Di kediaman rumah orang tua Devia, kini gadis remaja itu tengah sibuk mempersiapkan diri untuk menghadiri ke acara pesta pernikahan sahabatnya.
Sambil berdiri dan bercermin, Devia tengah dihanyutkan dengan lamunannya akan tentang pernikahannya yang tinggal menghitung beberapa hari lagi. Bahkan tidak ada satu bulan lagi, pernikahan Alex Herlambang dan Deviazta akan disakralkan dalam waktu dekat ini.
"Kira kira apa ya komentar netizen nanti, jika aku menikah dengan lelaki yang usianya begitu jauh jarak diantara kami. Aku yang berusia 18 tahun, sedangkan kak Alex sendiri sudah berusia 30 tahun. Benar benar sangat jauh jarak usia diantara kami berdua. Mau bagaimana lagi, kita berdua sama menyukainya. Entahlah, kak Alex begitu nyaman untukku." Ucap Via sambil menatap bayangannya pada cermin dan tersenyum lebar.
"Via, ayo kita sarapan. Ngapain kamu senyum senyum begitu, apakah kamu tengah mendapatkan kejutan?" tanya sang ayah yang tiba tiba sudah berada didekat putrinya.
"Palingan juga sedang melamunkan kak Alex, Pa." Sahut sang kakak tirinya yang kebetulan lewat didepan kamar Devia.
"Apa apaain sih Papa! ngagetin Via aja deh, Via tidak hanya mendapatkan kejutan saja. Tetapi Via telah mendapatkan kebahagiaan." Jawab Via dan tersenyum pada sang ayah.
"Dan buat kak Nia, semoga segera menyusul." Ucap Devia pada kakaknya, Nia pun tidak menghiraukannya dan segera pergi dari ambang pintu.
"Ya sudah, ayo kita sarapan pagi. Bukankah hari ini kamu ada acara pesta pernikahan sahabatmu si Yuna?"
"Iya Pa, kebetulan juga kak Alex mau menemani Via. Jadi Via tidak sendirian seperti patung hidup, Pa." Jawab Devia dan tersenyum.
"Kamu sangat beruntung mendapatkan Alex, meski usianya terpaut jauh denganmu. Tapi Alex adalah sosok laki laki yang bertanggung jawab, semoga perjodohan dari Papa dan tuan Herlambang membuahkan hasil kebahagiaan untuk kalian berdua." Ucap sang ayah penuh harap.
"Iya Pa, semoga kak Alex benar benar tulus mencintai Via." Jawab Via yang juga penuh harap.
Karena tidak ingin membuang buang waktunya, Via bersama sang ayah segera keluar dari kamar dan menuju meja makan.
Sampainya di ruang makan, Via mulai mengambil sarapan paginya dan menikmatinya bersama keluarganya.
Usai sarapan pagi, tiba tiba wajah Via terlihat murung dan tidak bersemangat. Pikirannya kembali tidak lagi tenang, seakan akan hidupnya terasa tercekik dan sulit untuk bernapas.
"Via, kamu kenapa?" tanya sang ayah penasaran ketika melihat ekspresi putrinya tidak seperti sebelum sarapan pagi.
Via hanya menggelengkan kepalanya, badannya terasa ngilu dan juga terasa pening dibagian kepalanya.
"Via, ayo katakan saja pada Papa. Kamu kenapa, Vi?" desak sang ayah dengan perasaan khawatir.
"Via kangen Mama, Pa. Sebentar lagi Via menikah, tapi ..." jawabnya mendadak terhenti.
"Via, bukankah masih ada Papa dan Mama Melly yang bisa menemanimu di hari pernikahan kamu?"
"Tidak tahu kenapa, Via sangat merindukan Mama. Walaupun Via hanya membayangkan kehadiran Mama, tapi rasa itu belum membuat Via merasa Puas."
"Via sayang, kehidupan kita berbeda dengan Mama kamu. Kita hanya bisa mengirim doa untuk Mama, kamu jangan pernah menyerah. Masa depan kamu masih panjang, kamu masih ada Papa, Mama Melly, dan juga Kak Niara." Ucap sang ayah untuk menenangkan putrinya.
"Iya Pa, kalau begitu Devia mau bersiap siap dulu. Takut jika kak Alex sudah datang, Via tidak ingin membuat kak Alex menunggu lama." Jawabnya, kemudian ia segera kembali ke kamarnya.
Sedangkan di kediaman keluarga Canderkey tengah menikmati sarapan paginya. Hening! tentu saja hening, satupun tidak ada yang berani berucap sepatah katapun. Semua fokus dengan porsinya masing masing, begitu juga dengan Jerry yang sedikitpun tidak bersuara sampai sarapan paginya selesai.
"Jerry."
"Hem."
"Jerry!!
"Hem!
BRAK!!!
Seketika sang ayah menggebrak sebuah meja dengan tenaganya yang cukup kuat, kemudian bangkit dari posisi duduknya.
Jerry mendadak kaget dan menatap sang ayah yang tengah menyorotkan matanya dengan tajam padanya, justru Jerry hanya tersenyum menyeringai pada ayahnya sendiri.
"Keterlaluan kamu, Jerry! mau sampai kapan sikap angkuhmu itu terus bersemayam di otakmu." Bentak sang ayah yang sudah mulai geram, bahkan rahangnya pun ikut mengeras.
"Sikap angkuh! Papa bilang, tanya sendiri saja pada diri Papa itu. Dimana letak sikap angkuh Jerry itu, Pa. Jerry berangkat, hari ini Jerry ada pertemuan dengan tuan Herlambang di Hotelnya." Jawab Jerry berdengus kesal dan tanpa permisi Jerry slonong begitu saja didepan ayahnya.
Dengan kuat, pria yang tidak lagi muda mengepalkan kedua tangannya. Tidak hanya itu, rahangnya seketika mengeras dan semua giginya menggeletuk saling bergesekan. Nafasnya pun berat, bahkan didalam dadanya terasa panas dan menyengat hingga menusuk sampai ke hulu hatinya.
"Andai saja, kamu bukan lah pewaris tunggal. Maka, aku sudah mengusirnya jauh dari keluarga Canderkey." Ucapnya berdengus kesal.
"Sudahlah, ada saatnya Jerry akan menyerah. Biarkan anak itu melanglang buana dengan sesuka hatinya, kalaupun sudah menyerah juga bakalan tertunduk patuh padamu." Sahut sang istri mencoba menenangkan suaminya.
"Aku ada urusan, Jika Jerry menanyakan tentangku, katakan saja aku sedang tidak ingin bertemu siapapun termasuk dirinya." Terangnya memberi pesan pada istrinya.
"Iya, kamu tenang saja." Jawabnya, kemudian keduanya kembali ke kamar dan melakukan aktivitasnya masing masing.
Didalam perjalanan menuju Hotel milik Herlambang, Jerry menyempatkan dirinya membuka ponselnya dan mengecek kiranya ada pesan penting yang masuk ke nomor ponselnya.
'Tumben tumbennya Tuan Jerry tidak bersuara, mungkinkah dia sudah dilahap oleh bapak kecebong?' batin sekretaris Vega sambil senyum senyum tidak jelas.
"Ngapain kamu Veg, senyum senyum seperti kurang kewarasan saja kamu."
"Itu, itu Tuan. Tadi disebrang jalan ada gadis cantik, sayangnya aku terlalu fokus menyetir." Jawabnya penuh beralasan.
"Hem! terserah kamu." Jawabnya datar, karena tidak ingin banyak berdialog dengan Tuannya. Sekretaris Vega memilih untuk menambah kecepatannya, agar segera sampai di tempat tujuannya yaitu Hotel milik keluarga Herlambang.
Sedangkan kondisi dalam Hotel milik Herlambang sangatlah ramai, dikarenakan diadakannya sebuah pesta pernikahan yang cukup mewah untuk kalangan orang berada.
Dilain sisi, Devia tengah sibuk dengan penampilannya. Berkali kali ia mencoba pakaian yang dibelikan calon suaminya satu persatu, namun ia merasa risih dengan penampilannya sendiri.
Karena tidak ada pilihan yang lain, Devia akhirnya memilih salah satu pakaian yang menurutnya tidak begitu mencolok. Usai sudah bersiap diri dan tidak ada yang kurang, Devia segera keluar dari kamarnya dengan membawa tas kecil dan cukup unik untuk usia Devia.
"Tara ... bagaimana dengan penampilanku." Ucap Devia sambil berputar dihadapan calon suaminya yang tengah duduk diruang tamu bersama sang ayah Devia.
Keduanya pun mendadak tercengang tidak percaya, ketika melihat penampilan Devia yang terlihat begitu sangat cantik dan anggun.
"Kok pada diam sih, bagaimana dengan penampilanku? jelek ya! baiklah, aku mau mengganti pakaianku." Ucap Devia dengan muka masamnya. Seketika, Alex meraih tangan milik Devia.
"Kamu tidak perlu merubah pakaianmu, kamu sangat cantik. Bahkan, aku terpesona dengan penampilanmu ini." Jawab Alex memujinya.
"Benarkah? awas ya! kalau sampai bohong." Ucapnya dibuat ketus.
"Yang dikatakan Alex itu, benar adanya. Kamu terlihat sangat cantik, bahkan sangat serasi dengan Alex." Sahut sang ayah ikut menimpali, Devia tersenyum mendengarnya.
"Kalau begitu, ayo kita berangkat. Nanti kita bisa terlambat loh, jugaan aku ada pertemuan di Hotel yang dimana sahabatmu tengah mengadakan pesta pernikahannya." Ajak Alex, kemudian segera berpamitan kepada orang tua Devia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Sumawita
Jerry jodohnya devia
2022-01-09
0
Yunia Afida
apakah bos nyebelin dan kayak anak kecil si jeri itu mau menikah sama devia, aku galfok sama vega, dia cewek apa cowok
2021-08-09
0
dewi
konfliknya jangan berat2 thor..idupku udah berat ni effek corona nyari makan susah
2021-08-09
1