Gara gara Gunung

Ini hari kedua Delion menginap di rumah Arsen, sejak kejadian itu Delion tidak pulang ke rumah sampai menunggu luka di wajahnya memudar. Semua penghuni di rumah Arsen pun tahu tentang musibah yang dialami oleh Delion, tapi mereka semua tutup mulut. Tentunya atas permintaan Delion yang tidak ingin Ray dan Kanaya tahu, jika mereka berdua tahu yang ada bukanya selesai malah akan bertambah rumit.

Delion bisa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa campur tangan ayahnya dan kekuasaan keluarganya yang memang tidak di ragukan lagi. Ray, sang ayah bukan hanya akan membalas meninju wajah berandalan itu, tapi juga mengirimnya ke Nusakambangan.

"Aduh cucu Oma ngelamun aja, mikirin apa sih?"

Delion menoleh ke arah sumber suara, dimana seorang wanita parubaya yang mengaku awet muda itu sedang berjalan ke arahnya sambil membawa nampan.

"Eh Oma, makin cantik aja" puji Delion dengan seulas senyum. Wanita itu juga tersenyum.

"Makasih gantengnya Oma."

"Jangan gitu Lion, tar yang ada mama makin gak tau diri." Rafan yang entah dari mana datangnya langsung menyela.

"Sadeesss" Davina juga ikut bersuara. Suaranya bernada ngeledek.

Wanita itu cuma melirik sekilas, tapi gak marah.

"Anak mama emang manis manis mulutnya, jadi pengen ngeruqiyah." Balas si mamah santai sambil menyibak rambutnya, lalu meletakkan nampan berisi camilan di atas meja. Siapa lagi kalau bukan mama Nita, wanita yang masih awet muda sampe sekarang, saking awetnya sampe di kira nelen formalin.

Delion jadi ketawa mendengar balasan Oma Nita, rasanya seperti nonton Stand Up Comedy secara live.

"Oma emang cantik kok, ngalahin Selena gemezzz" Delion memuji lagi, bikin Rafan makin seneng ngebully.

"Nah kan, sama artis luar negeri gak tuh. Makin gak nyadar aja Mama, udah tua bukanya keriput malah makin kenceng."

Davina yang duduk di samping Rafan sampe narik rambut adenya gemes, saking gak tahannya ketawa. Adenya emang kalo ngomong gak pake filter, jadi butek.

"Omanya siapa dulu dong, temen Acen aja ngira Oma Nita itu temen Acen" Arsen ikut nimbrung dengan kalimat yang semakin menyesatkan, lalu duduk di samping Delion sambil terkikik tanpa dosa.

"Lansia semakin di depan..." Celetuk Rafan lagi.

Dan mereka semua tertawa mendengar selorohan Rafan. Laki laki yang baru punya anak satu itu memang belum berubah sejak dulu, mulutnya beracun.

Obrolan unfaedah di pagi itu terus berlanjut, baik Rafan maupun mama Nita masih saling lempar candaan. Candaannya biasa, tapi kata katanya bikin orang mules sampe guling guling.

Tawa lepas menggema di ruang tengah itu, saking hebohnya sampe cicak yang nempel di dinding itu merasa terganggu terus ngungsi ke ruangan sebelah.

Kamu berdosa banget Rafan. Kata author.

"Ngomong-ngomong, gimana luka kamu Lion?" Tanya Rafan kemudian sedikit serius.

"Hmm" Delion pun menoleh, "udah sembuh uncle, tinggal nunggu pudar aja." Katanya.

Rafan mengangguk, "Terus udah tau belum siapa orang yang mukulin kamu? Biar uncle sama aunty Thita yang urus"

Kata Rafan lagi, bikin suasana di ruangan itu jadi horor. Pasalnya sekarang Rafan serem banget, semenjak menjadi kepala keamanan di keluarga Febriano, gantiin posisi Doni yang udah pensiun. Rafan yang kini bertambah kuat, juga bersanding sama Thita, jadilah pasangan tangguh yang paling ditakutin.

"Hem, bener tuh kata Rafan, biar dia sama Thita yang urus." Usul Davina.

Delion menghela nafas, "Aku aja belum tau siapa orangnya Mom"

"Gua tau." Ucap Arsen.

***

Kanaya mondar mandir di depan kitchen set dengan alat-alat tempur nya. Ceritanya mau buat kue, terus di bawa kerumah Davina, tapi yang ada malah bikin dapur jadi berantakan kaya kapal pecah. Padahal dia bisa tinggal beli aja di toko kue.

"Biar saya bantu Nyonya." Kata si bibi menawarkan bantuan, kasian ngeliat Kanaya repot. Tapi Kanaya malah menggelengkan kepalanya.

"Gak usah bi, saya masih bisa kok. Bibi ngerjain yang lain aja." Suruh Kanaya, dan si bibi gak bisa bantah. Mau gak mau bibi pelayan itu berdiri tidak jauh dari Kanaya, menunggu kalau nyonya besarnya itu membutuhkan bantuan. Karena si bibi juga bingung mau ngerjain apa, semuanya udah ada bagiannya masing masing.

"Bunda, Bun..." Teriakan Anindhita mengudara, Kanaya pun menyahut. Nyautnya pake teriakan juga.

"Bunda di sini sayang."

Bibi pelayan yang ada disana pada tutup kuping, suara Kanaya merdu tapi bikin sakit.

"Mama lagi ngapain?" Anindhita yang baru dateng langsung meluk mamanya dari belakang.

"Bikin kue sayang, buat Abang kamu." Jawab Kanaya sambil masukin kue ke dalam oven.

"Abang?" Anindhita melepas pelukannya, berpindah ke samping Kanaya. "Bunda mau kesana?"

Kanaya mengangguk, dengan senyum sumringah. "Bunda kangen sama Abang, mau bawa pulang, sepi gak ada Abang di rumah."

Anindita belingsatan sampe gigit jari, dia harus cepat mencari jawaban agar mamanya membatalkan rencananya tersebut.

"Abang lagi naik gunung mah sama bang Acen, jadi gak ada di rumah." Ucap Anindhita cepat.

"Gunung?" Tanya Kanaya bingung, keningnya sampe berkerut dalam.

"huum, Gunung." Anindita menggigit bibirnya ketar ketir.

"Gunung mana? kok gak ijin sama Bunda..."

"hemm, Gunung Rinjani! kata Abang kalo ijin takut gak di ijinin sama Bunda" Anindhita berucap dengan nada senang. Tapi malah jadi petaka.

"Haaahh!! Abang kok gitu? Belom nikah udah naik naik Gunungnya Rinjani aja." Kanaya shock bukan main, bikin Anindita jadi bengong. Tapi para pelayan malah terkikik di belakang.

Ini Anindhita yang salah ucap, atau jaringan otak si mama yang salah tangkap?

"Bunda mau temuin Abang, mau mama jewer kupingnya." Kanaya sewot, sampe lupa lagi bikin kue malah di tinggal begitu aja.

Buru buru Anindhita mengejar, sambil menjelaskan pada Kanaya. Jelasinnya sambil teriak sama jalan cepet.

"Bun, gak gitu, Bunda salah paham. Bukan naik Gunungnya mbak Rinjani. Tapi Gunung Rinjani yang ada Lombok Nusa Tenggara Barat."

Kanaya berhenti, Anindita juga berhenti sambil menghela napas.

"Bunda udah ngerti kan maksud aku?" Tanya Anindita dengan mata menatap sang mama lekat, berharap wanita itu paham dengan maksudnya.

"Astaghfirullah, Bunda baru inget kalo Rinjani itu nama Gunung. Aduh, malu pisan ihh, Kirain Bunda teh Gunungnya mbak Rinjani." Kanaya terkekeh sendiri, dan Anindhita ikut tertawa lega. Akhirnya nyambung juga penjelasannya, padahal mamanya itu sebenarnya pinter, cuma sekarang rada lemot.

"Bunda kejauhan mikirnya, abang gak gitu kok, Dhita berani jamin." Ucap Dhita lagi.

"Iya Bunda percaya, Abang sama percis kaya ayah kamu. Sopan, tapi mesum" Kanaya terkikik lagi, jadi buka aib suaminya di depan sang anak.

"Ciyeee Bunda.." Anindhita menggoda mamanya. Dan wanita itu salting, jadi kangen sama Ray. Tapi sayangnya pria itu sudah berangkat ke kantor sejak pagi tadi, dan akan pulang malam nanti.

"Ah udah ahhh, mama mau bikin kue lagi" Kanaya menghindar, tidak mau larut sama rasa rindunya, dan malu juga sama Anindita.

Kanaya kembali berjalan menuju dapur untuk melihat hasil kuenya yang tadi di masukin ke oven.

"Tapi kuenya bukan buat Abang kan mah?Kan Abangnya lagi naik Gunung."

Kanaya menggeleng, "kuenya buat Tante Ayrin aja, udah lama Bunda gak main ke sana."

Anindhita ingat nama wanita yang di sebut Bundanya itu, meski hanya bertemu sesekali dan itu saat dirinya masih kecil. Jika tidak salah, Tante Ayrin itu teman baik Bunda nya yang menikah sama teman ayahnya, namanya Om Edo. Tante Ayrin yang dulu pernah nolongin Bundanya di saat kesusahan karena di usir dari rumah ibu angkatnya.

"Tante Ayrin istrinya Om Edo? temen ayah yang kurang sajen itu kan."

"Iya hahahah" Kanaya tertawa mendengar sebutan yang di sematkan pada Edo, nama pemberian darinya, karena Edo selalu bersikap konyol dan jadi bulan-bulanan Ray.

"Aku boleh ikut kan mah?"

"Boleh dong." Sahut Kanaya cepat.

"Asikk, aku siap siap dulu ya Bun." Anindhita melipir, menuju kamarnya untuk bersiap-siap. Setidaknya saat ini Anindhita lega, karena abangnya aman dan Bundnya juga tidak akan sedih karena tahu anak kesayangannya di keroyok sampe bonyok.

🍁🍁🍁

Hayo siapa yang masih inget sama Ayrin dan Edo? 😂😂

Next bab kisah mereka ya...

Jom, spam komen, vote dan like ya ... Share juga boleh, seneng banget malah Oby 😂

Adelion

Anindhita

Terpopuler

Comments

1%_

1%_

kamvreetttt bahasa mu thorrrr😭😂😂😂
bikin aku guling-guling 🤣🤣🤣

2021-12-20

1

zhyzhieloo 🍓🍓

zhyzhieloo 🍓🍓

inget donk by😁😁

2021-12-07

1

nobita

nobita

karya mu emang is the best thor... mantap

2021-12-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!