Pagi harinya Rafael pukul tujuh pagi sudah rapi turun dari lantai atas dengan wangi parfum yang menyeruak sampai menyengat hidung.
"Kak El wangi banget, baru jam tujuh mau kemana?, biasanya jam segini masih ngorok kadang juga masih ileran?" tanya Najja yang sudah menggunakan seragam SMU dan siap berangkat.
"Enak aja, Najja tuuuh yang suka ngorok dan ileran, coba lihat bantalnya banyak gambar pulaunya, gara-gara iler Najja yang ngeces terus tiap malam" Rafael tidak mau kalah.
"Papi, Mami maaf, El berangkat duluan ada yang mau El kerjakan" Rafael bergegas keluar rumah berpamitan kepada kedua orang tuanya yang sedang sarapan pagi bersama Najja adiknya.
"Mau kemana, sarapan dulu kak, bukannya meeting bareng Papi jam sembilan?" tanya Papi Faro melihat putranya semangat empat lima dengan dandanan yang paripurna.
"Ada sesuatu yang mau El kerjakan dulu Papi, tapi tenang aja El pasti tepat waktu datang saat meeting nanti".
Papi Faro dan Mami Inneke hanya saling pandang, hanya tersenyum bisa menebak kemana tujuan anak bujangnya, pasti ketempat gadis yang telah menolongnya kemarin.
Melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang, sampai di tempat kedai nasi uduk Betawi langganan Mami Inneke dan memesan untuk tiga porsi, kembali melanjutkan menuju apartemen Wika City.
Sampai didepan pintu apartemen Rafael sengaja menghubungi gadis cantik yang masih bergelut dibalik selimut hangatnya.
"Halo..." suara serak Shifa tanpa melihat siapa yang sedang menghubunginya.
"Kamu masih tidur, apakah bibi belum datang, aku ada didepan, aku masuk tidak usah bangun, aku tahu kok kode apartemennya?" Rafael memberondong pertanyaan tanpa ada jedanya.
"Eeee kakak El ya maaf saya---!" masih belum terkumpul betul nyawa Shifa dengan sedikit kaget dan bergumam sendiri darimana dia tahu kode apartemen ini, tetapi sambungan handphone langsung dimatikan oleh Rafael tanpa menunggu jawaban Shifa.
Hanya dalam hitungan detik Rafael menekan nomor kode apartemen langsung pintu terbuka, otak yang encer membuat Rafael sangat mudah mengingat hal-hal yang kecil sekalipun.
Langsung menuju meja makan menata nasi uduk mengambil piring yang ada disamping kulkas, sendok dan gelas juga tidak ketinggalan, membuka kulkas ternyata ada jus jeruk dalam botol yang sudah siap, diambilnya dan dituangkan dalam gelas.
Shifa dengan terpaksa bergegas bangun, berjalan dengan kaki pincang ke kamar mandi cuci muka dan sikat gigi, keluar kamar sudah terlihat segar, tetap berjalan dengan pincang hampir berjalan loncat karena enggan menggunakan kursi roda yang ribet dan membuatnya tidak bebas bergerak.
Rafael melihat pintu kamar terbuka dan Shifa berjalan pincang tanpa menggunakan kursi roda berlari kecil mendekati Shifa dengan khawatir.
"Kemana kursi rodanya, kenapa berjalan seperti itu?" Rafael ingin mengendong bridal Shifa.
"No kak El, saya nak jalan sendiri, tak perlu bantu" dengan tertatih Shifa berjalan duduk di kursi makan.
Rafael hanya berdiri terpaku karena penolakan gadis yang ada didepannya, akhirnya hanya mengikutinya dari samping sampai Shifa duduk dengan sempurna.
"Darimana kak El tahu kode apartemen saya, saya tak pernah beri kabar rahasia kepada seorangpun" bahasa Melayu Shifa yang melekat susah dihilangkan padahal hampir satu tahun tinggal di Jakarta.
"Kemarin melihat kamu saat masuk apartemen"
Shifa hanya terbengong mendengar ucapan Rafael, heran hanya persekian detik dia bisa menghafal gerakan tangan saat menekan kode apartemen dan menghafalnya.
"Sudah ayo sarapan dulu, bukankah kamu harus minum obat pagi ini"
"Nasi lemak kah?"
"Bukan ini namanya nasi uduk khas Betawi, ini silahkan" Rafael memberikan satu piring nasi uduk didepan Shifa.
Sarapan berdua tanpa bersuara sampai selesai dan habis nasi diatas piring, hanya sesekali suara sendok yang beradu dengan piring saja yang terdengar.
Obat yang ada di meja langsung Rafael ambil dan dipersiapkan olehnya diletakkan di piring kecil.
"Ini obatnya diminum dulu!" ditambah satu gelas air putih diberikan kepada Shifa.
"Maaf e...e... saya tak biasa minum obat pakai air putih, tak tertelan kak" jujur Shifa dengan ragu-ragu.
"Terus minum obat pakai apa dong?".
"Biasanya pakai pisang"
Dengan tersenyum Rafael mendengar pengakuan Shifa, karena mengingat pisang adalah makanan kesukaan monyet, sehingga malah jadi menggoda Shifa.
"Mengapa kamu minum obat menggunakan makanan teman yang tinggal di hutan?"
"Eeee kakak, saya tak berteman dengan monkey ya, enak aja".
"Lah itu kamu minum obat aja harus pakai pisang ha ha ha, berarti merebut makanan kesukaan teman".
Dengan mengerucutkan bibirnya Shifa kesal karena diledek berteman dengan penyuka makanan pisang.
"Cuma bercanda Shifa, jangan marah, sebentar saya belikan di supermarket bawah sepertinya ada".
Hanya dalam sepuluh menit Rafael kembali dengan membawa pisang, diletakkan diatas keranjang buah yang ada di meja.
"Nich minum obatnya dulu".
"Terima kasih".
Dengan menggunakan pisang Shifa meminum obat satu persatu, awalnya di dikunyah satu gigitan pisang sampai lembut baru obat itu diletakkan di tengah pisang didalam mulut baru ditelan.
Kembali Rafael tersenyum melihat cara Shifa minum obat sambil menggelengkan kepalanya.
"Kenapa kak El senyum senyum begitu, yang makan pisang bukan hanya teman kak El saja".
"Yang makan pisang siapa?" tanya Rafael sambil tertawa lepas.
"Saya ".
"Naaaah berarti siapa yang berteman dengan pemakan pisang?".
"Sa......e..e kak El curang, saya tak punya teman monkey"
Rafael kembali tertawa lepas dengan memegang perutnya, pagi pagi mendapat hiburan yang membuat hatinya menghangat.
"Sudahlah, saya nak bersihkan diri ke bilik mandi" Shifa berdiri ingin kembali ke kamarnya dengan muka cemberut.
"Jangan marah cuma bercanda, kenapa mukanya ditekuk begitu".
"Saya tak marah, cuma marah sama teman kak El" Shifa berjalan dengan pincang meninggalkan Rafael yang masih tertawa.
"Tunggu sebentar Shifa, aku ada meeting sebentar lagi, aku pamit aja, apakah nanti setelah istirahat kamu mau menghadiri pentas seni di kampus?"
Dengan berpegangan pintu kamar Shifa membalikkan badannya memandangi penampilan Rafael yang menggunakan jas dan celana kain senada warna hitam.
"Kaka El kerja, bukannya kakak masih kuliah?".
"Kuliah sambil kerja".
"Oooooo".
"Kok cuma O, mau ke kampus tidak nanti siang?".
Shifa terdiam sebentar, mengerutkan keningnya, ingin melihat pertunjukan seni karena ada artis idola ibukota tetapi sepertinya susah jika tidak ada yang menemani.
"Ingin sih kak, tetapi saya malas, kaki saya masih belum hilang bengkaknya".
"Ya sudah nanti setelah meeting aku jemput, bersiap siap aja, aku berangkat dulu"
"Hati hati kak, selamat bekerja".
Berangkat ke kantor Papi Faro, sudah menunjukkan pukul setengah sembilan, di tunggu Zain sang asisten didepan lobi perusahaan, memang selama ini Zain lah yang selalu menghandle semua pekerjaan Rafael saat dia berada di kampus atau sedang ada tugas misi rahasia dengan agen yang dinaungi pemerintah pimpinan detektif Conan.
Meeting di kantor bersama Papi Faro dan jajaran direksi keluarga besar Kenzie serta perusahaan Hasan Hidayat berlangsung selama dua jam, setelah selesai Rafael masuk ruang kantor pribadinya yang bernuansa putih dan biru terlihat maskulin dan elegan, hanya berganti baju saja dari jas dengan kemeja dan celana jeans untuk ke kampus, ternyata dikantornya ada kamar tersembunyi dibalik lemari buku persis seperti yang dimiliki oleh Papi Faro.
Sebelum masuk mobil Rafael mengirim pesan WA kepada Shifa "Saya otw kesana bersiaplah", tanpa menunggu jawaban dari Shifa Rafael bergegas menyalakan mesin mobil melaju membelah jalanan ibukota yang padat menuju apartemen Wika City.
Kembali membuka pintu apartemen tanpa meminta ijin penghuninya terlebih dahulu saat Rafael tiba di apartemen Shifa.
"Apakah sudah siap?" Rafael nyelonong mendekati Shifa yang sedang berbincang dengan bibi di meja makan.
"E..... monyong e monyong" bibi Tin kaget karena kedatangan Rafael sampai keluar latahnya.
"Kak El bikin kaget saja" Shifa memegangi dadanya mendengar suara bas Rafael yang tiba tiba menggema.
"Maaf" ikut duduk disamping Shifa tanpa dipersilahkan untuk duduk.
"Sebaiknya makan siang dulu kak, baru kita berangkat" Shifa langsung mengambilkan makan untuk Rafael lengkap dengan sayur dan lauknya, "Silahkan kak".
"Terima kasih".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
DN96 (Aries)
4 like mendarat 🤭🤭
si rafael, kanno dan Cello dari orok sampai sekarang bertiga terus 🤣🤣
"Hot Young Mom and King Mafia"
"Young Grandmom"
2021-08-26
0
Hariyani
zain itu anak siapa thorr
2021-08-24
1
Haikal Abiyyu
pepet terus el ,jangan kasi kendor
2021-08-22
1