tidak-tidak, segeralah periksa keadaannya” seru Dean yang mulai merasa kesal dengan berbagai pertanyaan dari dokter Alfred.
“Iya, iya, tapi setelah ini kamu harus menjelaskan semuanya padaku, Tuan Muda” sahut dokter Alfred seraya melangkah menuju ke tempat tidur besar yang ada ditengah ruangan besar itu.
“Hemmm” Dean mendengus kesal, dia tidak mau mendebat dokter Alfred lagi. dean juga mengikuti langkah dokter Alfred bersama dengan asisten Vian, mereka berdua menatap dokter Alfred yang sedang mengeluarkan peralatannya.
“Wajahnya pucat sekali, dan, astaga, wanita ini sedang demam” seru dokter Albert saat menyentuh kening wanita itu. Dia mulai mengeluarkan beberapa peralatannya dan mulai memeriksa kondisi wanita itu.
Dean dan asisten Vian hanya diam dan tidak menanggapi ucapan dokter Albert, mereka berdua hanya memperhatikan dokter Albert yang mulai memeriksa keadaan wanita itu. Saat dokter Albert akan membuka selimut wanita itu, Dean langsung berseru protes.
“Hei, kamu mau ngapain, Al, jangan coba-coba bertindak mes*m ya” seru Dean dengan nada mengancam.
“Hais, Tuan Muda yang terhormat, apa Anda tidak pernah diperiksa, saya perlu memeriksa detak jantungnya, nadinya dan hal lainnya yang saya rasa tidak perlu saya jelaskan pada anda. sekarang, bisakah Anda tenang, dan biarkan saya berkonsentrasi memeriksa pasien saya” sahut dokter Albert tak kalah kesal.
Dean akhirnya mengalah, walaupun dia sangat tidak suka saat melihat dokter Albert menyentuh tubuh wanita itu. Dean merasa tidak rela kalau tubuh wanita itu disentuh oleh orang lain. Namun, dia juga sadar bahwa dokter Alfred tidak mungkin melakukan hal-hal yang tidak-tidak pada pasiennya terutama menyangkut orang-orang Dean.
“Wanita ini sangat lemah, sepertinya dia terlambat makan atau tidak makan sama sekali, dia juga sangat kelelahan. Ini yang menyebabkan dia tidak sadarkan diri, sepertinya wanita ini sedang dalam masalah yang berat” ucap dokter Albert.
“Jadi, apa yang harus kita lakukan” tanya Dean dengan nada khawatir.
“Aku akan memasang infus untuknya, sehingga bisa segera mengembalikan tenaganya, sekaligus memberinya obat” sahut dokter Alfred. Dia segera mengeluarkan beberapa peralatan lainnya dan sebotol infus. Dengan cepat dokter tampan itu memasang infus di pergelangan tangan kurus wanita itu.
Setelah selesai memasang infus, dokter Albert mengambil beberapa botol obat cair dan mengambilnya dengan jarum suntik. Kemudian dia menyuntikkan obat itu melalui selang infus di tangan wanita itu. “Biarkan dia beristirahat malam ini, dia akan bangun besok pagi dalam keadaan lebih bugar dan sehat” ucap dokter Albert.
Dokter muda itu mulai mengumpulkan peralatannya, dan membuang semua sampah bekas obat-obatan yang digunakannya kedalam kantong plastik. “Kurasa, sekarang saatnya aku mendapatkan segelas kopi” ucapnya dengan santai.
“Lalu, bagaimana wanita ini” tanya Dean yang masih belum tenang karena wanita itu masih belum sadarkan diri.
“Tenanglah, dia akan tidur sampai besok pagi, aku sudah memberinya sedikit obat penenang tadi” sahut dokter Albert.
Dean hanya mengangguk, lalu dia menatap ke arah asisten Vian, asisten Vian segera memahami maksud tuannya itu. “Mari, Tuan Al, saya akan membuatkan secangkir kopi untuk Anda” ucap asisten Vian pada dokter Albert.
“Aku masih menunggu penjelasanmu, Tuan Muda” sahut dokter Albert pada Dean, dia menepuk pundak laki-laki tampan itu pelan, lalu melangkah mengikuti asisten Vian.
Dean hanya mendengus mendengar ucapan sahabat sekaligus dokter pribadinya itu. Dia mendekati wanita itu, kemudian dia memperhatikan wajah wanita itu. “Cantik” desisnya saat melihat wajah cantik wanita yang terlihat mulai merona itu.
Perlahan Dean merapikan beberapa helai rambut panjang wanita itu yang menutupi wajah cantiknya. Dean tersenyum samar saat merasakan kening wanita itu sudah tidak lagi sepanas tadi. Secara refleks tangan Dean
membelai rambut panjang wanita itu, dia menatap wajah cantik itu dengan intens.
“Entah siapa kamu, dan apa yang terjadi padamu, tapi aku merasa sangat ingin melindungimu. Ah, rasa ini, aku sudah sangat lama tidak merasakannya” bisik hati Dean.
Dean menyadari ada getaran halus dalam dadanya saat dia memandang dan berdekatan dengan wanita itu, rasa yang sudah lama tidak pernah dirasakannya, bahkan sejak tiga tahun yang lalu.
Dean memperbaiki selimut wanita itu, “Tidurlah, semoga hari esok kamu sudah merasa lebih baik lagi” desisnya pelan. Dean kembali menatap wanita itu dengan intens, hingga akhirnya dia melangkah meninggalkan kamar itu untuk menemui dokter Albert.
Di ruang tamu, dokter Albert terus menerus mendesak asisten Vian untuk menceritakan tentang wanita itu. Namun, asisten Vian tidak menjawabnya dengan serius, “Ayolah, Vian, aku tak percaya kamu tidak tahu tentang wanita itu, kamu kan selalu bersama dengan Dean” bujuk dokter Albert.
“Aku sungguh tidak tahu, dok, Anda tanyakan saja langsung pada Tuan Dean” sahut asisten Vian.
“Ish, sudah kubilang berapa kali, jangan memanggilku seperti itu Tuan Vian” seru dokter Albert, dia tahu Vian tidak mau dipanggil tuan olehnya.
“Iya, iya, Al, tapi aku sungguh tidak tahu dan tidak mengenal wanita itu” sahut asisten Vian lagi.
“Bagaimana kamu bisa tidak mengenal wanita itu, sementara dia sangat dekat dengan Dean” tanya dokter Albert tidak mempercayai perkataan asisten Vian.
“Siapa bilang wanita itu dekat dengan Tuan Muda” ucap asisten Vian, dia membawa tiga gelas kopi ke ruang tamu lalu meletakkannya di atas meja.
“Hei, bagaimana kamu bisa mengatakan dia tidak dekat dengan Dean, dia bahkan tidur di kamar Dean, di tempat tidurnya lagi. Padahal, Dean tidak pernah mengijinkan wanita manapun naik ke tempat tidurnya, jangankan naik ke tempat tidurnya, bahkan untuk masuk kamarnya saja, Risty dulu tak pernah diijinkannya” sahut dokter Albert, dia mengambil kopi yang disajikan oleh asisten Vian.
“Harus berapa kali kuperingatkan, jangan lagi menyebut nama ja*ang itu dihadapanku” sarkas suara bariton di belakang punggung dokter Albert. Gelas kopi yang dipegang oleh dokter tampan itu hampir saja jatuh ke pangkuannya.
“Astaga, Dean, kamu hampir saja membuatku mandi kopi panas” gerutu dokter Albert, dia mengembalikan gelas kopinya ke atas meja lagi.
Dean menghempaskan dirinya di salah satu sofa empuk nan mewah yang ada di ruang tamunya itu, “Aku tidak suka mendengar siapapun menyebut nama ja*ang itu jika berada disekitarku” kembali Dean mengulang kata-katanya dengan penuh penekanan.
“Okey, okey, maafkan aku, sekarang tolong jelaskan siapa wanita yang terbaring di kamarmu itu. Dan jangan membohongiku dengan mengatakan kamu tidak mengenalnya sama seperti jawaban asistenmu itu” sahut dokter Albert sambil melirik asisten Vian dengan tajam.
Asisten Vian hanya berdiam diri, dia dengan santai menyeruput kopi panasnya. Dalam keadaan seperti ini, mereka memang tidak terlihat berbeda, karena Dean, Vian dan Alberth memang sudah bersahabat sejak mereka di bangku sekolah menengah atas. Dan Dean selalu meminta Vian bersikap santai jika sudah diluar waktu kerja mereka, walaupun Vian memang tidak bisa berhenti memanggil Dean dengan sebutan Tuan.
Dean mengambil gelas kopinya dan mulai menyeruput dengan santai menikmati keharuman kopi panas yang disuguhkan oleh asisten Vian. Dean sengaja mengulur waktu, membuat dokter Albert semakin penasaran.
“Hei, ayolah, ceritakan semuanya padaku” seru dokter Albert tak bisa lagi menahan rasa penasarannya.
“Hmmm, tapi apa yang bisa aku ceritakan” tanya Dean dengan santainya.
“Ya, semuanya tentang wanita itu, namanya, pekerjaannya, statusnya disampingmu, dan apa saja” seru dokter Albert setengah frustasi melihat sikap santai Dean dan asisten Vian.
“Namanya, aku tidak tahu, pekerjaannya, apalagi, dan statusnya di sampingku, dia bukan siapa-siapa, karena aku pun tidak mengenalnya” sahut Dean masih dengan gaya cool dan santai.
“Apaaa!!” seru dokter Albert terkejut mendengar penjelasan Dean.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
sal01
makasih ya
2022-01-31
0
Piet Mayong
insting ya tuan muda....
2022-01-24
1