💌 Setidaknya Lihat Aku Suamiku 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
Ban mobil terus berputar, mereka melaju menyusuri jalan. Beberapa puluh menit akhirnya mereka tiba di rumah mewah dengan konsep desain Mediterania. Terlihat dari ukiran pada eksterior dinding serta patung-patung berukuran kecil. Deretan mobil-mobil mewah sudah memenuhi parkiran yang telah disediakan. Berbagai karangan bunga ucapan selamat ulang tahun berjejer di sepanjang area pesta. Beberapa orang security terlihat sibuk mengatur parkir mobil-mobil berharga selangit itu. Melihat hal itu Olivia bertambah nervous.
Acara ulang tahun, di jaga ketat oleh security. Para undangan wajib menunjukkan kartu undangan agar bisa masuk. Setelah Zio memberikan kartu undangnya, mobil mereka dibiarkan masuk. Pada pintu masuk dihiasi dengan nuansa bunga yang dibentuk seindah mungkin. Hanya acara ulang tahun aja sudah semewah ini? Benar-benar sesuatu. Olivia mengedarkan pandangannya, menatap sekitarnya.
"Acaranya di rumah sayang?" tanya Olivia dengan dahi mengerut. Saat mobil sudah terparkir dengan baik.
"Ehmm, Felicia memang selalu membuat sensasi. Tiap tahun dia memilih tema pesta yang berbeda. Ulang tahunnya pernah dirayakan di restoran eksklusif, vila asri, dan pantai. Dan tahun lalu, Felicia merayakannya di sebuah ballroom hotel terkemuka di kota ini. Kali ini bertema garden."
"Wah...pasti menyenangkan." ucap Olivia tersenyum sumringah.
"Hmmm." Zio mencondongkan badannya dan membelai pipi Olivia dengan lembut. "Aku bisa membuat perayaan ulang tahun seperti ini untukmu sayang."
Olivia menggeleng sambil menunduk. "Aku tidak suka pesta. Aku lebih suka sederhana, asal itu bersamamu, itu sudah membuatku bahagia."
"Kau tidak menginginkan pesta seperti ini?" tanya Zio tak percaya.
Olivia mengangguk cepat. "Hmm. Aku tidak suka pesta." ucapnya lagi.
Zio membuang napas lesu. "Sangat disayangkan." Kata Zio keluar lebih dulu. Ia tahu Olivia adalah gadis kaya dan memiliki segalanya.Tapi Olivia selalu hidup sederhana. Itu yang membuat Zio sangat mencintainya dan berjanji akan selalu menjaganya.
Olivia melepaskan sabuk pengaman. Ia tersenyum saat Zio membuka pintu untuknya. Zionathan menekuk tangan kirinya, mempersilakan wanitanya untuk menggandeng tangannya. Olivia tersenyum menyambut tangan itu dengan senang hati. Ia diperlakukan seperti putri bangsawan. Zio begitu gentle dengan sikap lembutnya. Olivia benar-benar bahagia. Ia tak akan pernah melupakan malam ini. Olivia juga tak akan berhenti bersyukur karena Tuhan telah mempertemukannya dengan pria tampan ini.
Seorang pelayan menyambut mereka dan mengarahkan tamu langsung ke taman belakang. Mereka terus melangkah mengikuti pelayan itu menuju tempat acara perayaan ulang tahun Felicia. Tapak kaki Olivia terasa seringan kapas. Gaun putihnya melambai di setiap langkahnya. Malam ini Olivia berpenampilan anggun dan elegan.
Hingga mereka sampai di taman yang begitu luas dengan dipenuhi dekorasi yang sangat cantik. Dekorasi glamor di setiap sudut taman benar-benar indah sekali. Ada tambahan lampu dan lilin sebagai penerangan untuk menambah suasana menjadi tetap kesan hangat dan romantis. Lilin ditambahkan sebagai hiasan pada meja makan, sedangkan lampu di gantungkan pada pohon. Rangkaian bunga yang tersebar di setiap sudut ruangan dan halaman rumah menjadi lebih cantik. Sementara pada meja dan kursi di hias dengan pita dan kain berwarna senada dengan tema garden.
"Wow, pestanya benar-benar mewah!" pekik hati Olivia begitu takjub. Tak hanya ada hiasan bunga-bunga segar saja, ada dekorasi balon juga dan ranting-ranting kering sebagai hiasan. Indahnya obor-obor taman dan lampion aneka warna digantung di beberapa sudut pesta. Lampu-lampu taman bersinar temaram, memberikan nuansa romantis. Di dalam kolam renang, lampu taman juga menyala, sehingga menampilkan bayang-bayang air.
"Astaga tempat ini indah sekali." ucap Olivia merekahkan senyum, takjub. "Apa undangannya hanya teman satu kuliahnya saja?"
"Felicia hanya mengundang teman dekatnya saja. Mungkin sekitar 250 undangan teman, relasi, kolega, dan keluarganya yang khusus di undang dari luar negeri juga."
"Orangnya yang mana sih?" tanya Olivia penasaran.
Zio tersenyum mencari sosok Felicia yang membuat kekasihnya begitu ingin tahu. "Itu dia!" Tunjuk Zionathan ke arah Felicia yang tampak menyapa beberapa tamu undangan. Ia mengenakan gaun rancangan Jean-Louis.
"Dia seperti princess, benar-benar cantik." Gaun berbahan halus, mungkin sejenis sifon, namun Olivia tidak begitu yakin. Kakinya yang jenjang, sangat jelas terlihat. Penampilannya malam itu begitu memukau. "Pantas saja banyak mengaguminya." batin Olivia.
"Tapi kau jauh lebih cantik." Bisik Zio begitu sensual ke telinga Olivia. Hingga membuat Olivia bergidik. Ia sempat terdiam merasakan sensasi hembusan napas dari Zio. "Bukankah begitu?" tanya Zio lagi.
Wajah Olivia bersemu merah. "Rasanya aku ingin terbang Zio. Bisa turunkan aku," Kata Olivia menahan senyum.
Zio tersenyum tak menjawab, ia kembali memeluk pinggang Olivia dengan posesif. Menikmati lagu dari penyanyi artis yang diundang khusus untuk memenuhi acara ini.
"Wow...Kue ulangtahunnya saja setinggi itu?" Lagi-lagi tanpa sadar Olivia berdecak kagum. Olivia adalah gadis rumahan yang tak pernah pergi ke acara seperti ini.
Zio hanya tersenyum. Ia mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang ditunggunya. Zionathan tersenyum saat melihat sahabatnya itu sedang berbicara dengan seorang gadis.
"Astaga, dia sama sekali tidak berubah." Gumam Zio hampir tak terdengar oleh Olivia.
"Siapa?" Tanya Olivia dengan cepat merespon.
"Ferdinand,"
"Ferdinand teman satu kuliahmu dulu?"
"Hmm, kita ke sana,"
"Aku ambil minum dulu ya?"
"Kau mau minum? biar aku yang ambilkan!"
"Tidak, biar aku saja sayang. Kau bisa temui Ferdinand. Nanti aku menyusul."
"Baiklah, jangan lama-lama ya." Kata Zio mengingatkan. Ia mengusap lembut pipi Olivia dengan lembut.
Zionathan pun berjalan ke arah Ferdinand yang tengah asyik berbincang dengan seorang gadis.
"Dude..." Panggi Zio saat tidak terlalu jauh dari Ferdinand.
Saat mendengar suara itu, Ferdinand dengan cepat berbalik. "Hei Zio?" Ferdinand membuka tangannya dan memeluk Zio dengan antusias "Apa kabar?"
"Baik, seperti yang kau lihat." Zio membuka tangannya menujukkan dirinya baik-baik saja.
"Kau sendiri?" Tanya Ferdinand.
"Aku datang bersama Olivia."
"Tadi aku sempat berpikir, aunty tidak mengizinkanmu datang ke acara seperti ini." ledek Ferdinand dengan senyum menyeringai.
"Itu sudah lama dude, jangan ungkit lagi."
"Hahahaha." Ferdinand tertawa awkward. "Kau lemah dengan alkohol. Aku sempat takut saat kau tidak sadar dude."
"Aku tidak mau mengingat itu dude, kita bicarakan hal yang lain saja." Ucap Zio lagi.
"Oke...oke... sorry bos!"
Ferdinand pun mengalihkan pembicaraan mereka. Ia sengaja membicarakan seputar bisnis, yang marak diperbincangkan atau pun pendapat-pendapat lain terkait investasi, modal, pasar yang bersinabungan dengan hal itu. Ferdinand tahu dalam hal bisnis, Zionathan sangat cerdas soal perkonomian. Otaknya penuh dengan pengetahuan bisnis. Cara berbicaranya sangat fasih, tenang dan dewasa.
Sementara Olivia menikmati pesta itu bersama teman satu sekolahnya dulu. Ia sampai melupakan kekasihnya. Chelsea juga ternyata sahabat dekat Felicia, teman satu kantornya.
"Kau tahu Olivia, Felicia menyukai kekasihmu." kata Chelsea menari dengan iringan musik yang asyik. "Wuih … rasanya aku tak mau pulang!" ucapnya menghentakkan badannya.
"Apa?" tanya Olivia. Ia tak bisa mendengar karena suara musik lebih besar dari suara Chelsea.
"Felicia menyukai Zio, kekasihmu." ucapnya setengah berteriak karena suara musik lebih besar dari suaranya.
Olivia terdiam, sambil menikmati makanan kecil yang diberikan pelayan kepada mereka. Ia tak ambil pusing. Olivia tak bisa melarang siapapun untuk menyukai Zio. Ia memilih percaya kepada Zio. Dari perhatian Zio dan cinta yang diberikannya, dia yakin bahwa Zio bukan tipe orang suka mendua.
Berbagai acara telah di mulai, pemotongan kue ulang tahun setinggi 2 meter menggunakan pedang yang dihias bunga. Felicia begitu bahagia saat ini. Semuanya tamu bisa merasakan kemeriahan acara pesta ulang tahun sambil menyanyikan happy birthday.
"Astaga, kau masih ingat Vincent?" tanya Chelsea ditengah-tengah acara.
"Vincent siapa?"
"Aihh...kau pura-pura lupa, lelaki yang pernah nasir sama kamu."
"Astaga lelaki cupu itu?"
"Lihat, sekarang dia lumayan tampan. Apalagi dengan kemeja abu-abu tua dibalut tuksedo putih, wah...bisa jatuh cinta kamu Oliv. Kita samperin yuk!" Dengan cepat Chelsea menarik tangan Olivia untuk mendekati Vincent yang tengah asyik makan.
"Ck ck ck, cowok seganteng ini ternyata hobi makan juga." Ucap Chelsea tersenyum menggoda.
Mata Vincent terbelalak saat melihat Chelsea datang bersama Olivia. "Olivia?"
"Hai, Vincent apa kabar?" Sapa Olivia ramah.
Vincent salah tingkah. Pertemuannya dengan Olivia tidak seharusnya begini. Mulutnya dipenuhi makanan sementara di tangan kanannya tergenggam sepotong chocolate cake.
"Sepertinya kau masih ada rasa untuk Olivia, lihat wajahmu memerah saat ada didekat Olivia."
Vincent tersedak, "Uuhukkkk...! Uuhukkk...! wajahnya berubah merah. Napasnya tidak stabil. Vincent mencengkeram piring yang dipegangnya. Ia menarik napas singkat dan menahan di dada. Wajahnya berubah gugup.
"Sudah Chelsea, kau membuatnya malu." Ucap Olivia melangkah mendekat ke arah Vincent. "Kau tidak apa-apa?" Olivia segera menepuk-nepuk punggung Vincent dan langsung memberikan tissue di meja lalu menyerahkannya kepada Vincent.
"Kau tidak berubah, Pantes saja Olivia gak tertarik sama kamu. Wajah sudah oke, tapi makannya masih seperti itu." Ejek Chelsea menggeleng sambil tertawa geli.
Vincent masih terdiam, seakan menikmati detakan jantungnya, apalagi Olivia begitu perhatian kepadanya.
"Vincent, kau tidak apa-apa?" Tanya Olivia lagi sambil menyentuh lengan Vincent. Ia memiringkan kepalanya untuk menatap wajah lelaki itu secara dekat.
"Maaf, aku tidak apa-apa." Ucap Vincent tidak nyaman dengan tatapan Olivia. Ia membuang mukanya setelah mengambil tissue dari tangan Olivia.
"Sungguh, kau tidak apa-apa. Wajahmu sempat merah. Aku takut makanan itu masuk ke dalam paru-parumu."
"Dia bilang tidak apa-apa. Jangan memperbesar masalah Olivia." Keluh Chelsea menatap malas kepada Olivia. Jangankan manusia, Kucing masuk ke dalam selokan aja, dia bantu dan bawa ke dokter hewan. Ya itulah Olivia.
Tidak jauh dari posisi Olivia, Zio membuang napas panjang. Hal itu membuatnya tidak nyaman dan terlihat sangat gelisah. Konsentrasinya pecah, ketika Ferdinand selalu mengajaknya bicara tiada henti. Zionathan mengepalkan tangannya. Membakar api cemburunya. Kesabarannya mulai hilang. Zionathan memohon permisi kepada Ferdinand dan ingin membawa Olivia pergi dari pesta ini.
BERSAMBUNG.....
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang.
Ini Novel keenam saya.
^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Darisha Asley
Mantap Thor
2022-07-10
0
Darisha Asley
Wow pesta orang kaya mah gak diragukan 😆😆😆😆😆
2022-07-10
0
Semangat
2022-03-08
0