Merajut Asa Bersama Putri Mafia
"Awaaaaass.....". Seorang gadis berlari sambil melompati beberapa meja, kursi, tangga hingga melompat kearah panggung seolah terbang serta kaki tidak berpijak di tanah mendekati Rafael yang sedang berdiri membelakangi panggung sedang mengawasi pemasangan properti untuk pementasan seni dalam rangka eniversery kampus.
"Hyaaaaaat..... haaaaaaak" kaki gadis itu menendang balok besi yang jatuh dari atas menuju kearah kepala Rafael.
"Koltang........prang.... jleppp" Suara besi itu membetur dinding panggung berbalik arah melesat tertancap di lantai panggung tepat didepan Rafael.
Tetapi sayangnya gadis itu setelah menendang balok besi, tidak bisa mengontrol tubuhnya sehingga jatuh tepat mengenai Rafael yang ada dibawahnya dengan posisi berhadapan Rafael dibawah dan gadis itu memeluknya dan posisi wajahnya tetap di dada Rafael.
Jantung Rafael berdegup kencang baru sekali ini memeluk seorang gadis bahkan tanpa jarak sedikitpun, tetapi seolah tersadar dari lamunannya karena gadis itu mendesis kesakitan.
"Sssssttt kakiku" pekik gadis itu meringis kesakitan.
Gadis itu bergegas bangun dan duduk disamping Rafael, diikuti oleh para mahasiswa yang mendekati mereka, serta tatapan Rafael yang tajam menggunakan celana tiga perempat dan kemeja berwarna merah maroon terlihat cantik dan anggun tetapi memiliki wajah yang tegas dan sorot mata yang tajam.
Ternyata saat menendang tadi bukan menggunakan telapak kaki atau punggung kakinya tetapi tepat mengenai tulang kering kakinya yang untuk menendang, terlihat memerah dan bengkak kaki gadis itu.
"Ya Allah ya Tuhanku, kakimu bengkak dan merah" Rafael melihat kaki gadis itu, berjongkok mendekatinya.
"Ayo kita ke klinik" Rafael tanpa sungkan menggendong gadis yang belum diketahui identitasnya dengan bridal tutun dari panggung keluar aula menuju klinik kampus yang berada di dekat masjid, berjalan hampir dua puluh menit sesekali Rafael menatap tajam mata itu saat mereka saling menatap.
Sampai di klinik dibaringkannya di brankar tempat tidur, dokter mendekati mereka dan memeriksanya dengan cepat.
"Sebaiknya dibawa ke rumah sakit untuk di rongsen, tulang keringnya sepertinya retak akibat benturan dengan benda keras" jelas dokter muda yang berjaga.
"Baiklah dok, saya bawa sekarang" Rafael akan menggendong bridal lagi gadis itu tetapi dokter itu menahannya bersamaan datang kedua sahabatnya Kanno dan Cello dengan berlari.
"Tunggu surat pengantarnya dulu, jangan pergi dulu" teriak dokter.
"El....bagaimana bisa---?" tanya Kanno tidak jadi melanjutkan ucapannya karena memandangi gadis cantik yang ada didepannya.
"Siapa namamu cantik, kenalan dong?" rayu Kanno sambil mengulurkan tangannya.
Dengan cepat Rafael menarik tangan Kanno dan melotot tajam "Jangan macam-macam lo, mau gue tendang sampai Bandung sampai rumah Enin".
"Ceila, jangan kata elo cemburu" bisik Kanno ditelinga El yang masih kesal.
"Diam lo bang sat, jangan coba-coba elo merayu yang ini, awas aja lo!" ancam El juga berbisik di telinga Kanno.
"Kenapa, biasanya elo langsung ilfil ama cewek, dan langsung dilempar ke gue atau Cello, kenapa sekarang elo kekep sendiri hah?" protes Cello juga sambil melirik gadis cantik yang terbaring di brankar tempat tidur.
Tetapi ada hal lain dihati Cello saat memandang wajah gadis itu, seperti pernah melihat wajahnya, seperti pernah berjumpa dengannya, tetapi kapan dan dimana Cello sendiri tidak tahu.
"Ini surat pengantarnya, silahkan isi nama pasiennya" dokter jaga memberikan satu lembar kertas yang sudah ditandatangani oleh dokter tetapi masih kosong nama dan alamatnya.
"Baiklah ayo kita berangkat, Cello, elo yang bawa mobilnya kita ke rumah sakit sekarang!" tanpa persetujuan gadis itu Rafael menggendong lagi dengan bridal keluar klinik dan menuju parkiran mobil.
"Eeee, kenapa begini, maaf kak saya bisa jalan sendiri, mohon turunkan segera!" pinta gadis itu sedikit meronta ronta.
"Bisa diam tidak lo, mau kaki elo patah?" ucap Rafael dengan tegas.
Akhirnya gadis itu hanya diam dan menutup mulutnya gadis itu memejamkan matanya karena malu pada setiap langkahnya semua mahasiswa ataupun mahasiswi memandanginya dengan tatapan mata yang tidak bisa diartikan.
Semua mahasiswa sangat terheran heran Rafael selama tiga tahun ini banyak sekali gadis yang mendekatinya dengan berbagai model dan tipe, tetapi tidak satupun yang bisa menaklukkan hatinya yang dingin dan terkesan cuek, tetapi mengapa sekarang dia dengan santainya menggendong gadis yang baru dikenalnya padahal baru sekali bertemu bahkan identitas gadis itu aja tidak tahu.
Ya dia adalah Rafael putra dari Faro Sanjaya Wiguna yang hari harinya bersikap dingin, cuek tatapan mata yang tajam, gagah, rahang yang kuat badan yang atletis, selalu menjauhi wanita yang selalu mendekatinya, terkadang Kanno dan Cello yang sering menggoda gadis yang mendekati Rafael, semakin gencar seorang gadis mendekati Rafael semakin dia akan menjauhinya, walaupun menjadi idola kampus sikap dan sifatnya seperti papinya tidak mudah jatuh cinta.
"Waaaah menang banyak itu gadis".
"Gue hampir satu tahun mendekati dia dilirik aja kagak, padahal gue kagak kalah cantik".
"Anak jurusan apa sih dia?"
"Sepertinya mahasiswi baru, gue belum pernah melihat di panitia kemahasiswaan".
"Beruntung ya dia, bisa di gendong oleh pangeran kampus ini, gue juga mau".
Banyak lagi bisik bisik para mahasiswi yang Rafael lewati berceloteh ria, sambil melihat Rafael berlalu tanpa kata mengikuti langkah lebar Cello dan Kanno.
Kanno dan Cello langsung mengambil posisi duduk didepan, dengan satu tangan Rafael membuka pintu dan duduk tetap memangku gadis itu tanpa diturunkan.
"Maaf kakak, boleh tak saya nak turun?" dengan bahasa Melayu gadis itu berbicara lirih.
"Oya maaf" Rafael menggeser posisi badan gadis itu untuk duduk disebelahnya tetapi kaki diluruskan menumpang diatas pangkuannya.
"Eeee kakak!!!" Gadis itu kaget karena kakinya ditarik dan diluruskan menumpang dipangkuan Rafael.
"Gue Rafael panggil aja El, yang nyetir itu namanya Cello dan yang sableng sebelahnya namanya Kanno" Rafael memperkenalkan diri dengan masih memegang kedua kaki gadis itu.
"What is sableng?" gadis itu mengerutkan keningnya tidak banyak tahu bahasa gaul anak Jakarta.
"Emang elo dari planet mana kagak tahu kata sableng?" tanya Kanno menengok kebelakang.
"Maaf kak, nama saya Shifa, saya dari Singapura" jawabnya singkat.
"Ooooo dari Singapura" Cello hanya menganggukkan kepalanya pantas bahasanya melaju gumamnya sendiri.
"Orang Jakarta bilang sableng itu artinya sedikit gila" dengan tersenyum Cello melirik Kanno.
"Oya ini diisi dulu formulirnya, sebelum sampai di rumah sakit!" Rafael memberikan satu lembar kertas yang belum diisi identitasnya.
"Tapi saya tak bawa alat tulis, tas saya masih di kampus" jawabnya singkat.
"Nich pakai punya gue" dengan cepat Kanno menengok kearah belakang mengulurkan tangannya memegang satu pulpen.
Tetapi dengan cepat Rafael menyambar pulpen itu dengan menatap tajam kearah mata Kanno lagi seolah olah tidak rela jika Kanno ingin dekat dengan Shifa.
"Ayo isi dulu formulirnya!" perintah Rafael memberikan pulpen dan satu lembar kertas formulir.
Menulis dengan cepat, kertas diletakkan dipangkuan, El hanya memandangi tangan Shifa yang bergerak cepat, El membaca setiap tulisan Shifa tanpa berkedip.
Otak El yang memiliki IQ tertinggi di kampus dengan mudah menghafal alamat yang ada di Jakarta dan nomor handphone gadis itu tanpa harus mencatatnya.
Tiba di depan UGD kembali El menggendong bridal Shifa turun dari mobil "Elo berdua balik ke kampus, lanjutkan pembuatan panggung!" .
"Gelo siak" cicit Kanno kesal dari tadi tidak bisa merayu gadis yang selalu dijaga oleh El.
"Biarkan aja bro, biar otak El sekali kali diisi oleh seorang wanita cantik, dari kecil diakan tidak pernah kayak kita selalu dekat dengan cewek, Papi saja sampai menganggap dia tidak normal" komentar Cello sambil memutar kemudi kembali ke kampus.
Sedangkan di dalam UGD setelah Rafael membaringkan tubuh Shifa dokter belum datang baru suster yang memeriksa gadis itu dengan teliti.
"Kakak El, saya pulang saja ya, ini tak seberapa sakitnya, tak nak khawatir dengan kaki saya" ucap Shifa masih dengan logat bahasa Melayunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
nak ape lah shifa, biar babang el yg nunggu..wkekkkkwkkwk🤣😂😆😅😄😃
2022-08-29
1
Haikal Abiyyu
jodohnya si abang el kah
2021-08-21
1
🥰 Rosalie ❤️
wah Shifa ketemu lagi ni sama sepupunya Cello, jadi seruh ni 🙏🙏
2021-08-20
3