Dapat ku lihat raut wajah abangku berubah seperti menyadari sesuatu yang janggal.
"tunggu sebentar,kenapa kau bisa berada dikamarku? apalagi bersama Zayyan disini?" tanyanya menatapku curiga kearahku dan juga pria menyebalkan tadi.
oo jadi nama pria menyebalkan ini Zayyan,ckckckck nama sebagus itu tetapi tidak dengan akhlaknya. celutukku dalam hati memandang remeh kearahnya.
"aku tanya padamu Dasha,kenapa tidak menjawab pertanyaanku?" tanya Gazza sekali lagi menatap tajam kearahku.
Haiis kenapa abang jadi sensi begini sih?. gerutuku menatap kearahnya, "apa?"
Gazza langsung menepuk jidatnya pelan, "kenapa kau masuk ke kamarku?"
"haiis bukannya sekali dua kali yaa aku masuk ke kamar Abang,kenapa abang marah padaku?" tanyaku heran melihat raut tidak bersahabat yang ditunjukkan Gazza.
"haduh,iya juga yaa...ck mungkin ini efek punya adek gila. Kau bukannya tadi sudah pulang Yan?" kini Gazza menyelidik kearah Zayyan.
Zayyan terlihat tenang dan berdiri dari tempatnya, "aku mengambil bukuku yang tinggal di kamarmu tadi Za," ucapnya terus melirik kearahku. "trus terjadilah seperti yang kau lihat." jelas Zayyan.
"hmm ini aneh,kenapa kalian tadi posisinya seperti itu?" tanya Gazza lagi yang masih belum mempercayai kami berdua.
Aku sedikit kesal,lalu berjalan kearah pintu. "terserah mau percaya atau nggak,aku ke kamar dulu." ucapku langsung melenggang keluar. Tidak berapa lama kemudian terdengar teriakan Abang. Aku yakin abangku marah karena kelakuanku pastinya.
"Dashaa!!!"
***
Aku melihat kearah kantin,terlihat ramai dari sebelumnya. Aku menemui Elisa yang sedang menikmati makan siangnya.
"El." sapaku langsung duduk disampingnya,Elisa mengangguk dan melanjutkan makannya. Aku hanya menggeleng pelan sahabatku yang suka makan itu tetapi tidak membuat tubuh gadis itu gemuk.
"Sha,kau nggak makan?" tanyanya melihat aku hanya bermain ponselku. Aku menggeleng pelan, "aku mau minum jus aja."
"diet?"
"nggak juga,aku hanya tidak ingin makan aja." jawabku. Aku melirik sekitar,ada seseorang yang tampak tidak asing bagiku.
Eh? itu Zayyan?!. gumamku terkejut mendapati pria itu tengah duduk menikmati makanannya. Kalau dilihat-lihat pria itu tampak culun dengan kacamatanya,rambut terlihat berantakan menutupi poninya,dan bajunya terlihat kusut. Ia baru menyadari penampilan pria itu walau sudah dua kali bertemu dengannya.
Zayyan langsung menoleh kearahku yang asyik menatap dirinya,aku terkejut saat mata kami bertemu. aku langsung memalingkan muka seolah-olah tidak mengenalnya.
"Ada apa Sha?" tanya Elisa heran dengan raut tegang diwajahku. Aku menggeleng pelan,lalu kembali fokus menatap ponselku. Elisa kembali melanjutkan makannya.
Aku masih terus memikirkan pria yang akhir-akhir ini sering aku temui. Padahal sejak kejadian dikamar Gazza,kami tidak pernah berpapasan. Yang paling aku herankan,bagaimana pria itu bisa ada dikampusku? selama ini aku tidak pernah melihat pria itu dikampus.
hmm untuk apa aku memikirkan hal yang tidak penting ku pikirkan,huft lebih baik aku mengerjakan tugasku dengan cepat agar bisa bermain game lagi dengan temanku yang hebat itu. gumamku senang
Sejak aku menambahkan pertemanan dalam game,kami sering bermain dan banyak memenangkan misi dalam game bersama, bahkan tidak mengenal waktu. Aku penasaran temanku itu orangnya seperti apa,rasanya ingin bertemu dengannya secara langsung.
"Sha ternyata kau disini." ucap Revan langsung duduk didepanku.
"ada apa?" tanyaku melihat pria tampan didepanku ini. Aku menghela napas saat melirik sekilas ada beberapa orang yang membicarakannya dari belakang.
"hmm aku tidak mengerti tentang tugas ini." jelas Revan menatapku lekat. Aku sedikit risih dengan tatapan itu,tetapi aku mencoba menepisnya.
"hmm tugas yang mana?" tanyaku,pria itu langsung mengeluarkan tugasnya dari tas dan menunjukkannya padaku.
"oo ini,sebelum kau gambar,tentukan dulu ukurannya baru bisa dibentuk gambarnya." jelasku sambil mengamati tugas milik Revan. Aku menyadari jika Revan bukan fokus mendengar penjelasan ku tetapi ia sibuk memandangku.
"Rev!" panggilku membuat lamunannya buyar,ia pun gelagapan lalu kembali menatap tugasnya.
"ya?"
"kau tidak mendengarkan ku." ucapku pelan sambil menghela napas pelan.
"ma-maaf,bisa ulangi lagi?" pintanya penuh harap,aku pun mengangguk dan mengulangi apa yang aku jelaskan. Tidak sampai sepuluh menit,ia pun mengangguk mengerti. Tetapi,bukannya pergi dari tempatku malah ia mengerjakan tugasnya disini.
Kalau kek gini,aku nya yang nggak nyaman mengerjakan tugasku huft. gerutuku pelan dalam hati. Aku melirik jam tanganku menunjukkan pukul empat sore. Mottoku harus selesai tugas sebelum pulang. Tapi dengan kedatangan Revan Disini malah membuatku tidak nyaman mengerjakan tugas,alhasil mau tak mau aku akan menyambung tugas itu dirumah.
keberuntungan berpihak padaku,abangku menelpon memintaku untuk menjemputnya karena kendaraannya mogok dijalan. Dengan semangat aku mengiyakan,dan bersiap menjemput Gazza.
"kau mau kemana?" tanya Revan yang melihatku terburu-buru membereskan barang-barangku.
"oh,aku harus menjemput Abangku." jelasku sambil menutup ranselku dan menyandangnya.
"kalau gitu,aku pergi dulu yaa,bye." pamitku langsung berlari kecil keluar perpustakaan. Aku mengacuhkan panggilan Revan yang terus memanggil namaku.
Dengan terburu-buru aku menuju mobilku. Namun,ada yang aneh. Aku melirik sekilas kearah ban mobilku yang terlihat kempes karena terkena paku.
"*****,siapa sih pelakunya?!" gerutuku pelan,aku yakin ada yang sengaja melakukan hal ini. Entah dendam apa padaku,padahal aku tidak melakukan kesalahan apapun. Aku langsung meletakkan tasku didalam mobil,dan menaikkan lengan bajuku keatas.
"jangan remehkan aku." ucapku langsung membuka dongkrak mobil dan mengeluarkan ban cadangan dari bagasi mobilku. Banyak mahasiswa yang melihatku takjub dan bahkan ada beberapa yang berniat menolongku,namun aku menolak secara halus karena bisa melakukannya sendiri dan tidak ingin merepotkan orang lain. Lima belas menit aku berkutat dengan ban mobilku akhirnya selesai juga dipasang. Setelah itu aku langsung membereskan semua barang perkakas itu masuk kedalam mobil.
"huft selesai." ucapku senang sambil menyeka keringat didahiku. Aku melirik kedepan dan terkejut semua orang banyak yang menatapku kagum dan ada juga yazng berbisik-bisik kearahku. Aku tidak peduli dan langsung masuk kedalam mobil. Dapat ku lihat banyak panggilan tidak terjawab dari Abangku. Aku langsung menelponnya lagi.
"kenapa lama sekali?" gerutunya dari sana.
"ya sabarlah dulu,tunggu aja disitu. Aku otw." ucapku singkat langsung mematikan telepon itu sepihak. Aku langsung melajukan mobil menuju lokasi tempat Abangku berada.
"cih,sampai lumutan pula aku disini." gerutunya kesal menatapku. Aku hanya terkekeh mempersilahkan Abangku masuk. Kali ini dia yang mengemudikan mobilku sedangkan mobilnya sudah ditarik oleh derek ke bengkel.
"Bang,karna kau sudah membantuku keluar dari masalah. aku akan traktir makan!" seruku membuat dahi Gazza berkerut,tak segan-segan Abangku itu meletakkan tangannya didahiku.
"tidak panas,kenapa kau sangat baik hari ini?" gumam Gazza membuatku cemberut kesal.
"batal,tidak jadi aku mentraktir mu bang,aku tarik ucapanku tadi." kesalku membuang muka.
"cih itu saja sudah marah,kau tidak bisa menarik ucapan mu nona. Sekarang kita akan ke supermarket beli mie cup." seru Gazza melajukan mobilnya menuju supermarket.
"mie cup lagi?? hei,bang kau jurusan kedokteran tapi sangat bodoh menjaga kesehatan." gerutuku heran menatap Gazza.
"kemarin aku nggak sempat makan mie cupnya,trus aku kasih Zayyan. Apalagi aku tadi malam tidak bisa tidur dengan tenang karna ada ulah iblis yang membuat kasurku basah." sindir Gazza,Aku hanya terkekeh seperti tidak berdosa.
"oh ya, ngomong-ngomong Zayyan itu temanmu bang?" tanyaku tiba-tiba penasaran dengan pria menyebalkan itu.
"iya,kenapa? penasaran?" tanya Gazza memandang ku curiga.
"cih,siapa juga penasaran,aku kan bertanya saja." elakku langsung membuang muka.
"idih,jangan bohong,apa jangan-jangan kau tertarik padanya?"
Aku menatap tajam kearah Abangku, "jangan mengucapkan hal yang tidak masuk akal itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments