Delion menuruni anak tangga bersama Arsen yang berjalan di sampingnya. Laki laki berambut gondrong itu sudah mandi, sarapan dan memakai kaos milik Arsen. Rambutnya yang biasanya di ikat atau di pakaikan bando pun, kali ini sengaja dibiarkan terurai untuk menutupi luka luka di wajahnya, meski percuma karena lebam itu masih terlihat di bagian mata dan sudut bibirnya.
Delion berdehem sekali, begitu langkahnya mulai memasuki ruang keluarga Arsen.
Di hadapannya sudah ada Davina yang sedang bergelayut manja di lengan Raka, juga ada Anindita yang sedang menatap lekat ke arahnya.
"Morning Dad, Mom.. Tha." Sapa Delion pada ketiga orang disana.
"Morning too Lion." Sahut Davina, sedang raka hanya mengangguk. Lalu dua manusia itu kembali asik mengobrol berdua sambil menatap layar ponsel.
Sejak kecil Delion memang memanggil Raka dengan sebutan Daddy, dan sebutan Mommy untuk Davina. Karena bagi Delion, Raka dan Davina juga orang tuanya. Dan Arsen adalah abangnya, meski dirinya lebih tua satu tahun di banding Arsen.
Arsen dan Delion pun langsung duduk di samping Anindhita.
Namun si cerewet Anindhita tetap diam tak merespon sapaan abangnya, gadis itu malah mematung mengunci pandangannya pada Abang kembarannya yang hanya terpaut beberapa detik itu. Arsen yang melihat itupun merasa gemas dan mengacak-acak rambut gadis itu.
"Ihh bang Acen, berantakan tau..." Anindhita berdecak sebal sambil merapikan rambutnya, tapi Arsen malah ketawa.
"Abis kamu lucu sih." Tutur Arsen.
Anindhita malah menjulurkan lidahnya meledek. Lalu kembali menatap Delion.
"Abang kenapa semalam gak pulang? Di telpon juga gak aktif. Bunda khawatir tau."
Delion menghela nafas panjang. Ia bingung harus menjelaskan darimana pada Anindhita. Jika Anindhita tau, maka ayah dan bundanya juga pasti akan tau sebentar lagi. Dan tentunya akan semakin bertambah rumit.
"Semalem Abang kumpul sama temen-temen. Hape Abang abis batre, lupa ngecas." Dustanya, padahal hapenya hancur karena insiden semalam.
"Masa?"
Anindhita merasa kurang yakin dengan jawaban Delion, di tambah ia melihat gelagat yang aneh dari laki laki berambut gondrong itu. Lantas Anindhita pun mendekatkan wajahnya, hingga terlihat jelas lebam di wajah Delion.
"Abang abis berantem lagi ya? Hayo ngaku!" Cecar Anindhita.
Delion sontak mengalihkan wajahnya ke arah lain."Gak, ini... Ini cuma jatoh dari motor."
"Yakin jatoh dari motor? ko lukanya cuma di bibir sama mata?"
Pertanyaan Anindita membuat Delion berpikir keras, di tambah tatapan mengintimidasi dari gadis itu.
"Tanya aja sama Arsen kalo gak percaya." Delion melimpahkannya pada Arsen.
Dan laki laki yang di sebut namanya hanya tertawa pelan, " dia jatohnya aesthetic Tha, makanya gitu lukanya."
"Mana ada jatoh aesthetic, Coba sini liat."
Anindita langsung menarik kerah kaos oblong sang Kaka hingga laki laki itu spontan mendekat tanpa sempat menolak. Dan di singkapnya rambut gondrong Delion yang menutupi luka robek di pelipisnya.
"Astaghfirullah Abang" Pekik Anindita histeris ketika melihat luka di pelipis Delion.
Delion sendiri sampai menjauhkan wajahnya karena suara cempreng Anindhita.
"Gak usah teriak juga kali Tha..." Protes Delion, sembari tanganya menggerai rambutnya kembali.
Raka dan Vina pun menoleh ke arah sumber berisik, dan bertanya "Dhita kenapa, kok istighfar?"
"Abang berant... Mmmm" Delion langsung membekap mulut Anindhita, gadis itu sontak berontak berusaha melepaskan bekapan di mulutnya.
"Abang... mmmm, kenapa?" Tanya Vina, tidak paham.
"Dhita kebelet katanya Mom, aku ajak dia ke atas dulu." Delion langsung menyeret Anindita menjauh dari sana. Sedang Davina hanya mengangguk saja.
Segera Delion melepaskan tangannya dari mulut Anindhita setelah menaiki tangga, dan gadis itu langsung menghirup napas banyak banyak.
"Aku gak bisa napas bang. Tega..." Cicit Anindhita.
"Abis kamu berisik." Kata Delion, sembari tangannya membuka pintu kamar Arsen, sedang si pemilik kamar malah kaya tamu.
"Jadi bener kan Abang abis berantem?"
"Lebih tepatnya di keroyok Tha, modelan Delion mana mau berantem. Buang energi sia sia katanya" Arsen menyahut.
Delion pun mengangguk bangga, sambil menjentikkan jari telunjuknya ke arah Arsen. "Arsen aja paham. Masa kamu gak."
"Dihh, aku mana ngerti jalan pikiran Abang." Anindhita membela diri.
"Jangan kasih tau bunda sama ayah soal ini. Abang gak mau bunda khawatir, terus ayah jadi turun tangan." pinta Delion serius.
"Ada syaratnya"
"Apa?" Tanya Delion.
"Pinjem motor Abang..."
"Gak bisa, Abang gak mau di salahin ayah kalo kamu jatoh" Delion menolak.
"Yaudah aku aduin sama bunda" Anindita meraih ponsel pink nya, dan bersiap menelpon.
"Ehh ehhh, jangan gitu dong..." Delion bingung, seperti menelan buah si malakama. Kalo gak di pinjemin bakal di aduin, kalo di pinjemin bakal di bantai sama ayah.
"Biar gua yang jagain Dhita."
Arsen menawarkan diri, bak dewa penolong bagi Delion.
***
Di tempat tongkrongan geng Cobra.
Geano dan teman-temannya masih tertidur pulas di atas sofa, padahal saat itu jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Botol minuman, kacang kulit, bungkus snack dan Vape bergeletakan di atas meja sisa pesta semalam.
Berbagai macam gaya tidur mereka, menambah kacau pemandangan di dalam ruangan itu. Ada yang saling berpelukan, ada yang saling menumpang kaki ada juga yang tubuhnya menjadi bantalan temannya. Hanya Geano yang tidur nyaman di sofa besar nan empuk seorang diri.
Hingga terdengar suara dering ponsel yang berasal dari saku Geano menjadi pengganggu pagi indah mereka.
"Woiii, hape siapa itu, berisik banget" laki laki berambut cepak itu mengomel sambil merem.
Arka yang tidur dekat Geano pun bangun, karena suara gaduh dari temannya dan nada dering aneh yang berasal dari ponsel Geano.
"Ano, hape lu bunyi tuh" Arka menguap sambil memukul kaki Geano.
Namun si pemilik ponsel nampak masa bodoh, cuma ganti posisi saja, dan kembali pulas.
"Dihh, dasar kebluk!!" Arka ngomel, lalu dia merogoh saku Geano, di ambilnya hape canggih super slim itu. Di layar tertera nama bokap dakjal.
"Ano, bangun!! Bokap Lo nelpon!" Arka langsung menepuk bokong Geano, agar laki laki itu bangun.
Geano sontak membuka matanya lebar, dan berbalik badan. "Bokap gua? Bokap dakjal maksud Lo?"
Arka mengangguk sambil menunjukkan layar ponsel yang masih menyala. "Sialan!!"
"Kenapa?"
"Gua lupa ke rumah Lula" Geano panik, ia melupakan perintah ayahnya. Buru-buru Geano mengambil benda pipih itu dan menjauh dari sana. Mencari tempat sepi untuk menjawab panggilan ayahnya.
Ekor mata Arka mengikuti pergerakan Geano yang terburu-buru, lalu menghilang di balik pintu keluar.
"Lula, Lula, Lula..." Arka merapalkan nama itu, mencoba mengingat siapa pemilik nama yang tidak asing itu. Tapi yang ada kepalanya malah tambah pusing karena tak kunjung mengingat.
"Ahh bodo amat" Arka bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk buang air kecil.
Sementara di samping rumah, Geano sedang menyadarkan tubuhnya di tembok karena masih ngantuk. Ponselnya sengaja ia jauhkan karena makian sang ayah yang nyaris membuat syaraf di telinganya rusak.
"Kenapa kamu gak kerumah Lula semalam?"
"Ano lupa Pih, semalam ngerjain tugas kampus sama Arka sampe ketiduran." Katanya berbohong, padahal semalam abis mukulin anak orang terus kobam.
"Yaudah, sekarang papih minta kamu kerumah Lula. Jangan sampai gadis itu lepas"
"Iya pih, Ano siap siap dulu..." Kata Geano, lalu menutup panggilan telepon itu. Kembali Geano masuk ke dalam basecamp dengan raut kusut, membanting tubuhnya ke sofa dan meremas rambutnya sambil menutup mata.
"Kenapa bokap Lo?" Tanya Arka yang baru saja kembali dari kamar mandi.
Geano mengangkat wajahnya, menatap Arka yang duduk di sampingnya.
"Kepala gua rasanya mau pecah, bokap nyuruh gua ke rumah Lula sekarang." Keluhnya, efect mabok semalam belum sepenuhnya hilang, malah di suruh ngapelin cewe pagi pagi.
"Emang siapa sih Lula? Kayaknya kesayangan banget. Bini muda bokap Lo?"
Plak!!
"Bacot Lo sembarangan" kesal Geano.
"Sakit beg**" Arka mengusap kepalanya yang sakit bekas geplakan Geano.
"Buruan Lo mandi, terus siap siap." Titah Geano.
"Ngapain mandi? Mandi itu cuma buat orang orang kotor, gua gak kotor ya..." Arka membela diri dengan argument nya.
"Si gblok!! Lo cium ketek Lo, bau janda..."
Reflek Arka mencium keteknya. "Eh iya, bener. Kok Lo tau? Lo nyium ketek gua ya semalem?
"Najizzz... Buruan mandi atau gua suruh marbot buat mandiin Lo?" Bentaknya.
"Iya iya, galak banget sih Lo, kaya ibu ibu mau lahiran aja."
Geano melempar botol air mineral bekas tepat mengenai punggung Arka.
🍁🍁🍁
Sampe sini dulu ya... Gimana? Penasaran gak?
Visual Alula Carletta di bab selanjutnya, kalo buat Geano belom nemu...😂😂😂
Ayo spam komen, like dan vote 😍😍
Arsenio El Gattan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
khristantie
kok arsen ga ganteng 🤪
2021-09-30
1
sheka
bhsa mu thor bikin ngakak
2021-08-24
2
مي زين الش
ketek bau janda!! gmn sih bauknya kak?
apa rasa stroberi ya? hheheh
2021-08-20
1